Sabtu, 23 Juli 2011

BAB XIX (Cara memuja patung linga yang terbuat dari tanah liat dengan mengucapkan mantra Veda)


Rshi Suta berkata :
1.      Selanjutnya yang dijelaskan adalah cara memuja patung linga dengan mantra-mantra Veda. Ritual ini memberikan pahala berupa kebahagiaan duniawi dan pembebasan bagi para sarjana Veda.
2.      Sang pemuja hendaknya melakukan permandian suci seperti yang dijelaskan dalam ajaran Veda. Sebelumnya ia harus melakukan Sandhya puja. Setelah melakukan Brahma yajna yang merupakan salah satu dari lima ritual sehari-hari, maka ia harus melakukan Tarpana (sebuah ritual mempersembahkan air suci pada para leluhur)
3.      Setelah menyelesaikan puja sehari-hari maka ia harus mengenakan abu suci dan kalung Rudhraksha, dan selalu mengingat wujud Shiva. Selanjutnya dengan penuh bhakti ia harus emuja patung linga menurut aturn yang telah ditetapkan untuk mendapatkan pahala yang besar.
4.      satu bagian dengan sloka 3
5.      Puja pada patung linga tanah liat hendaknya dilakukan di pinggir sebuah sungai, didekat sebuah sumber air, dipuncak gunung atau didalam hutan dalam sebuah kuil Shiva. Tempat itu harus senantiasa bersih.
6.      Para brahmana sekalian, ia harus mengambil tanah dari tempat yang bersih dan suci dan dengan hati-hati membuat linga yang dimaksud.
7.      Tanah yang berwarna putih hendaknya dipakai oleh para brahmana, tanah merah oleh para Kshatrya, tanah kuning untuk para Vaishya dan tanah yang berwarna hitam adalah untuk para shudra. Jika tida kditemukan warna yang khusus itu maka tanah warna apa saja bisa digunakan.
8.      Setelah mengambil tanah itu maka ia hendaknya menaruhnya ditempat yang suci untuk kemudian membuat patung linggam.
9.      Setelah membasuh tanah itu dengan air suci maka pengolahannya harus dilakukan secara perlahan-lahan membuat patung linga itu sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam Veda.
10.  Selanjutnya ia harus memujanya dengan penuh pengabdian dan bhakti untuk mendapatkan kebahagiaan duniawi dan pembebasan nantinya.
11.  Bahan yang dipakai untuk membuat patung linga hendaknya dipercikkan dengan air suci, dengan mengucapkan mantra ‘namah Shivaya’ (90). Dengan mantra “Bhurasi” (91) dan seterusnya  maka kesucian seperti sebuah tenpat suci layaknya akan masuk tercipta dari ritual itu.
12.  Air yang dipakai hendaknya disucikan dengan mantra “Aposman” dan seterusnya. Sedangkan ritual “Phatikabandha” hendaknya dilakukan dengan diiringi mantra “Namaste Rudra” dan seterusnya.
13.  Kesucian tempat itu hendaknya ditambah dengan pengucapan mantra “Sambhavaya” dan seterusnya. Pemercikan air pada Pancamrita (95) hendaknya dilakukan dengan diawali mantra ‘namah’.
14.  Peletakan linga yang istimewa handaknya dilakukan dengan penuh bhakti dengan mengucapkan mantra “ Namah Nilagrivaya” dan seterusnya (96) ‘sujud pada dewa berleher biru’
15.  Seorang pemuja yang merupakan penganut ajaran Veda hendaknya mempersembahkan sebuah singgasana yang inda hdengan mantra “Etatte Rudraye” (97) dan seterusnya.
16.  Pembangkitan (Avahana) hendaknya dilakukan dengan mantra “Ma no mahantam” (98) dan seterusnya. Singgasan untuk beliau hendaknya dimantrai dengan mantra “Ya te Rudrena” (99) dan seterusnya.
17.  Dengan mantra “Yamisum” (100) dan seterusnya, digunakan untuk melakukan Nyasa (ritual penyentuhan anggota tubuh yang diiringi dengan pengucapan mantra). Persembahan wewangian hendaknya dilakukan dengan penuh kasih dengan iringan mantra “Adhyavocat” (101) dan seterusnya.
18.  Nyasa pada dewa dilakukan dengan mantra “Asau jiva” (102) dan seterusnya. Ritual untuk mendekati seorang dewa (Upasarpana) dilakukan dengan “Asau Yovasarpati” (103) dan seterusnya.
19.  Air yang dipakai untuk membasuh kaki suci beliau (Padya) hendaknya dipersembahkan dengan mantra “Namostu Nilagrivaya” (104) ‘sujud pada beliau yang berleher biru. Air yang digunakan untuk persembahan hendaknya dipersembah kan dengan Rudragayatri mantra dan menghirup air (Acamana) dilakukan dengan mantra Trayambhaka (106).
20.  Upacara suci permandian untuk patung dewa dengan susu dilakukan dengan mengucapkan mantra “Payah Prtivyam” (107) dan seterusnya. Upacara ritual permandian dengan olahan susu hendaknya dilakukan dengan mantra “Dadhi Kravnah” (108) dan seterusnya.
21.  Upacara permandian dengan mentega dilakukan dengan menggunakan mantra “Ghrtam Ghrtayava” (109) dan seterusnya. Permandian dengan menggunakan madu dan sari gula hendaknya dilakukan dengan mengucapkan tiga jenis mantra yang diawali dengan pengucapan “Madhuvata (110), Madhu naktam (111), Madhumannah (112) dan seterusnya. Demikianlah ritual Pancamrita telah dijelaskan. Atau permandian dengan Pancamrta bisa dilakukan secara langsung dengan mengucapkan mantra “Namostu Nilagrivaya” (113) dan seterusnya.
22.  satu bagian dengan sloka 21
23.  Pengikatan hiasan pinggang itu hendaknya dilakukan dengan mantra “Ma nastoke” (114) dan seterusnya. Kain yang dipakai pada bagian atas tubuh sangdewa hendaknya dipersembahkan dengan mantra “Namo Dhrsnave” (115) dan seterusnya.
24.  Pengikut ritual Veda yang tulus hendaknya mempersembahkan kain (vastrasamarpana) pada Shiva dengan empat mantra yang dimulai dengan “Ya te heti” (116) dan seterusnya.
25.  Penyembah yang tulus hendaknya mempersembahkan wewangian dengan mantra “Namah Shvabhyah” (117) dan seterusnya. Ia harus mempersembahkan Aksata (beras) dengan mantra “Namastakbhyah” (118) dan seterusnya.
26.  Bunga persembahan hendaknya dibuat dengan mantra “Namah Paryaya” (119) dan seterusnya. Pohon Bilva hendaknya dipersembahkan dengan mantra “Namah Parnaya” (120) dan seterusnya.
27.  Dupa dipersembahkan dengan mantra “Namah Karpadine ca” (121) dan seterusnya sesuai dengan peraturannya. Lampu juga dipersembahkan dengan cara tertentu dan mantra “Namah Asave” (122) dan seterusnya.
28.  Naivedya yang istimewa hendaknya dipersembahkan dengan mantra “Namah Jyesthaya” (123) dan seterusnya. Kemudian Acamana dipersembahkan dengan mantra “Trayambhakam” (124) dan seterusnya.
29.  Buah-buahan hendaknya dipersembahkan dengan mantra “Ima Rudraya” (125) dan seterusnya. Semua persembahan yang diberikan pada Shiva dipersembahkan dengan mantra “Namo Vrjyaya” (126) dan seterusnya.
30.  Ia harus membuat persembahan yang terdiri dari sebelas jenis beras mentah pada sebelas Rudra (127) dengan dua mantra “Ma no mahantam” (128) dan seterusnya dan “Ma Nastoke” (129) dan seterusnya.
31.  Seorang penyembah yang terpelajar hendaknya mempersembahkan uang persembahan (Dhaksina) (130) dengan tiga mantra yang diawali dengan mantra “Hiranyagarbha” dan seterusnya dan harus melakukan permandian suci dengan mantra “Devasya tva” (131) dan seterusnya.
32.  Mempersembahkan sebuah ritual Niranjana (melambaikan lampu pada patung suci beliau)  dengan mantra “Namah Asave” (*). Puspanjali (mempersembahkan bunga dalam cakupan tangan) hendaknya dilakukan penuh bhakti dengan mengucapkan mantra yang diawali dengan “Ima Rudraya” (132) dan seterusnya.
33.  Selanjutnya ia harus melakukan Pradakshina (memutari patung) dengan mengucapkan mantra “Ma No Mahantam” (132) dan seterusnya kemudain ia harus melakukan Satsanga (bersujud dengan delapan anggota tubuh menyentuh anah) dengan mantra “Ma Nastoke” (134) dan seterusnya.
34.  Ia harus melakukan “Shiva mudra” dengan mantra “Esa te” (135); Abhayamudra dengan amntra “Yato Yatah” (136) dan Jnanamudra dengan Trayambhaka mantra (137).   
35.  Mahamudra hendaknya dilakukan dengan mantra “Namah Sena” (138) dan seterusnya. Selanjutnya maka ia harus melakukan Dhenumudra dengan mantra “Namo Ghobhyah” dan seterusnya.
36.  Setelah melakukan lima mudra ini maka ia harus melakukan “Shivamantra Japa”. Sedangkan mereka yang mahir dalam pengetahuan Veda akan mengucapkan mantra “Satarudriya”
37.  Bagi para sarjana Veda maka ia akan melakukan ritual Pancangapatha. Kemudian ritual akhir (Visarjana) dilakukan dengan mantra yang diawali dengan mantra “Dewa Gatu” (140) dan seterusnya.
38.  Demikianlah ritual pemujaan Shiva menurut Veda telah dijelaskan dengan terperinci. Sekarang dengarkanlah penjelasan tentang ritual Veda secara singkat.
39.  Tanah yang hendak dipakai hendaknya diambil dengan mantra “Sadyo Jatam” (141). Pemercikan air suci dilakukan dengan mantra “Vamadevaya” (142).
40.  Patung linggam itu hendaknya dibuat dengan mantra Aghora mantra (143). Ahvana mantra (pembangkitan sang dewa) hendaknya dilakukan dengan mantra “Tatpurusaya” (144).
41.  Lingam yang merupakan lambang dari Hara (Shiva) hendaknya ditaruh diatas linga dengan Isana mantra (145). Penyembah yang cerdas hendaknya melakukan semua ritual singkat.
42.  Dengan mantra lima suku kata atau mantra lainnya yang diajarkan oleh gurunya, maka penyembah hendaknya melakukan pemujaan dan pengagungan Shiva dan melakukan enam belas pelayanan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. (juga dengan doa dibawah ini)
43.  “Kami bermeditasi pada Bhava, yang merupakan penghancur dari segala keberadaan duniawi, pada dewa yang agung, pada sang Ugra, sang penghancur dosa-dosa yang menakutkan, dan pada Sarva yang berhiaskan bulan sabit.”
44.  Para penyembah yang cerdas hendaknya melakukan puja Shiva dengan mantra diatas atau menggunakan mantra Veda dengan penuh keyakinan dan tanpa kesalahan. Shiva senantiasa akan mencurahkan pahala pada mereka yang telah mengagungkan namaNya.
45.  Dengan melewatkan penjelasan tentang ritual seperti yang disinggung diatas, para brahmana sekalian, kita akan membahas tentang pemujaan yang biasa dilakukan pada Shiva.
46.  Pemujaan ini adalah puja pada patung lingga dengan mengucapkan nama suci Shiva. Para rshi yangagung sekalian, puja seperti ini akan memberikan segala jenis pahala, maka dengarkanlah aku akan menjelaskannya.
47.  Delapan nama Shiva adalah Hara, Maheswara, Sambhu, Sulapani, Pinakadhrk, Shiva, Pasupati, dan Mahadewa harus diucapkan satu persatu dari mengambil, mengolah, manaruh, mengundang sang dewa, permandian suci, puja, memohon anugrah, dan ritual akhir.
48.  Setiap nama itu harus diawali dengan Omkara. Salah satu nama itu diletakkan ditengah dan diakhiri dengan kata ‘Namah’. Setiap ritual itu hendaknya dilakukan satu persatu dengan penuh bhakti dan rasa senang.
49.  Setiap nama suci beliau hendaknya diawali dengan Omkara. Nama beliau diletakkan ditengah dan diakhiri dengan kata ‘Namah’. Setiap ritual hendaknyadilakukan dengan penuh bhakti dan kebahagiaan.
50.  Ritual Nyasa hendaknya dilakukan terlebih dahulu baru kemudian melakukan Angayasa dari dua tangan. Penyembah hendaknya melakukan meditasi dengan japa mantra enam suku kata “OM namah Shivaya”
51.  Pemuja hendaknya bermeditasi pad Shiva dengan membayangkan beliau duduk di singgasana beliau di puncak Kailasa, dengan dipuja oleh Sananda (146) dan yang lainnya. Shiva adalah sebuah hutan api, bagi daun kering kesedihan dan penderitan para pemujanya. Beliau sungguh tidak bisa diukur. Beliau adalah perhiasan dari seluruh semesta ini dengan selalu berdekatan dengan permaisuri beliau yaitu Uma.  
52.  Ia hendaknya bermeditasi pada Shiva dengan mengikuti cara di bawah ini : Shiva bagai pegunungan perak. Beliau mengenakan perhiasan bulan yang indah di dahiNya. Tubuhnya dipenuhi dengan berbagai perhiasan. Beliau memegang kapak, kijang, mudra bulan dan melakukan mudra (Abhayamudra) yang melambangkan jaminan terhadap ketakutan dan kekhawatiran.  Beliau senantiasa bahagia duduk dengan pose teratai (padmasana). Para dewa berkumpul mengelilingi beliau sambil mengucapkan doa-doa pujian padaNya. Beliau mengendarai seekor macan. Beliau adalah mahluk utama, benih alam semesta. Beliau membasmi segala ketakutan. Beliau bermata tiga (147) dan berkepala lima (148).
53.  Setelah melakukan meditasi dan puja pada patung yang terbuat dari tanah, maka ia harus melakukan japa mantra lima suku kata yang diajari oleh gurunya.
54.  Para brahmana sekalian, penyembah yang cerdas akan memuja para dewa dengan berbagai jenis puja mantra dan mengucapkan Satarudriya mantra.
55.  Ia akan menggenggam beras dan bunga dalam cakupan tangannya dan berdoa pada Shiva dengan mantra dibawah ini.
56.  “OM, dewa Shiva yang maha welas asih, Hamba adalah milik anda. Sifat-sifat anda adalah nafas hamba. Pikiran hamba senantiasa terpusat pada anda. Dengan demikian, penguasa para mahluk halus, berkenanlah pada hamba. Sadar ataupun tidak semoga apa yang hamba lakukan dengan Japa atau puja-puji pada anda, semoga membuahkan hasil. Hamba adalah pendosa yang terbesar dan anda adalah penyuci yang tertinggi. Dengan mengetahui hal ini maka terjadilah seperti apa yang menjadi kehendak anda. Dewa yang tertinggi, anda tidak pernah bisa dipahami oleh Veda, purana, aliran filsafat atau para rshi sekalipun. Sadasiva, bagaimana hamba bisa mengetahui anda? Dalam hal apapun, hamba adalah milik anda, dengan segenap jiwaraga hamba. Hamba meminta perlindungan pada anda. Berkenanlah pada hamba”
57.  satu bagian dengan sloka 56
58.  satu bagian dengan sloka 56
59.  satu bagian dengan sloka 56
60.  satu bagian dengan sloka 56
61.  Setelah mengucapkan mantra di atas, maka pemuja hendaknya menaruh beras dan bunga dalam cakupan tangannya tadi pada linga Shiva. Para rshi sekalian, selanjutnya ia harus bersujud pada Shiva dengan penuh bhakti (dengan delapan anggota tubuh menyentuh tanah)
62.  Mereka yangcerdas akan melakkukan Pradhaksina (mengelilingi patung Shiva) sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Selanjutnya ia harus berdoa pada para dewa dengan penuh keyakinan.
63.  satu bagian dengan sloka 62
64.  Para rshi yang utama sekalian, demikianlah aku telah menceritakan tentang prosedur puja pada lingga Shiva yang memberikan kebahagiaan duniawi dan pemenuhan segala keinginan, pembebasan dan meningkatkan keyakinan pada Shiva.
65.  Siapa saja yang membaca bab ini, dengan pikiran murni akan terbersihkan dosa-dosanya. Kisah singkat ini memberikan pahala umur panjang, kesehatan yang baik, nama besar, surga dan kebahagiaan berupa keturunan yang banyak.
66.  Satu bagian dengan sloka 65

90. VS. 16.41
92. Ibid 13.18
93. Ibid 4.2
94. Ibid 16. I
95. Ibid 16. 4. I
96. Lima jenis makanan diantaranya adalah susu, olahannya, mentega, madu dan gula, semua ini disebut sebagai Pancamrita.
97. VS. 16. 28
98. Ibid. 3.61
99. Ibid 16.15
100. Ibid 16. 2
101. Ibid 16. 3
102. Ibid 16. 5
103. Tidak jelas sumbernya.
104. VS 16. 17
105. Ibid 16.8
106. KS 17. II
107. VS 3.60
108. Ibid 18. 19
109. Ibid 23. 32
110. AV 13. I. 24
111. VS 13. 27
112. Ibid 13. 28             
113. Ibid 13 29              
114. Ibid 16. 8
115. Ibid 16. 16
116. Ibid 16.36
117. Ibid 16 II-14
118. Ibid 16.28
119. Ibid 16.27
120. Ibid 16.42
121. Ibid 16.46
122. Ibid 16.29
123. Ibid 16.31
124. Ibid 16.32
125. Ibid 360
126. Ibid 16. 48
127. Ibid 16.44
128. Nama dari sebelas Rudra secara bervariasi disebutkan dalam berbagai purana. Menurut MP (Markandeya purana) sebelas nama beliau itu adalah Ajaikapad, Ahirbudhnya, Hara, Virupaksha, Raivata, Bahurupa, Trayambhaka, Savita, Jayanta, Pinaki, Aparijita. Dalam VP (Vayaviya purana) tiga nama pertama sama dengan ayng disebutkan dalam Markandeya purana sisanya adalah Nirarta, Ishvara, Bhuvana, Angaraka, Ardhaketu, Mrtyu, Sarpa, Kapalin.
129. VS 16.15
130. Ibid 16.16
131. Ibid 13.4
132. Ibid II.28                        ( * ) Ibid 16.31
133. Ibid 16. 48-50
134. Ibid 16.15
135. Ibid 16.16
136. Ibid 9.35
137. Ibid 36.60
138. Ibid 3.60        
139. Ibid 16. 26
140. Namah Shivaya
141. TB 3.7  4.1
142. VS  29.36
143. TA 10.44.I
144. VS. 16.2
145. KS 17.II ; MS 2.9 I : II. 9.7
146. VS 27. 35
147. Sananda adalah salah satu dari empat, tujuh atau sepuluh putra Brahma yang diciptakannya dari kekuatan pikiran beliau.
Dewa Shiva yang bermata tiga disebut demikian karena mata ketiga muncul dari dahi beliau, diceritakan bahwa mata ketiga ini menerangi selurh semesta dan ketika Parwati secara tidak sengaja menutup dahi Shiva dengan tangannya maka alam seemsta tiba-tiba menjadi gelap. Mata ketiga ini sangat kuat dan bersifat mengahancurkan. Mata ketiga iniah yang telah membakar dewa Kama menjadi abu.
148. Shiva berkepala lima : lihat catatan 25
149. Dikisahkan bahwa para Gana dalam wujud kambing sedangkan Daksa menjadi kijang yang akhirnya tertangkap, telah menghancurkan upacara Yajna yang dilakukan oleh Daksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar