Minggu, 10 Juli 2011

BAB XIII ( Penjelasan tentang perbuatan baik, sopan santun)


Para rshi berkata  :
1.      Mohon anda bermurah hati memberitahu kami tentang dengan perbuatan apa saja orang akan dengan cepat bisa mencapai alam yang lebih tinggi. Mohon beritahukanlah kami tentang perbuatan bajik atau jahat yang bisa membuat seseorang bisa mencapai alam surga atau neraka.

Rshi Suta berkata  :
2.      Seorang Brahmana yang diberkati dengan kelekatan yang kuat pada perbuatan Dharma adalah mereka yang bijaksana. seorang brahmana yang terpelajar dalam Ilmu Veda dan perbuatan yang baik disebut sebagai seorang Vipra. Seorang brahmana yang hanya memiliki salah satu dari kedua sifat mulia ini disebut sebagai seorang Dvija.
3.      Seorang brahmana yang mengikuti segala aturan norma sopan-santun, dan sedikit pengetahuan tentang veda adalah seorang Brahmana Kshatrya, paling hebat ia hanyalah seorang pelayan istana. Seorang yang melakukan segala aturan sopan santun dengan hati-hati adalah seorang brahmana Vaishya. Orang yang senang melakukan kegiatan perdagangan dan pertanian adalah sama seperti itu.
4.      Brahmana yang mengerjakan sawahnya sendiri adalah seorang Brahmana Sudra. Orang yang memiliki temperamen pencemburu dan irihati adalah seorang Dvija yang rendah.
5.      Seorang Kshtrya yang memerintah kerjaan adalah seorang raja dan sedangkan yang lainnya hanyalah kshatrya biasa saja. Seorang pedagang yang menjual atau berdagang segala kebutuhan pokok adalah seorang Vaisya sedangkan yang lainnya hanyalah ‘Vanik’
6.      Orang yang memberikan pelayanan pada para brahmana, Kshatrya dan Vaishya adalah seorang sudra. Sedangkan petani yang mengerjakan sawah adalah Vrisala dan yang lainnya adalah para Dasyu.
7.      Adalah kewajiban bagi setiap orang yang berasal dari empat kasta ini untuk bangun pada pagi hari dan duduk menghadap ke timur untuk bermeditasi pada dewa-dewa. Ia harus senantiasa memikirkan berbagai jenis perbuatan baik, hal yang berhubungan dengan keuangan, masalah yang berhubungan dengannya, sumber pendapatannya dan hal-hal yang berhubungan dengan pengeluaran.
8.      Arah pertama kali seseorang mengarahkan matanya adalah pertanda dari baik atau buruknya sesuatu yang akan terjadi padanya pada hari itu. Delapan akibatnya adalah umur panjang, kebencian, dosa, keberuntungan, sakit, kesehatan dan kekuatan.
9.      Yama yang terakhir (ukuran waktu tiga jam terakhir) disebut sebagai Usa. Dan setengah dari yang terakhir adalah waktu Sandhi (fajar pertemuan antara malam dengan pagi). Seorang brahmana harus bangun pada waktu ini untuk melakukan kewajiban paginya.
10.  Melakukan rutinitas seperti membuang kotoran harus dilakukan diluar rumah. Harus dilakukan pada tempat yang tertutup. Ia harus duduk dengan menghadap ke utara. Jika ia tidak bisa melakukannya maka ia bisa duduk dengan menghadap ke arah yang lainnya.
11.  Ia tidak boleh duduk didepan sungai atau air, api, seorang brahmana, atau patung dewa. Ia juga harus menutupi penisnya tangan kiri dan mulutnya dengan tangan kanannya.
12.  Setelah merasa lega maka hendaknya ia tidak melihat kotorannya. Air yang dibawa dalam sebuah tempayan hendaknya digunakan untuk membersihkannya. (tidak seorangpun diperkenankan duduk dalam sebuah tangki air atau sungai untuk membersihkan dirinya setelah melakikan hal ini)
13.  Dengan cara apapun, tidak seorangpun boleh memasuki tempat air dan sungai yangdiperuntukkan bagi para dewa, sebagai sumber penghidupan orang banyak dan yang sering dikunjungi oleh para orang suci. Selanjutnya dubur harus dibersihkan dengan lumpur halus sebanyak tujuh, lima, atau tiga kali.
14.  Penis harus dibersihkan lumpur halus sebanyak sebuah mentimun, dan yang digunakan untuk membersihkan dubur adalah sebanyak satu Prasrti. Setelah penyucian dari organ pembuangan tangan dan kaki harus dibersihkan dan berkumur dilakukan sebanyak delapan kali.
15.  Untuk berkumur maka air bisa diambil dari tempayan atau cangkir kayu. akan tetapi airnya harus dimuntahkan diluar tempat air itu (tidak boleh memuntahkannya dalam tempat air itu). Membersihkan gigi dengan menggunakan daun atau ranting tertentu tidak boleh menggunakan jari telunjuk dan harus dilakukan diluar tempat air.
16.  Setelah bersujud pada dewa air, maka mereka yang telah mengalami kelahiran dua kali, harus melakukan upacara permandian pagi dengan menggunakan mantra-mantra. Orang yang sakit hendaknya mencuci muka dan leher atau mandi sampai dipundak (dari kepala) saja.
17.  Dengan memercikkan air pada lututnya maka ia harus melakukan Mantrasnana. Ia harus menyenangkan para dewa dengan menggunakan air yang diambil dari sumber air atau sungai suci.
18.  Sebuah pakaian yang telah dicuci bersih hendaknya dipakai dalam bentuk Pancakaccha (cara tertentu untuk memakai kain bawah tubuh). Dalam setiap upacara suci maka kain atas tubuh hendaknya selalu dipakai.
19.  Sambil melakukan permandian di sungai atau sumber air suci, maka pakaian hendaknya tidak dicuci dalam air itu. Para brahmana sekalian, orang yang bersifat suci harus menggunakan tempat air atau sumur atau bahkan kerumahnya sendiri untuk kemudian mencucinya disana.
20.  satu bagian dengan sloka 19
21.  Tanda Tripundraka (70), harus dikenakan didahi dengan Jabalaka mantra. Jika seseorang memasuki air tanpa melakukan hal ini maka dipastikan ia akan masuk neraka. Menurut penelitian para sarjana, penggunaan Mantrasana itu adalah sebagai berikut. ; dengan mengucapkan mantra “Apo hi stha” dan seterusnya maka air suci itu hendaknya dipercikkan ke kepala orang yang telah melakukan dosa. Dengan mengucapkan mantra “Yasya Ksayaya”(72) dan seterusnya, dan air suci hendaknya dipercikkan ke bagian lutut dan persendian kakinya. Urutan untuk memercikkan air suci itu adalah sebagai berikut : kaki, kepala lalu dada ; kepala, dada lalu kaki ; dan dada, kaki lalu kepala  masing-masing dipercikkan tiga kali.
22.  satu bagian dengan sloka 21
23.  satu bagian dengan sloka 21
24.  Bagi mereka yang sedang sakit sudah cukup dengan melakukan Manrasnana saja, ini juga berlaku bagi situasi yang tidak memungkinkan untuk melakukan ritual secara lengkap.
25.  Ia harus minum dengan sikap Acamana dengan mengucapkan mantra Suryanuvaka pada pagi hari atau dari Agnianuvaka pada senja harinya dan melakukan pemercikan air pada siang harinya.
26.  Para brahmana sekalian, pada akhir sebuah japa Gayatri mantra, (73) maka Arghya hendaknya dipersembahkan pada dewa Surya dengan menghadap kearah timur dan dilakukan lagi setelah itu.
27.  Pemujaan yang dilakukan pada pagi hari adalah dengan mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi ; pada siang hari dengan menggenggam air pada cakupan jari, dan pada sore hari dengan menuangkan air pada tanah dan menghadap kearah barat.
28.  Pada siang hari matahari hendaknya dipandang dari sela jari dengan mengucapkan mantra yang telah ditentukan untuk melakukan hal itu. pemutaran diri dilakukan seperti yang disyaratkan dan melakukan sebuah acamana tanpa mantra.
29.  Doa sandhya yang dilakukan sebelum waktunya adalah doa yang tidak efektif. Oleh karena itulah doa sandhya harus dilakukan pada waktu yang tepat. Penebusan yang dilakukan jika melewatkan satu hari tanpa melakukan doa sandhya adalah mengucapkan mantra gayatri sebanyak seratus kali lebih banyak  dari pengucapan biasanya selama sepuluh hari. Dan jika doa sandhya tidak dilakukan selama sepuluh hari atau lebih maka ia harus melakukan pengulangan mantra gayatri sebanyak seratus ribu kali sebagai penebusannya.
30.  satu bagian dengan sloka diatas.
31.  Jika seseorang telah melewatkan doa sandhya selama satu bulan maka ia harus mengulang pemakaian benang suci (74). Untuk mendapatkan ksejahteraan maka dewa Isa, Gauri, Guha (75), Vishnu, brahma, Chandra, dan Yama. Kemudian setelah itu lakukanlah ritual upacara yang ditujukan pada Brahman yang tertinggi dan sebuah acamana tanpa mantra kemudian dilakukan.
32.  satu bagian dengan sloka 31
33.  Di sebelah kanan sebuah air suci, dalam sebuah ruangan doa, kuil atau sebuah tempat khusus yang dalam rumah yang digunakan untuk sembahyang, seseorang harus duduk dengan penuh konsentrasi dan mengucapkan mantra Gayatri setelah melakukan sujud pada semua dewa. Ia tidak boleh melupakan praktek Pranava mantra.
34.  satu bagian dengan sloka 33
35.  Ketika sedang melakukan praktek doa Pranava, maka seseorang harus menyadari sepenuhnya akan kesatuannya dengan yang tertinggi yaitu Brahman. Ketika japa dilakukan maka makna Gayatri harus selalu dipahami dan ditanam dalam pikiran. “Kami berdoa pada Brahma, pencipta ketiga dunia, pada Acyuta sang pelindung, dan Rudra sang pemusnah. * Kami bermeditasi pada yang menunjukkan pada kami kebajikan dan kebijaksnaan yang memberikan kenikmatan dan pembebasan, jiva terang yang yang menjadi kekuatan pengendali atas organ indera, pikiran, intelek, dan pertimbangan” Pemuja yang senantiasa menyerap makna ini akan bersatu dengan Brahman yang tertinggi.
36.  satu bagian dengan sloka 35
37.  satu bagian dengan sloka 35
38.  Atau jika seseorang tidak sanggup menyerap makna itu maka biarkanlah ia setidaknya mengulang mantra Gayatri untuk mempertahankan kebrahmanaannya. seorang brahmana yang istimewa harus mengucapkan mantra ini sebanyak seribu kali setiap pagi.
39.  Sedangkan yang lainnya hendaknya mengucapkannya sebanyak mungkin ia bisa. Pada siang harinya, Gayatri harus diucapkan sebanyak seratus kali, pada sore harinya setidaknya duapuluh kali ditambah dengan Sikhasthaka (sebuah kata yang berarti lebih delapan kali dari yang biasanya)    
40.  Ia harus bermeditasi pada Vidyesa, brahma, vishnu, isa, Jivatman, Parameswara, dan mengkonsentrasikan diri pada tujuh pusat kekuatan esoterik dalam tubuh yang dimulai dengan Muladhara (tulang ekor) hingga ke Brahmandhra (pusat kesadaran pada puncak kepala) yang diidentikkan dengan Brahman dengan konsepsi Soham (Aku adalah Ia) dan berlanjut kedalam japa. Selanjutnya ia juga harus bermeditasi pada tujuh pusat kesadaran yang ada dalam tubuhnya.
41.  satu bagian dengan sloka 40
42.  Dari Mahatatva (prinsip kosmik) disana ada seribu tubuh ekstra yang setiap tubuhnya harus dilewati dengan mantra tertentu secara perlahan dan Jiva harus dipersatukan dengan yang tertinggi. Inilah prinsip dimana Japa harus dilakukan. Japa untuk tubuh ekstra ini dilakukan sebanyak dua ribu kali beserta dengan Sikhastaka.
43.  satu bagian dengan sloka 42
44.  Ini adalah tradisi yang berkembang tentang Japa. Pengulangan mantra sebanyak seribu kali akan memberikan seseorang kesempatan untuk masuk ke alam Brahma dan pengulangan sebanyak seratus kali akan memungkinkan seseorang untuk masuk ke alam Indra.
45.  Pengulangan mantra yang kurang dari jumlah itu akan menjaga jiwa seseorang agar terlahir dalam keluarga Brahmana dalam kelahiran berikutnya. Setelah memuja Surya maka seseorang hendaknya melakukan pengulangan mantra ini.
46.  Seorang brahmana yang mengulangi mantra gayatri sebanyak satu juta duaratus ribu pengulangan layak disebut sebagai seorang brahmana yang sejati. Sedangkan brahmana yang belum mengucapkan mantra Gayatri sebanyak tidak diperkenankan untuk memimpin upacara Veda.
47.  Sebelum ia menyelesaikan usia tujuh tahunnya maka ia harus senantiasa melakukan aturan ini. Setelah itu barulah ia bisa mengambil keputusan untuk menjadi seorang sanyasi. Setelah menjadi seorang sanyasi maka ia harus selalu mengucapkan Pranava mantra sebanyak duabelas ribu kali setiap pagi.
48.  Japa yang terlewatkan dalam satu hari harus dibayar pada keesokan harinya. Jika selama sebulan ia melewatkan rutinitas japanya, maka ia harus menebusnya dengan pengucapan sebanyak seratus limapuluh ribu kali.
49.  Jika ia melewatkan rutinitas japanya melebihi waktu satu bulan maka ia harus mengambil ritual untuk menjadi seorang sanyasi sekali lagi. Hanya dengan demikianlah ia bisa menebus kesalahannya. Karena kalau tidak maka ia akan jatuh ke neraka yang menakutkan yang disebut Raurava.
50.  Hanya mereka yang memiliki keinginan yang keras akan mengejar kebajikan dan kesejahteraan. Sedangkan seorang brahmana yang mengejar pembebasan akan mempraktekkan jalan untuk mencapai brahman setiap saat.
51.  Dari kebajikan maka akan didapatkan kekayaan dan dari kekayaan akan didapatkan kenikmatan. Vairagya (ketidak-terikatan) adalah hasil dari kenikmatan. Jadi ini akan berarti ketika seseorang telah puas dengan kesenangan yang didapatkan dari kebajikan merupakan alat untuk memungkinkan seseorang untuk mencapai tingkatan Vairagya. 
52.  Namun jika kekayan yang didapatkan dari cara lain, maka hasilnya adalah keinginan dan nafsu yang tidak kunjung habis. Dharma atau kewajiban terdiri dari dua lapisan yaitu melalui upacara persembahan dan melalui melakukan upacara permandian suci disebuah sungai suci dan sebagainya. Orang dapat memperoleh kekayaan dari kebajikan yang dilakukannya atau melalui melakukan kegiatan ritual seperti tapa brata.
53.  satu bagian dengan sloka diatas.
54.  Orang yang terbebas dari keinginan akan mendapatkan kesucian dan dengan kesucian itu ia akan memperoleh pengetahuan kebijaksanaan. Ini adalah dalil yang tidak perlu untuk diragukan lagi. Pada jaman Kreta, Treta dan Dwapara, tapa brata merupakan dianjurkan untuk mendapatkan Dharma ; namun pada jaman Kali dianjurkan untuk melakukan pemujaan terhadap patung dewa.
55.  Pada jama Krtayuga kebijaksanaan didapatkan dengan melakukan meditasi ; pada jaman Treta kebijaksanaan didapatkan dari melakukan tapabrata ; pada jaman Dwapara kebijaksanaan didapatkan melalui melakukan persembahan yajna ; sedangkan pada jaman Kali yuga maka kebijaksanaan didapatkan dengan melakukan pemujaan kepada patung dewa sebagai simbol kehadiran beliau.
56.  Hasil dari pelaksanaannya disesuaikan dengan pahala dan dosa. Kekurangan, peningkatan, penurunan menyesuaikan dengan bahan-bahan yang digunakan dan bagian dari upacara ritual itu.
57.  Kejahatan adalah kharakter kekerasan dan kebajikan adalah kharakter dari  sifat yang menyenangkan. Seseorang menjadi menderita karena kejahatannya dan orang menjadi bahagia karena kebajikan yang dilakukannya.
58.  Harus dipahami bahwa perbuatan yang buruk hanya akan menuntun seseorang pada penderitaan, sedangkan perbuatan baik akan menuntun seseorang pada kebahagiaan. Oleh karena itulah kewajiban umat manusia untuk mengejar kebajikan untuk kepentingan duniawi dan pembebasannya.
59.  Jika seseorang secara teratur menyumbangkan benda-benda materi pada seorang brahmana yang suci bersama empat anggota keluarganya, maka ia akan mendapatkan tempat tinggal di alam Brahmaloka selama seratus tahun.
60.  Upacara ritual Candrayana  yang dilakukan sebanyak seribu kali akan menghasilkan pencapaian alam Brahmaloka. Kewajiban seorang kasta Kshatrya adalah melindungi seribu keluarga.
61.  Ini akan memberikan pahala untuk tinggal di alam Indraloka baginya. Menurut para sarjana Veda, seseorang mencapai alam dari dewa itu dalam meditasi orang yang diberikan berbagai sumbangan yang berpahala. Sedangkan mereka yang kurang dalam hal materi hendaknya memperbanyak melakukan tapabrata dan tirakat. Kabahagian yang abadi bisa didapatkan dengan melakukan Tirtayatra ke tempat-tempat suci dan melakukan tapabrata. Sekarang aku akan menceritakan cara untuk mendapatkan kekayaan melalui jalan yang murni dan benar menurut aturan hukum.
62.  satu bagian dengan sloka 61
63.  satu bagian dengan sloka 61
64.  Seorang brahmana hendaknya mendapatkan kekayaannya tanpa memaksa diri atau membanting tulang. Ia bisa mendapatkan uang dan berbagai keperluan lainnya dengan memimpin upacara suci yang dilakukan oleh seseorang.
65.  Seorang kshtrya hendaknya mendapatkan kekayaan dengan melakukan melindungi kasta yang lainnya dan seorang Vaishya mendapatkan kekayaannya dengan melakukan perdagangan, pertanian dan peternakan. Hanya hadiah atau sumbangan yang didapatkan dari jalan yang benar saja yang menghasilkan pahala yang baik.
66.  Pembebasan didapatkan oleh setiap orang melalui pencapaian pengetahuan yang tertinggi dengan berkah seorang guru yang telah mencapai penerangan.
67.  Para brahmana sekalian seseorang biasa menyadari hal ini hanya jika ia bergaul dengan orang-orang baik. Seorang pelaku rumah tangga berkewajiban untuk memberikan sumbangan dan sedekah bahan makanan dan sebagainya.
68.  Orang yang menginginkan kesejahteraan bagi dirinya hendaknya memberikan sumbangan pada brahmana berupa beuah-buahan, makanan dan berbagai keperluan yang sekiranya dibutuhkan oleh sang brahmana.
69.  Air hendaknya selalu disumbangkan pada mereka yang kehausan. Makanan diberikan pada mereka yang kelapa dan dan yang sedang sakit. Sumbangan yang berupa makanan terdiri dari empat jenis yaitu : berupa lahan untuk sawah, benih untuk ditanam, bahan makanan dan masakan yang sudah matang.
70.  Seorang yang menyumbangkan makanan akan mendapatkan setengah dari pahala yang dimiliki oleh orang yang menerima sumbangan itu, pahala yang telah dikumpulkannya hingga makanan itu dicernanya atau hingga orang itu mengnal kebesaran dewa Shiva.
71.  Yang menerima sumbangan harus menebus dosanya dengan melakukan tapabrata atau memberikan sumbangan pada orang lain. Karena kalau tidak maka ia akan masuk neraka yang disebut sebagai Raurava.
72.  Setiap orang harus menyisihkan sepertiga dari penghasilannya untuk tujuan dharma, sepertiga untuk Vrddhi (keperluannya) dan sisanya adalah untuk bersenang-senang. Dengan sepertiga bagian yang ditujukan untuk keperluan Dharma maka ia harus melakukan tiga ritual kebajikan yaitu Nitya (doa sehari-hari), Naimittika (sumbangan, sedekah) dan Kamya (ritual khusus untuk keperluan pemenuhan keinginannya). Dengan melakukan ritual yang kedua maka itu berarti ia telah melakukan perbuatan untuk menggandakan kekayaannya dengan pahala kebajikan). Sedangkan dengan melakukan ritual yang ketiga maka ia akan tetap menikmati ketenangan yang murni.
73.  satu bagian dengan sloka 72
74.  Sepersepuluh dari kekayaan yang didapatkan dari hasil bertani dan beternak hendaknya disumbangkan pada mereka yang membutuhkan untuk menebus dosa dari hasil kekayaan itu. Sedangkan sisanya bisa digunakannya. Karena kalau ia tidak melakukan hal ini maka ia akan masuk neraka yang disebut sebagai Raurava.
75.  Atau kalau tidak maka akan bisa dipastikan ada orang atau hal buruk yang mengancam kehancurannya. Orang bijak yang mendapatkan kekayaannya melalui berdagang juga harus menyumbangkan seperenam kekayaannya untuk keperluan sedekah (sebelum menggunakannya untuk keperluan lainnya).
76.  Para brahmana yang istimewa, setelah menerima sumbangan dari orang baik hendaknya ia akan menyumbangkan seperempat dari sumbangan itu untuk orang yang membutuhkan. Dan mereka juga hendaknya menyumbangkan setengahnya lagi untuk menghindari adanya kejatuhan dari hal-hal yang tidak terduga.
77.  Jika seorang brahmana menerima sumbangan dari orang yang mendapatkan kekayaannya dengan  berbuat jahat maka ia harus menyumbangkan kembali seluruh sumbangan itu. Sumbangan yang tidak murni hendaknya dibuang kelaut. Adalah lebih terhormat jika seseorang mengundang orang lain atau brahmana untuk dijamu dengan berbagai sumbangan.
78.  Seseorang harus memberikan apa yang diminta oleh orang lain sesuai dengan kemampuannya. Jika sesuatu diminta dan tidak diberikan maka ia akan berhutang dalam jumlah yang sama pada kelahiran berikutnya.
79.  Orang yang bijak hendaknya tidak akan mengungkapkan kesalahan orang lain. Apapun yangkita lihat atau dengar hendaknya tidak boleh diejek atau dihina.
80.  Orang yang bijak hendaknya tidak mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati orang lain. Untuk mendapatkan kesejahteraan maka ia harus melakukan upacara persembahan pada saat fajar dan senja.
81.  Orang yang tidak memungkinkan untuk melakukan hal ini baik pada waktu fajar ataupun senja hari, maka maka ia hendaknya melakukan hal ini sekali saja dengan memuja Surya dan api suci. Beras, bahan makanan yang lainnya, mentega, buah-buahan, umbi-umbian, dan nasi yang dimasak bersama mentega hendaknya digunakan terlebih dahulu sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Sthalipaka (persembahan yang nasi yang dimasak dalam periuk itu sendiri) harus dilakukan dalam waktu yang telah ditentukan dan dengan cara yang telah ditentukan pula. Jika tidak ada Havya (persembahan berupa nasi yang matang) maka persembahan yang utama harus dilakukan.
82.  satu bagian dengan sloka diatas.
83.  Demikianlah berbagai ritual sehari-hari telah dijelaskan. Ini harus senantiasa dilakukan atau dengan melakukan pengulangan mantra saja atau dengan memuja Surya saja.
84.  Mereka yang mengejar pembebasan jiva hendaknya melakukan hal ini. Orang yang mengejar kekayaan dan kesejahteraan juga berkewajiban melakukan hal ini. Semua orang yang melakukan Brahmayajna, memuja dewa, memuja api suci, sujud pada para guru dan orang suci dan menyenangkan para brahmana berhak untuk mendapatkan surga pada saatnya nanti.

            70. Yang dimaksud adalah tiga garis yang dibuat secara horisontal di dahi dengan abu suci yang telah dicampur dengan sedikit air.
                71. VS. II. 50.
                72. VS. II. 50.
                73. Adalah mantra suci dalam kitab Rg veda yang dikenal setelah metre Gayatri. Mantra ini ditujukan pada dewa Surya oleh karena itulah disebut sebagai Savitri. Mantra ini menggerakkan kalimat “ Tat savitur varenyam bhargo devasya dhimahi dhiyoyonah pracodayat” yang artinya ‘kami bermeditasi pada cahaya ilahi matahari. semoga beliau mencerahi intelek kami’
                74. Ini adalah salah satu ritual penyucian yang dijelaskan dalam Grhya sutra dimana seorang anak akan diberikan sebuah benang suci dan diberkahi dengan kelahiran spiritual yang baru dan berhak untuk mempelajari kitab suci Veda.  Seorang brahmana diinisiasi pada umur delapan tahun, seorang kshtrya pada umur sebelas tahun, seorang vaisya pada umur dua belas, akan tetapi peraturan ini tidak mutlak demikian karena bisa ditunda.
75. Guha, berarti orang yang misterius, adalah Kartikeya disebut demikian karena kelahirannya yang misterius. Menurut legenda beliau adalah putra dewa Shiva yang dilahirkan tanpa rahim seorang wanita. Shiva membuang benihnya pada sebuah api suci yang kemudian diambil oleh Gangga dan menghasilkan Kartikeya. Oleh karena itulah ia kemudian disebut sebagai putra Agni dan Gangga. Ketika lahir ia dibesarkan oleh enam Krittika dan enam Krittika yang menyusuinya membuatnya menjadi berkepala enam.
* Terdapat dalam devi Bhagavata I. 8. 3-4  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar