Sabtu, 03 Desember 2011

AGAMA BUMI DAN AGAMA LANGIT


T: kawan agamamu,adalah agama bumi,sedangkan agamaku agama samawi?
AH: apa maksudnya agama bumi dan agama samawi
T: Agama Bumi atau agama budaya,artinya kitab suci agamamu buatan manusia. Sedangkan agama samawi artinya kitab suci agamaku dibuat Tuhan samawi artinya langit.
AH: jadi kitab suci agamamu dicetak di langit?
T: bukan dicetak dilangit. Tetapi isi kitab suci agamaku merupakan wahyu Tuhan yang bermukim di langit ketujuh,disampaikan oleh malaikat kepada nabiku.(menurut Kristen kitab suci itu ditulis oleh banyak pengarang yang mendapat inspirasi dari Tuhan)
AH:Kalau kitab suciku yang banyak jumlahnya itu diperoleh dengan dua cara. Yang pertama,ditemukan,dilihat atau didengar oleh para maharsi ketika jiwa mereka bersatu dengan Tuhan,dalam agama Hindu ini disebut Samadhi atau anubhava. Cara kedua adalah Tuhan sendiri menjelma ke bumi sebagai manusia disebut Avatara dan menyampaikan ajarannya secara langsung kepada manusia. Seperti Krishna yang lahir ke dunia dan menyampaikan ajarannya langsung kepada Arjuna. Jadi kitab suciku tidak disampaikan  melalui seorang perantara atau melalui ilham tetapi secara langsung diperoleh dari sumbernya yaitu Tuhan sendiri,yang dalam agamaku disebut Brahman. Atau diajarkan secara langsung oleh Tuhan sebagai Avatara kepada manusia.
T: tetap saja kitab suciku lebih baik,lebih asli.
AH:Itu kan keyakinanmu. Tetapi kenapa kitab sucimu yang katanya diturunkan dari Tuhandilangit,terdapat banyak kesalahan,seperti misalnya dikatakan bumi ini datar seperti hamparan tikar,padahal bumi ini bundar,atau matahari mengelilingi bumi,padahal bumi yang mengelilingi matahari sambil berputar pada orbitnya. Jika betul kitab sucimu sepenuhnya buatan Tuhan,harusnya tidak ada kesalahan sedikitpun. Disamping itu kitab sucimu juga penuh berisi ancaman,kutukan,kata-kata kebencian dan kekerasan? Kata-kata semacam itu tidak ditemukan di dalam kitab suci Hindu   

Senin, 28 November 2011

KAFIR DAN PENYEMBAH BERHALA


T: Kamu orang Hindu, kamu orang kafir
AH: apaan sih artinya kafir?
T: kafir artinya yang tidak percaya atau tidak beriman kepada Tuhanku,nabiku dan kitab suciku. Orang kafir musuh Allah*
AH: memang saya tidak percaya kepada Tuhanmu,nabimu dan kitab sucimu. Tapi saya percaya dengan Sang Hyang Widhi,percaya dengan Weda, percaya dengan para maharsi. Saya sembahyang, agama saya memiliki ajaran etika dan moral yang baik. Tetapi sekalipun kamu tidak percaya kepada apa yang saya percayai saya tidak menyebut kamu kafir atau sebutan menghina seperti itu.
T: Mengapa?
AH: karena saya diajarkan untuk berpikir,berkata dan berbuat baik. Saya diajarkan agar tidak menghina orang lain,agar tidak merendahkan agama orang lain. Ajaran itu namanya Tri Kaya Parisuda. Apakah di agama kamu diajarkan Tri Kaya Parisuda? Kamu harus hati-hati menuduh orang lain dengan sebutan merendahkan atau yang bernada kekerasan.
T: kenapa?
AH: karena kata-kata yang mengandung kekerasan atau kebencian,selangkah lagi bisa melahirkan tindakan kekerasan.
(AH memperlihatkan  beberapa dari banyak sekali ayat kitab suci temannya, yang berisi perintah keras sekali kepada orang2 kafir. Ayat2 ini dia unduh dari internet. Sekedar contoh: orang kafir adalah najis(kotor) (9:28) jangan bersahabat dengan mereka (9:23) biar mereka menemukan kekerasan di dalam kamu(9:123) tanamkan terror di hati mereka (8:12) bunuh mereka dimanapun kamu menemukan mereka(9:5) dan harta benda mereka dan perempuan2 mereka dibuat halal untukmu,nikmatilah, mereka sah dan baik(8:69). Temannya agak kaget melihat ayat2itu,karena tidak pernah dia ketahui sebelumnya. Ia berjanji akan menanyakan kebenaran dari ayat-ayat ini kepada guru agama di sekolahnya)
T: kamu menyembah berhala. Memuja patung.
AH: manusia adalah mahluk yang menggemari symbol. Negara kita, dan lembaga2nya memiliki banyak symbol. Negara kita misalnya memiliki bendera yang berwarna merah putih yang kita hormati. Yang kita hormati bukan dua lembar kain berwarna merah dan putih yang dijahit menjadi bendera, tetapi Negara kita yang disimbolkan oleh sang Dwi Warna. Dan bendera merah putih ada di setiap kantor. Patung, gambar atau pratima, adalah symbol,lambing. Ia hanyalah alat Bantu untuk konsentrasi.
Kamu kan juga sembahyang menghadap kaabah,apakah itu berarti kamu menyembah kaabah? Waktu naik haji kamu mencium cium batu hitam(hajar aswad) yang ada lobang di tengah2nya,apakah kamu berarti menyembah batu hitamitu? Di gereja juga ada lambang salib dimana tubuh Yesus yang sudah jadi mayat dipaku mengelayut bukankah ini lambang yang seram dan suram? Di gereja katolik juga banyak patung santo,orang suci dan Maria


  • Tuhan disini bisa allah atau trinitas nabi bisa Muhammad atau isa,kitab suci bisa quran atau injil

Jumat, 18 November 2011

KASTA


T: Apa sih kastamu?
AH: aku tidak punya kasta!
T: bukankah di dalam agama Hindu ada ajaran tentang kasta?
AH: tidak! Kata “kasta” sendiri berasal dari bahasa Portugis,perbedaan kelas berdasarkan keturunan. Di dalam setiap bangsa ada kelas bangsawan dan kelas rakyat biasa. Di dalam agama Hindu tidak ada kasta yang ada adalah “warna” pengelompokkan orang berdasarkan bakat  dan kemampuannya. Misalnya mereka yang mempunyai bakat atau kemampuan di bidang keagamaan disebut kaum brahmana, yang mempunyai bakat dan kemampuan di bidang pemerintahan dan militer disebut ksatriya, yang mempunyai bakat di bidang usaha dan pertanian disebut waisya yang mempunyai kemampuan di bidang pelayanan disebut sudra.
T: apakah anak seorang sudra bisa jadi brahmana?
AH:mengapa tidak? Anak seorang pelayan, bisa jadi ahli dan bahakan guru Weda seperti dalam kisah satyakama. Ia adalah anak jabala,seorang perempuan penjaga warung, yang tidak jelas siapa suaminya. Tetapi karena tekad dan ketekunannya,satyakama menjadi ahli Weda. Anak seorang petani bisa jadi presiden,bisa jadi professor,bisa jadi jenderal atau pengusaha atau pendeta. Demikian pula sebaliknya anak seorang pendeta bisa jadi pedagang bisa jadi petani.
T: apa itu hanya teori?
AH: tidak. Di India modern seorang keturunan dalit,bisa menjadi perdana menteri atau presiden. Di dalam masyarakat Hindu Indonesia contoh-contoh seperti itu bukan satu pengecualian artinya contohnya sudah tak terhitung lagi. Sebetulnya profesi atau pekerjaan karena keturunan banyak segi positifnya.
T: Misalnya?
AH: seorang tukang arloji yang mewarisi profesi atau bisnis keluarga yang telah dijalankan turun temurun merupakan jamainan mutu,karena merupakan akumulasi dari keahlian. Itu sebabnya perusahaan2 keluarga sering mengiklankan pendirinya yang sudah hidup ratusan tahun lalu. Tetapi untuk jabatan public memang tidak baik. Karena kalau perusahaan keluarga,resikonya hanya ditanggung oleh keluarga itru sendiri. Sedangkan jabatan public, resikonya ditanggung oleh masyarakatbanyak.
T: tetapi kan lebih baik agama kami,karena kami tidak mengenal kelas.
AH: di agama anda,kawan, ada pembagian orang beriman lawan orang kafir. Ini adalah penggolongan atau kelas yang jauh lebih berbahaya,karena ada perintah agar orang beriman menaklukkan atau memusnahkan orang kafir. Dan ajaran ini telah membawa penderitaan bagi jutaan manusia sepanjang sejarah. Ini adalah apartheid agama. Bila apartheid politik di Afrika Selatan, berkat perjuangan Nelson Mandela, yang terinspirasi oleh metode perjuangan non kekerasan oleh Mahatma Gandhi,telah dibuang kelaut,apartheid agama ini justru dianggap suci.  
sumber HINDU MENJAWAB

SETAN,MUSUH YANG TAK DAPAT DIKALAHKAN TUHAN ATAU SEKUTUNYA?


T: apakah dalam agama Hindu ada setan?
AH: tidak! Jika Tuhan mahakuasa mengapa Dia membiarkan setan ada?
T: Tuhan memang menciptakan setan untuk menggoda manusia.
AH: Mengapa?
T: agar manusia selalu ingat akan Tuhan, dan meminta perlindungan kepada Tuhan.
AH: kalau benar begitu,bukankah Tuhan dapat dianggap bersekongkol dengan setan untuk mencelakakan manusia? Mirip seperti keamanan pasar yang korup bersekongkol dengan preman untuk menakut-nakuti para pedagang,agar para pedagang terus meminta perlindungan kepada keamanan,tentu saja dengan membayar uang keamanan
T: jadi kalau manusia berbuat dosa disebabkan karena apa?
AH: itu karena ketidaktahuan atau avidya. Karena ketidaktahuan manusia memilih melakukan tindakan yang salah. Kalau manusia memiliki pengetahuan atau vidya dia akan menjadi bijaksana dan orang yang bijak tidak akan mungkin melakukan dosa.
T: tetapi bukankah di dalam agama Hindu juga diajarkan adanya musuh-musuh?
AH: ya, tetapi musuh2 yang ada di dalam diri manusia sendiri seperti sifat sombong,angkuh,serakah,suka marah,iri benci,suka dengan kekerasan dan semacam itu. Kami tidak diajarkan untuk memusuhi orang atau kelompok lain berdasarkan ras,suku maupun agama. Semua orang apapun keyakinan,suku, bangsa atau ideologinya adalah satu keluarga. Ini disebut vasudaiva kutumbakam
T: bukankah di dalam agamamu ada butakala,yang ogoh-ogohnya di arak sehari sebelum Nyepi. Apakah itu tidak sama dengan setan?
AH: butakala itu adalah mahluk yang tarafnya dibawah manusia, yang karena tidak memiliki akal,sering menjadi gangguan. Butakala bisa juga sebagai lambing manusia yang tidak memiliki pengetahuan atau avidya sering berbuat salah. Untuk mahluk-mahluk ini kita harus berusahauntuk meningkatkan harkat dan martabat mereka.
Kalau dilihat secara arti katanya, buta itu adalah alam, kala adalah waktu. Jadi manusia harus memandang alam dan waktu bukan sebagai musuh, tetapi sebagai sahabat agar hidup kita di dunia ini harmonis dan berguna.

Rabu, 16 November 2011

TUHAN ADALAH DEWA part 2

T: Jadi Tuhan ada di dalam bumi, di dalam pohon-pohon dan manusia? bagaimana bisa? bukankah itu menyekutukan Tuhan?
AH: Tuhan di dalam paham Hindu adalah Mahaada. Mahatakterbatas.Artinya Dia ada dimana-mana,keberadaan manusia,pohon-pohon,batu dan lain2, tidak dapat membatasi atau menghalangi keberadaan Tuhan.
T: kok bisa?
AH: Tuhan itu bersifat rohani, bukan jasmani atau materi seperti manusia atau alam. di dalamktab Suci Hindu di andaikan Tuhan itu seperti api yang ada di dalam setiap kayu yang terbakar. Atau seperti Listrik yang menghidukan dan menggerakan semua alat2 elekronik yg ada dirumah kita.
T: Bila Tuhan ada di dalam ciptaan, apakah Dia tidak kotor,karena ada di dalam materi? 
AH: Mutiara sekalipun diletakkan di tempat sampah atau dilumpur, tetap saja mutiara.Matahari menerangi semua tempat,termasuk tempat kotor,tidak dipengaruhi oleh kekotoran tempat itu.Apalagi Tuhan yang menciptakan dan lebih suci dari matahari itu.
T: Tapi kan monoteisme lebih baik? 
AH: Kata siapa? Tuhan monoteisme kan berpihak pada satu kelompok pemeluk agama saja. Tuhan menurut agama Hindu tidak berpihak. Karena Dia ada dimana-mana, ada dalam setiap ciptaan,tidak mungkin Dia hanya menjadi Tuhan bagi sekelompok orang apalagi memusuhi kelompok lainnya. Tuhan menurut agama Hindu adalah Tuhan bagi seluruh alam semesta,seluruh manusia yang Dia Ciptakan. kalau Dia hanya Tuhan untuk satu kelompok orang,mengapa Dia menciptakan seluruh manusia.Monoteisme bukanlah Tuhan bagi seluruh manusia. Monoteisme mirip kepala suku. karena hanya kepala suku yang berpihak kepada sekelompok orang,sukunya, dan memiliki musuh. Sementara Tuhan alam semesta pasti tidak memiliki musuh.
T: bila bukan monoteisme lalu paham ketuhananmu disebut apa?
AH: paham ketuhanan Hindu ini dalam istilah filsafat barat disebut panteisme.Pan artinya semuanya, teis Artinya Tuhan. jadi panteisme artinya Tuhan yang satu itu adalah semuanya. Satu menjadi banyak. Monoteisme dengan Tuhan cemburuyang hanya berpihak kepada satu kelompok orang sering menimbulkan konflik perang.
T: lalu Dewa itu apa?
AH: kata Dewa dalam bahasa Sansekerta memiliki banyak arti. antara lain "yang memberi" Tuhan adalah Dewa karena Dia memberi seluruh dunia.Orang terpelajar yang memberikan ilmu pengetahuan kepada sesama manusia adalah juga seorang Dewa (Vidvamso hi devah).Matahari, bulan dan bintang2 dilangit adalah para Dewa karena mereka memberi cahaya kepada semua ciptaan.Ayah dan Ibu dan pembimbing spiritual adalah juga para Dewa. maka Dewa kemudian berarti cahaya.
Kalau diandaikan matahari adalah Tuhan sinarnya tak terhitung jumlahnya itu adalah para Dewa. jadi para dewa itu sebenarnya adalah nama-nama Tuhan di dalam fungsinya yang terbatas.misalnya Brahma adalah nama Tuhan dalam fungsinya sebagai pencipta.Wisnu adalah nama Tuhan dalam fungsinya sebagai pemelihara. dan Siwa adalah nama Tuhan dalam Fungsinya sebagai pemrelina.

T: Siva itu Dewa perusak ya?
AH: bukan perusak tetapi pemrelina(pelebur).semua yang ada di dunia ini tunduk pada hukum alam yang dalam agama Hindu disebut Rta yaitu hukum ,tumbuh,tambah ,musnah.atau lahir tumbuh berkembang menjadi tua lalu mati.manusia,binatang,dan tumbuhan mengalami halitu. jika isi alam ini semuanya hanya lahir berkembang dan tidak pernah mati,pastilah alam ini segera penuh. dan karena itu tidak ada ciptaan baru. Nah proses kematian itulah yang disebut prelina. contoh yang lain,perhiasan lama yang dibuat dari emas dilebur,emas itu dibentuk menjadi perhiasan baru.Proses peleburan itu disebut juga prelina,itulah fungsi Siva












Selasa, 15 November 2011

TUHAN ADALAH DEWA

Teman (T) : Orang Hindu menyembah banyak Dewa ya? Hindu politeis
Anak Hindu (AH) : di dalamWeda ada kalimat terkenal yang menyatakan sbb: Ekam Sat Vipra Bahuda Vadanti,artinya Tuhan itu satu, tetapi orang bijaksana (para maharsi) menyebutnya dengan berbagai nama. pernyataan di dalam Weda ini sudah ada jauh sebelum lahirnya agama Kristen dan Islam.
T: jadi Hindu Juga menganut monoteisme?
AH: tidak!!! Monoteisme adalah paham tentang satu Tuhan yg memiliki bentuk dan sifat seperti manusia,antara lain cemburu,benci,marah dan dendam dan bermukim jauh di sorga atau dilangit ketujuh. Sedangkan Tuhan di dalam pengertian Hindu, ada dimana-mana, di dalam dan diluar ciptaan. Wyapi wyapaka

Minggu, 16 Oktober 2011

Pemujaan Tri Murti untuk Mengendalikan Perubahan


Utpati sthiti linakyam
Lokanang kreta karanah
Anadhi madhyani dhanah.
Sarve garudha vahanah
.
(Bhuwana Kosa.IV.33)
Maksudnya: Tuhanlah yang menciptakan seluruh alam, Tuhan sebagai perwujudan utpati, sthiti dan pralina yang tanpa awal, pertengahan dan akhir. Beliau semuanya mengendarai garuda.
Budaya – Balipost Minggu, 23 Mei 2010
Pemujaan Tri Murti untuk Mengendalikan Perubahan
Oleh I Ketut Wiana
Utpati sthiti linakyam
Lokanang kreta karanah
Anadhi madhyani dhanah.
Sarve garudha vahanah
.
(Bhuwana Kosa.IV.33)
Maksudnya: Tuhanlah yang menciptakan seluruh alam, Tuhan sebagai perwujudan utpati, sthiti dan pralina yang tanpa awal, pertengahan dan akhir. Beliau semuanya mengendarai garuda.
MENURUT keyakinan Hindu, hanya Tuhan yang kekal abadi tidak kena hukum perubahan. Semua ciptaan Tuhan tidak ada yang langgeng di alam semesta ini. Semua ciptaan Tuhan kena hukum Tri Kona yaitu utpati, sthiti dan pralina yaitu tercipta atau lahir, hidup dan lenyap tanpa bentuk. Menurut Bhuwana Kosa IV.33 yang dikutip di atas yang menciptakan hukum Tri Kona; utpati, sthiti dan pralina itu adalah Tuhan sendiri. Ini artinya tidak ada ciptaan Tuhan yang luput dari proses utpati, sthiti dan pralina.
Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna memiliki harapan dalam hidupnya agar dapat mengikuti proses lahir hidup dan mati dengan baik, benar dan wajar. Artinya dalam proses lahirnya berjalan dengan benar dan baik dan wajar. Demikian juga dalam menjalani kehidupan di bumi ini dapat dilakoninya dengan baik, benar dan wajar juga.
Demikian juga saat mengakhiri hidupnya di bumi ini juga berjalan dengan wajar-wajar tanpa masalah. Misalnya tidak mati salah pati atau ngulah pati. Harapan hidup manusia agar bisa mengikuti proses utpati, sthiti dan pralina dengan sebaik-baiknya salah satu caranya dengan memuja Tuhan sebagai Tri Murti yaitu Brahma, Wisnu dan Siwa.
Hal inilah yang menyebabkan semua sekte atau sampradaya dalam tradisi Hindu mengenal adanya pemujaan pada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Tri Murti. Untuk menciptakan sesuatu yang patut diciptakan dipujalah Tuhan sebagai Dewa Brahma. Untuk memelihara dan melindungi sesuatu yang patut di pelihara dan dilindungi di pujalah Tuhan sebagai Dewa Wisnu.
Demikian juga untuk menghilangkan atau mempralina sesuatu yang sepatutnya di-pralina dipujalah Tuhan sebagai Dewa Siwa atau Iswara. Artinya perubahan hidup di bumi ini dari utpati, sthiti dan pralina diharapkan berjalan dengan baik, benar dan wajar. Pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti adalah sebagai usaha untuk menyukseskan hidup dalam wujud niskala. Usaha niskala itu tidaklah lengkap tanpa usaha sekala.
Tuhan sebagai Dewa Tri Murti di samping sebagai pencipta hukum Tri Kona juga sebagai dewa penuntun umat manusia dalam mengendalikan tri guna-nya.
Dalam Bhagawad Gita XIV.5 ada dinyatakan bahwa tri guna ini berasal dari prakerti kalau tidak ditata dengan baik dapat menyelubungi kesucian atman sebagai unsur purusa. Kesucian atman tidak dapat mencerahkan perilaku manusia mewujudkan kesucian atman di bumi ini. Karena itu dalam berbagai ajaran sastra suci Hindu banyak dijumpai ajaran untuk menata dinamika tri guna ini agar manusia dapat meraih hidup sejahtera lahir batin.
Dalam Matsya Purana 53.Sloka 68 dan 69 ada dinyatakan bahwa Dewa Wisnu adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai penuntun manusia mengendalikan guna sattwam. Dewa Brahma sebagai penuntun manusia mengendalikan guna rajah dan Dewa Siwa sebagai penuntun manusia mengendalikan guna tamas. Bhgawad Gita XIV.9 menyatakan bahwa kalau guna satwam yang dominan dalam diri maka orang akan mendapatkan kehidupan yang bahagia.
Kalau guna rajah yang dominan maka orang akan mampu bekerja keras. Kalau guna tamas yang menguasai diri seseorang maka kebijaksanaannya akan tertutup. Dalam Pustaka Tattwa Janyana 7 dinyatakan bahwa kalau guna sattwam yang menguasai pikiran (citta) maka ia menjadi orang yang bijaksana, tahu akan apa yang disebut patut dan tidak patut, baik caranya bertingkah laku, meskipun ia bertenaga ia tidak kasar, tidak berkata asal berkata dan bersikap hormat.
Sedangkan kalau guna rajas yang berkuasa maka alam pikirannya sering goncang, bergerak serba cepat, tergesa-gesa, mudah panas hati, congkak, iri hati, mudah tersinggung, suka usil. Bila guna tamas yang melekat dalam alam pikiran maka orang itu akan malas, pengotor, kuat makan, suka tidur, dungu, besar birahinya, iri hati, amat bernafsu, loba dst.
Dalam Pustaka Wrehaspati Tattwa 21 menyatakan bahwa kalau guna sattwam dan guna rajas sama-sama kuat menguasai pikiran (citta) maka guna sattwam menyebabkan orang senantiasa berniat baik berdasarkan dharma dan guna rajas membuat orang berbuat baik mewujudkan tujuan dharma itu. Orang yang demikian itupun akan mencapai sorga. Pustaka Wrehaspati Tattwa 22 menyatakan bila guna sattwam, rajas dan tamas sama-sama kuat menguasai pikiran maka orang itupun akan terus menjelma sebagai manusia ke bumi ini.
Untuk mencapai sorga manusia harus terus menerus dalam penjelmaan sebagai manusia di bumi ini berusaha menyeimbangkan kekuatan guna sattwam dan rajas untuk menguasai pikirannya. Dengan demikian ia akan konsisten berniat baik dan juga berbuat baik secara nyata berdasarkan dharma.
Karena itu pemujaan Tri Murti dalam tradisi Hindu di Bali bukan untuk menyelesaikan konflik antarsekte Hindu di Bali. Karena tidak ada bukti sejarah bahwa sekte-sekte (sampradaya) Hindu di Bali pernah konflik. Apa lagi pada abad ke-11 Masehi Raja Udayana dan permaisurinya beda sekte tetapi raja suami istri itu rukun memimpin Bali. Raja menganut Budha Mahayana sedangkan permaisurinya menganut Siwa Pasupata.
Mpu Kuturan menganjurkan pendirian Kahyangan Tiga sebagai media pemujaan Tri Murti bukan untuk mengatasi sekte yang konflik, karena tak ada sekte yang konflik. Pendirian Kahyangan Tiga dianjurkan untuk mengendalikan perubahan utpati, sthiti dan pralina itu agar dilakukan oleh orang-orang yang tri guna-nya terkendali juga. Dengan demikian perubahan di setiap desa pakraman akan senantiasa mengarah pada perubahan berdasarkan dharma dan untuk dharma pula.[ketut wiana].

Meditasi dengan gayatri mantra


Meditasi dengan gayatri mantra
Om bhur bhuvah svah,
tat savitur varenyam,
bhargo devasya dhimahi,
dhiyo yo nah pracodayat.

artinya:
O cahaya bersinar yang telah melahirkan semua loka atau dunia kesadaran, O Tuhan yang muncul melalui sinarnya matahari sinarilah budi kami.


Inilah makna dari mantra yang memiliki semua bija-mantra yang kesemuanya melambangkan dari kekuasaan Brahman dalam cahaya suciNya. Om melambangkan Tuhan, Bhur mewakili bumi, Bhuvah melingkupi semua bagian dari daerahnya dewata-dewata dan setengah dewata sampai kepada matahari. Sedangkan Svah mewakili dimensi alam ketiga yang diketahui dengan nama svargaloka dan semua loka-loka yang cemerlang dia atasnya.

Gayatri mantra ini mempunyai getaran sangat kuat sehingga seseorang dalam pencaran rohaninya apabila tulus mengucapkan Gayatri mantra ini akan membawa
kepada pencerahan bathin. Banyak buku yang mengulas bagaimana kehebatan dari Gayatri mantram tersebut, namun tidak ada guru yang bisa memberikan pelajaran secara sistematis sehingga tidak ada pegangan yang kuat bagi murid-murid untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi.

Gayatri mantram pada dasarnya bekerja secara otomatis dalam kesadaran rohani manusia. Ini di sebabkan mantram tersebut mewakili dari setiap elemen dasar
manusia dan alam.

Manusia memiliki tiga bagian badan yaitu badan fisik, badan energy (aura atau cahaya) dan badan roh (atma) ketiga bagian badan ini saling terkait satu sama
lainnya. Badan fisik berhubungan dengan napas dan prana, dan badan roh berhubungan dengan kesadaran Brahman.

Dijaman yang serba tidak pasti ini, banyak sekali bermunculan suatu masalah dalam kehidupan seperti contoh agama, ekonomi, sosial dan lain-lain dan yang
lebih parah lagi adalah banyaknya kasus penyakit. Tidak bisa disangkal lagi bahwa jaman ini materi menjadi tujuan yang paling utama, karena materi bagi seseorang menjajanjikan sebuah kebahagiaan.

Karena pencitraan yang sangat kuat ini, banyak orang pada jaman sekarang melakukan perbuatan yang berorientasi pada harta, segala cara pun dilakukan
asalkan terpenuhi nafsunya serta ambisinya. Tidak di dunia ekonomi saja terjadi seperti itu, di dunia energy pun banyak orang menggunakan kekuatan mistik
hitam untuk mencelakai secara halus, ini terlepas dari percaya atau tidak dengan hal ilmu hitam. Banyak bermunculan duku-dukun serta paranormal yang
menjajanjikan serta menjual berbagai macam kebolehan serta asesories untuk kedigjayaan atau kesaktian. Apabila tidak kuat iman, bisa dipastikan jaman
sekarang akan menjadi budak dari sekian pencitraan yang mencekam dalam kehidupan ini.

Lalu haruskah kita lari dari kehidupan ini dan mengasingkan diri untuk pergi ke hutan atau gua dan apakah kita mengambil jalan singkat bunuh diri?
Kedua-duanya adalah jalan yang konyol, kita harus menghadapi gelombang badai tersebut, namun dengan cara yang sangat halus serta bijak.

Apa yang disebut dengan suara karena kita mempunyai otak serta indra mata. Anadaikan saja seseorang buta dan tuli sejak lahir pasti baginya dunia ini tidak
ada, inilah yang disebut dengan ikatan indra dengan alam sementa. Untuk bisa terhindar dari masalah tersebut, tidada jalan lain kecuali mencari masalah
itu jauh ke dalam hati dan pikiran sebab di sanalah kemelut itu bercokol.

MEDITASI DENGAN GAYATRI MANTRA

Sudah dikatakan Gayatri mantram mempunyai vibrasi sangat kuat terhadap otak dan batin asalkan tahu bagaimana cara menggunakan mantra tersebut. Meditasi
pada hakekatnya berhubungan dengan pikiran, kesadaran, serta spirit dan sangat dibutuhkan guru yang khusus. Apabila anda ingin menjadikan Gayatri Mantra sebagai bagian dari meditasi anda harus melakukan puasa putih(tanpa garam, dan tidak minum susu) selama dua hari untuk memohon berkat kepada Maha Dewi.

Lakukan puasa mulai hari Rabu (pagi) sampai Jumat (pagi) hanya makan nasi putih dan air putih saja dan lakukan puja Gayatri setiap pagi menghadap matahari
terbit, siang hari, dan malam hari. Dalam mengucapkan Gayatri mantra enam kali untuk pagi hari, empat kali untuk siang hari, dan dua puluh sembilan kali untuk
malam hari. Lakukan puasa dan puja Gayatri dengan ketulusan hati jangan memohon suatu daya-daya sakti tertentu sebab belum tentu keinginan anda akan
terpenuhi. Setelah melakukan puasa dan puja gayatri selama dua hari barulah anda di perkenankan untuk melakukan meditasi ternadap Gayatri mantra sebab api spirit anda sudah menyala.

Tambahan:
Dalam penjelasannya puasa putih ini dapat dilakukan sehari saja tapi harus pada hari kelahirannya. Misalnya lahir hari Senen, maka puasa dilakukan pada Senen pagi hingga Selasa pagi.

TEORI MEDITASI

Sebelum meditasi cucilah muka, tangan, serta kaki, atau anda mandi untuk membersihkan badan dari kotoran sekaligus membuat badan menjadi segar. Duduklah dengan memakai alas dari kain, tikar, atau selimut, posisi punggung tegak lurus dan tangan diletakkan dipangkuan dalam posisi relek. Pejamkan mata, serta tenangkan pikiran berberapa detik, setelah itu ucapkan mantra "

OM Bhur, OM Bhuvah, OM Svah"

ucapkan dengan suara lambat serta santai jangan tergesa-gesa sebanyak lima
kali, ini bertujuan untuk membersihkan lapisan pikiran.

Pada saat mengucapkan mantra ini arahkan pikiran pada mantra dan suara bukan pada bayangan pikiran. Setelah baca mantra selesai tutuplah mulut serta tenangkan pikiran lalu ucapkan Gayatri mantram

" OM Bhur, Bhuvah, Svah, tat savitur varenyam, bhargo devasya
dimahi, dhiyo yo nah pracodayat"

dengan lambat dan tenang di dalam hati. Arahkan pikiran serta getaran suara mantra pada jantung, anda cukup meniatkan saja bukan membayangkan.

Meditasi dengan Gayatri mantram sangat efektif untuk berbagai macam keperluan seperti melindungi diri dari energy negatif, kecantikan, kekuatan batin, kecerdasan
dan lain-lain. Kekuatan Gayatri mantra tidak bisa berfungsi apabila disertai niat kurang baik. Meditasi Gayatri mantra apabila dilakukan dengan baik serta
tulus akan banyak muncul keajaiban-keajaiban yang tidak bisa kita sangka. Gayatri mantra bukan bekerja pada maksud si meditator namun, karunia, energy,
rahmat, dari Maha Devi Gayatri yang berhak menentukan. Bagaikan mobil, sang supirlah yang tahu kemana tujuan dari mobil itu, bukan tujuan dari mobil tersebut yang dituruti sang supir.


Energy Gayatri masuk dari ubun-ubun melalui tulang belakang serta menyebar keseluruh tubuh fisik, tubuh energy, dan atma. Banyak guru-guru suci yang tercerahkan mengatakan "pencerahan akan kalian dapatkan pada Gayatri mantra. Pada jaman kali yuga ini tiada yang mampu melepaskan lapisan kekotoran pikiran
selain getaran halus dari Gayatri mantra.

TIPS

Apa bila anda merasa ada sakit yang disebabkan oleh ulah niat jahat seseorang, dan kalau percaya dengan hal ini anda bisa menggunakan cara berikut ini. Sediakan air bersih , higienis, untuk diminum, lalu jemurlah air tersebut pada cahaya matahari serta cahaya bulan di malam hari. Setelah air tersebut dijemur oleh kedua unsur cahaya tersebut berdoalah pada Tuhan sambil membaca Gayatri mantram 11 kali, setiap habis membaca gayatri mantram tiupkan nafas anda pada air tersebut. Air tersebut bisa diminum atau dipakai campuran obat, mandi dan lain-lainnya. Dengan kekuatan ini segala macam bentuk energy jahat dari seseorang akan hancur oleh kekuatan dari mantra tersebut, hal ini sering terbutkti di daerah-daaerah terpencil. Ada banyak lagi cara-cara yang bisa dijadikan renungan, betapa Gayatri mantra mempu untuk menghadapi dilema dalam hidup ini.

Sabtu, 06 Agustus 2011

GAYATRI – MANTRA


JAPA  MANTRA 

Sri Krishna di dalam Bhagavat-Gita bersabda kepada Sri Arjuna, bahwasanya diantara berbagai mantra, maka Gayatri Mantra adalah yang tertinggi sifatnya dan Beliau sendiri adalah pengejawantahan dari esensi mantra ini.  Ada dua versi mantra Gayatri yang paling populer diantara berbagai jenis mantra-mantra Gayatri.  Yang pertama adalah seperti berikut ini : 

OM

BHUR, OM BWAH, OM SWAH,
Om Tat Savetur Varenyam
 Bhargo Devasya Dimahi,
Dhiyo Yonah Prachodayat 
Apakah mantra Gayatri ini sebenarnya dan apakah manfaatnya, sehingga sedemikian agungnya mantra ini?  Konon Gayatri sendiri yang adalah manifestasi dari lima bentuk bunda alam-semesta ini bersifat maha prakriti (Maya, ilusi Ilahi).  Kelima dewi ini adalah Saraswati-Laksmi-Durga-Uma dan Kali, yang membaur menjadi satu bentuk dominan di seluruh alam semesta ini, baik di alam buana-alit maupun buana-agung.  Gayatri lahir dari Sang Pencipta Brahma pada awal penciptaan dunia ini yang tersirat di Veda sebagai  mantra yang bersifat universal, yaitu suatu bentuk Pengagungan dari Yang Maha Kuasa dalam bentuk seorang Bunda alam-semesta itu sendiri dengan kelima bentuk kewajibanNya.  Itulah sebabnya walaupun memiliki hanya satu raga, Beliau berkepala kelima dewi di atas tersebut.  Dewi Saraswati adalah lambang dari ilmu pengetahuan, sastra, agama, literatur, keindahan dan seni budaya.  Tanpa Beliau, manusia hidup seperti ibaratnya fauna yang tidak berbudi-pekerti.  Dewi Laksmi adalah lambang dari kejayaan, kekuatan, kemakmuran dan sebagainya. Beliau adalah shaktinya Dewa Vishnu Sang Pemelihara alam semesta ini, sedangkan  Dewi Saraswati adalah shaktinya Dewa Brahma Sang Pencipta.  Durga adalah berkuasa di atas segala bentuk kebatilan,  asuras dan bentuk-bentuk yang bersifat iblis; barang siapa memuja Beliau dipastikan akan dijauhkan dari segala mara-bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai asura ini.  Di Indonesia ada konsep yang salah mengenai Durga ini, Beliau dianggap sebagai ratunya para setan-dedemit, padahal Beliau ini menguasai mereka dan tanpa Beliau semua unsur iblis ini akan meraja-lela tidak terkendali.  Di India dan di seluruh dunia Beliau adalah Dewi yang paling dipuja demi mendapatkan imbalan-imbalan duniawi, disamping Laksmi dan Dewa Ganeshya. 
Dewi Uma atau Prathivi, atau Pertiwi adalah juga isteri atau shakti dari Shiva Mahadewa. Beliau adalah ibu Pertiwi ini merupakan Tuhan insan Hindu yang pertama-tama harus dipuja.  Sedangkan Kali, lahir dari Shiva itu sendiri dan akhirnya “membunuh” Shiva dengan kekuatannya. Sebuah simbolisasi dari Sang Waktu (Kala dan Kali), yang maha dominan dan abadi. Dewa-dewi boleh berakhir tugas, tetapi tidak Sang Kala ataupun Sang Kali.  Secara spiritual Gayatri dianggap hadir selama 9 bulan 10 hari di dalam rahim seorang ibu yang sedang mengandung, dan selama itu pula sang jabang bayi belajar akan hakikat Tuhan Yang Maha esa dengan segala fenomenaNya baik di alam  bumi ini maupun di buana-agung dimana Beliau senantiasa maha hadir dimana saja.  Sewaktu seorang jabang bayi lahir, ia menangis pertama kali, dan setiap bayi selalu merneriakkan uah, uah.  Menurut para ahli spiritual Hindu, kata pertama yang keluar dari mulut sang bayi, bangsa apapun ia dan lahir dimanapun, ia adalah : Aum, Aum, Aum, karena tiba-tiba sang jabang bayi kehilangan Gayatri. Oleh karena itu sewaktu dibabtiskan beberapa hari kemudian, versi pertama gayatri ini oleh sang ayah akan dimanterakan di telinga sang jabang bayi, agar ia sadar kembali akan hakikat kehidupannya di dunia ini.  Sayang sekali hampir semua ayah tidak sadar akan makna mantra ini, dan hampir semua pendeta yang melakukan upacara untuk si bayi ini lebih terbius dengan pembayaran yang akan diterimanya.  Lambat-laun hilanglah hakikat sesungguhnya dari mantra yang teramat sakral ini.  Sesungguhnya mantra  yang utama ini diperuntukkan demi majunya jalan spiritual seseorang dan bukan untuk mendapatkan pahala-pahala seperti keselamatan, rezeki dan kekayaan.  Dengan mengulang-ulang mantra ini seseorang akan dibersihkan dari berbagai kekotoran duniawinya, namun itu baru bisa terjadi seandainya pemahaman seseorang akan mantra ini sempurna.  Kalau hanya mengulang-ulang ibarat burung beo, maka yang didapatkannya hanyalah kebodohan belaka.  Pemahaman yang baik akan mantra ini akan mengungkap Sang Jati Diri yang bersemayam di dalam diri kita melalui dhyana yang berkesinambungan dan tanpa pamrih.  Dan dhyana ini seharusnya dibukakan oleh seorang guru yang telah berstatus dwijati dan non-pamrih  dalam segala hal.  Pada saat seseorang berguru, inilah mantra Gayatri versi kedua diberikan kepadanya secara spiritual, dan ini disebutkan kelahiran kembali (kedua kalinya).  Versi kedua akan kami utarakan pada keterangan-keterangan berikutnya.  Biasanya untuk mendapatkan jalan dhyana ini seseorang  akan diminta untuk menyiapkan dirinya menjadi vegetarian total, dan bersikap total ahimsa dan non-pamrih dalam segala hal, walaupun hidup secara duniawi secara wajar-wajar saja. 
Mantra ini disebut juga dengan nama Savitri Mantra, karena sebenarnya didedikasikan ke seorang dewa yang bernama Savitr. Ada juga sebutan Savitri-gayatri di buku-buku kuno, dan mantra ini ditujukan pada zaman tersebut pada Dewa Surya secara kaidah-kaidah yang terdapat di dalam Veda, dan hal ini juga disebut sebagai Gayatri. Kaidah ini disebut: 
“Om Tat-Savitur-Varenyam
Bhargo Devasya Dhimahi
Dhiyo yo Nah Pracodayat” 
Konon maha mantra ini diturunkan pertama kalinya kepada manusia di bumi ini kepada Resi Visvamitra yang agung di zaman yang teramat silam.  Keseluruhan mantra ini termuat dalam mandala ketiga dari Rig Veda.  Mantra yang sama ini juga hadir Sukla Yajurveda dan Krishna Yajurveda. Di Bhagavat-Gita Sri Krishna bersabda bahwasanya cahaya yang meliputi surya dan chandra adalah CahayaNya semata, jadi menurut para kaum suci, ini berarti Mantra  Gayatri adalah mantra pencerahan akan hakikat Yang Maha Hakiki. 
Om  Bhur  berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Sang Bhumi.
Om Bwah berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Alam-Semesta.
Om Svah berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah  Kehampaan yang menyelimuti bumi dan alam semesta ini. 
Sedangkan tiga baris mantra di atas berarti:
            “Kami bersemedi ke arah Cahaya Ketuhanan Sang Surya, semoga cahaya surgawi ini menerangi aliran pikiran yang ada di dalam budhi (intelek) kami.” 
Biasanya di India mantra ini disertai dengan  japa pranava  dan  Vyahrti-S.  Bagi kaum Hindu, pemujaan sehari-hari mengharuskan japa ini (sandhya-karma) agar pikiran selalau berpikir akan hal-hal yang bersifat jernih. Di Manusmrti 102 tertulis : ”Membaca japa ini di pagi hari sambil berdiri akan menghilangkan semua dosa yang disandang selama malam harinya, dan dengan berjapa di malam hari, maka semua dosa dipagi harinya akan sirna seketika”.  Itulah sebabnya kedua waktu ini harus dipergunakan untuk mengingatNya dan sekaligus menyadarkan diri kita sendiri dengan maha mantra ini, bukan hanya dijapakan pada waktu berkunjung ke kuil atau ke pura saja. 
Pada zaman ini Gayatri-Mantra telah sedemikian populernya diseluruh dunia sehingga selalu berkumandang dalam bentuk ratusan versi lagu, japa dan puja-puji dalam berbagai dialog yang aneh-aneh.  Ada sementara  resi mengatakan pranava “Om Bhur-Bvah-Svah” boleh ditambahkan atau tidakpun tidak apa-apa dalam setiap pemujaan, namun rasanya tidak akan berarti kalau tidak disertakan. Ada dua sandhya dalam sehari. Kata Sandhya berarti titik penghubung antara pagi dan malam. Dengan demikian sandhya yang pertama  adalah subuh dan yang kedua adalah senja hari.  Pemujaan pada pagi hari sekitar jam 4.30 s/d  jam 5 pagi disebut Brahma-mahurta dan di sore hari sebaiknya pukul 6 s/d 7 sore.  Setelah Islam masuk ke India, banyak orang Hindu menambahkan japa dan sembahyang pada siang hari, padahal itu tidak dianjurkan dan juga tidak dilarang. 
Di masa lalu pemujaan pagi hari sambil berdiri dilakukan menghadap ke arah Timur ke Surya dan pada malam hari ke arah Barat, dan sambil memuja,  seseorang akan meletakkan air di kedua tangannya yang terkatub, dan pada akhir ucapan mantranya air tersebut dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ini disebut Arghya-Pradana.  Pada saat mengakhiri mantra ini, sang pemuja akan mengucapkan :”Surya adalah Sang Brahman (Asavidityo Brahma)”, kemudian ia akan melaksanakan atma-pradaksina, yaitu memutarkan badannya kearah kanan, ini mengisyaratkan bahwa sang pemuja dalam baktinya mengikuti arah Sang Surya dan dharmanya.  Sekaligus berarti ia akan selalu berada dalam naungan dan tuntunan Sang Atman, Sang Jati Diri yang raganya sendiri.  Pada masa tersebut Gayatri-Mantra diucapkan 10 kali pada setiap sandhya, pada saat ini sudah bebas, walaupun konon mantra ini tidak boleh diucapkan lagi setelah senja lewat.  Saat ini aturan inipun sudah terkesan bebas. 
Dengan mengucapkan Gayatri mantra kita sebenarnya memohon agar cahayaNya menerangi dan membebaskan kita  semua dari kebatilan yang selalu mengganggu kita sepanjang hari terus-menerus tanpa henti dalam bentuk godaan-godaan duniawi yang tidak ada habis-habisnya ini. 
Ribuan tahun telah  silam semenjak hadirnya berbagai Veda, kemudian muncullah berbagai Sutras dan kemudian hadirlah berbagai pengertian dan penghayatan akan filosif dan ritual yang disebut agama-agama yang berorientasi ke pemujaan Vishnu, Shiva dan Shakti (Durga).  Setiap agama ini menyatakan bahwasanya Gayatri adalah miliknya, dan puja ini ditujukan kepada masing-masing Ishta-dewatanya.  Kemudian berkembanglah konsep Tuhan sebagai Bunda alam-semesta ribuan tahun lalu, dan hadirlah Dewi Gayatri seperti yang kita kenal sekarang ini.  Banyak yang berpendapat dengan melantunkan Gayatri maka seluruh Veda-Veda telah dilantunkan olehnya.  Kemudian mantra yang dianggap teramat sakti ini dipercayai sebagai mantra pembawa proteksi diri segala rintangan dan halangan, itulah sebabnya Gayatri mantra juga disebut sebagai “Mantra yang melindungi seseorang yang melantunkannya”. 
Kaum Hindu di India percaya bahwa sekiranya timbul kendala atau firasat buruk pada seseorang dikala melakukan suatu usaha atau proyek tertentu, orang tersebut harus duduk berjapa Gayatri-mantra ini sebanyak 11 kali, dan seandainya masih mendapatkan firasat buruk maka dianjurkan mengulangnya sebanyak 16 kali, sesudah itu tidak akan ada aral melintang lagi. 
Di India, seorang anak laki-laki diinisiasi dengan mantra Gayatri sewaktu ia masih berusia muda, dan upacara ini disebut Upanayana yang dihadiri dan diselenggarakan oleh kepala rumah tangga dan pendeta keluarga. Upacara ini di berbagai literatur Vedik disebut gayatri-diksa.  Dengan menjalani upacara ini seorang anak laki-laki diinisiasi menjadi seorang penyandang Hindhu Dharma.  Manu, manusia pertama menganjurkan pendiksaan ini seperti berikut; Usia 5 tahun bagi brahmana, 6 tahun bagi kshtriya, dan 8 tahun bagi seorang vaishya, maksimum usia-usia ini secara masing-masing kategori adalah 16, 22 dan 24 tahun.  Biasanya anak wanita tidak didiksa, karena diksa tersebut akan berlangsung sewaktu ia menikah nanti.  Bagi kaum sudra tidak disebutkan pendiksaan  ini.  tetapi di India masa kini banyak kriteria tersebut di atas  yang telah berubah, kaum sudra sudah boleh mengikuti upacara ini berkat perjuangan Mahatma Gandhi almarhum. 
Dipercayai secara shahtra vedik bahwasanya Gayatri-Diksa adalah kelahiran kedua.  Orang tua melahirkan putra mereka karena menginginkannya secara bersama-sama, dan lahirnya seseorang  dari rahim bundanya dianggap sebagai kelahiran fisik. Namun kelahiran kedua adalah anugerah melalui Savitri yang telah menguasai Veda-veda secara keseluruhan, dan kelahiran kedua ini dianggap kelahiran sejati, abadi dan tak pernah mati dimakan sang waktu.  Sesudah diinisiasi ini seorang putra laki-laki disebut Dvija. 
Sebenarnya mantra ini berisikan kalimat keempat dan kalimat ini dianggap begitu sakralnya sehingga hanya diberikan oleh seorang guru spiritual yang telah betul-betul Dvijati pada saat seseorang memasuki masa sanyasi dan dhyananya. Kalimat keempat ini hadir di Chandogya, Brhadaranyaka dan di Brahma-Sutra.  Kami di Ganeshya Pooja  (Shanti Griya) telah menurunkan Gayatri lengkap ini (disebut juga Maha-Gayatri) kepada sekitar 70 sishya yang menunjukkan tanda-tanda spiritual yang teramat satvik, dari antara ribuan sishya yoga ini. Prosesnya selalu terjadi secara mistis dan otomatis sehingga sang sishya akan menunjukkan gejala-gejala awal  yang sangat menunjang kehadiran Gayatri-Mantra ini di dalam dirinya.  Setelah mendapatkan awal inisiasi,  pemuja ini akan segera menjadi vegetarian  dan ahimsa, lalu mempersiapkan dirinya untuk inisiasi lengkap.  Namun sidang pembaca sebaiknya tidak menghubungi kami untuk yang satu ini, karena mendapatkan Maha-Gayatri adalah proses yang teramat sulit dan sudah banyak yang menjadi gila karenanya. Itulah sebabnya para guru spiritual tidak mau menurunkannya secara sembarangan.  Pada saatnya nanti seorang Hindu atau siapa saja yang telah siap mendapatkannya akan menemukan dimana saja Gayatri (Sang Dharma) berkenan.  Ingat, bukan kita memilih Sang Brahman, tetapi beliaulah yang memilih kita semua. 
Para wanita di masa lampau seperti di masa kini, selalu melantunkan mantra Gayatri secara bebas, dan pada zaman tersebut merekapun melaksanakan upacara Upayana, namun dewasa ini wanita tidak perlu mengikuti upacara ini karena kelahiran kedua seorang wanita adalah sewaktu ia menikah dengan purushanya.  Menurut para resi  seorang wanita lebih efektif dibandingkan dengan seorang pria seandainya ia berjapa Gayatri-Mantra karena efeknya terasa ke seluruh keluarga dan relasi di rumah-tangganya termasuk janin-janin yang dikandungnya. 
Seorang resi guru Chinmaya pernah menulis dan menyebarkan sebuah karya yang disebut Devaprayaga yang dikomentari oleh Sri Shankara Acharya secara pribadi, karya ini sudah tua dan langka, namun dengan bantuan guru tersebut di atas dapat diterjemahkan seperti berikut ini: 
Arti dari wacana Gayatri 

Gayatri sudha pratyag-Brahma-aikya-bodhika 

1.        Mantra Gayatri mengindikasikan ilmu pengetahuan yang terutama akan hakikat penyatuan dengan Sang Atman yang hadir di dalam diri kita dan Yang Maha Hadir di mana saja. 
2.        Yang mengetahui akan segala bentuk budhi (intelek) yaitu Yang Menerangi semua bentuk pikiran dan hadir di semua bentuk intelek, yang merupakan Saksi dari semua bentuk budhi …. Ialah Sang Jati Diri yang disiratkan oleh Mantra Gayatri. 
3.        Maha Brahma, Realitas transedental yang Hakiki adalah merupakan Sang Jati Diri itu semata-mata, dengan mejapakan Gayatri, Beliau akan bangkit (di dalam diri kita).  Sang Atman ini diindikasikan di Mantra Gayatri sebagai Sang Surya (Savitur). 
4.        Kata “tat”  disini mengartikan yang maha hadir, Sang Atman di dalam diri kita, yang bukan tidak dan bukan lain adalah Sang Atman di dalam semuanya, yaitu Yang Maha Atman (Param Brahma). 
5.        Kata surya (Savitur) bermakna Tunggal, yaitu satu substratum bagi semua pengalaman delusi yang berbasiskan pruralitas dan juga berbagai permainan ilusi di medan penciptaan ini, termasuk juga dalam tahap pemeliharaan dan penghancurannya (kiamat, pralaya). 
6.        Kata “Varenyam” (Yang dipuja-puji, Yang dikagumi) berarti Dia (Itu) yang dituju setiap insan (semuanya), Yang bersifat ananda-rupam (rahmat, berkah yang tidak ada batasnya).
 (kata ini pada saat berjapa harus dilantunkan sebagai Varenyam
7.        Kata “Bhargah” berarti yang menghancurkan semua bentuk kebodohan, ketidak-sempurnaan yang dipancarkan oleh kekurang-pengetahuan akan pemahaman Sang Ralitas. Dimana hasil-hasil kebodohan tersebut dihancurkan, maka di situ akan hadir kesadaran akan Realitas Yang Maha Esa secara segera. 
8.        “Devashya” (Cahaya) di sini bermakna kesadaran yang senantiasa hadir, menerangi baik di dalam maupun di luar, di tiga tahap (alam) ….. kesadaran, alam-mimpi dan alam tidur-lelap. 
9.        Yang adalah sifatKu yang murni, yaitu AtmanKu, adalah tidak lain tetapi Berkah yang terutama, substratum untuk semuanya, jauh diluar berbagai penderitaan dan tragedi, bersinar sendiri, bersifat kesadaran yang murni, yaitu Brahman Itu Sendiri. 
10.    Kata “Dhimahi” berarti yang menjadi tujuan meditasi kami, berasal dari konstruksi di Veda. 
11.    Sekarang jelaslah sudah bahwa Mantra-Gayatri ini mengindikasikan kesadaran dan kebangkitan (dalam arti yang dalam) dalam diri kita agar kita faham akan Hakikat Hyang Tunggal yang menghidupi setiap makhluk. 
12.    Di dalam daftar kata-kata vedik, maka kata-kata Bhuh (Bhur), Bhuvah (Bhvah), Svah, Mahah, Janah, Tapah dan  Satyam,  semuanya  berjumlah tujuh disebut “Vyahrti-S”. Dari ke tujuh kata-kata ini, hanya tiga kata pertama dipergunakan untuk pemujaan sehari-harinya. Semuanya pada hakikatnya mengindikasikan Hakikat Brahman Yang Maha Abadi. 
13.    “Bhuh” mengindikasikan keabadian. Yaitu Yang Maha Hadir di setiap periode sang waktu, Yang Maha Suci, Yang Senantiasa Merdeka, Yang bersifat eksistensi murni di dalam setiap bentuk. 
14.    Kata “Bhuvah” menyiratkan makna dari kesadaran yang murni, kata ini berasal dari imajinasi, yang menyiratkan akan kehadiran kesadaran yang menerangi berbagai pikiran kita. 
15.    Kata “Svah” sebagai vyahrti bermakna : realitas terutama dari  seseorang itu sendiri, karena apa yang dituju secara amat sangat oleh setiap ciptaan adalah Sang Jati Diri kita sendiri. 
16.    Kata “Mahah” berasal dari kata megah yang berarti Yang Dipuja, yang secara langsung berarti Yang Maha Megah atau Yang Maha  Dipuja yaitu Sang Jati Diri Yang Maha Utama. 
17.    Vyahrti “Janah” bermakna: Mencipta, yang berarti Yang Maha Pencipta dari mana berasal semua bentuk nama dan rupa, baik yang berada di dalam maupun di luar. 
18.    Kata “Tapah” bermakna: Penuh dengan terang-benderang, kecemerlangan, yang tak terhingga. Sang Jati Diri sebagai bentuk kesadaran adalah satu-satunya yang merupakan sumber semua cahaya di alam-semesta ini. 
19.    Kata “Satyam” bermakna:  Sebuah tahap yang jauh sekali  dari jangkauan berbagai keterbatasan seperti penderitaan dan berbagai penyakit. 
20.    Ketujuh Vyahrti-S diterangkan dan disebut sebagai tujuh loka, yaitu tujuh bentuk kesadaran  atau pengalaman.
(juga berarti 7 cakra utama di raga setiap manusia, ini adalah sendi-sendi buana-alit kita yang berhubungan dengan 7 loka di alam-semesta (buana-agung).  Fenomena ini hanya bisa difahami oleh seorang sishya dibawah bimbingan guru yang telah dwijati secara murni). 
21.    “Etad-uktam bhavati”. Kata-kata ini bermakna: Oleh karena itu semenjak semula kami telah mengindikasikan bahwasanya Gayatri adalah pengejawantahan dari Realitas Yang Maha Utama, yaitu Sang Brahman. 
22.    Sang Jati Diri, Yang adalah eksistensi murni, adalah makna yang disirat dan diindikasikan oleh Mantra-Mantra  Veda OM, yang menunjuk ke Brahman. Ketujuh loka juga menjabarkan  makna dari OM dan yang dimaksud ini adalah Sang Brahman itu sendiri, dan bukan yang lain-lainnya, sebenar-benarnya hanya Beliau satu-satunya yang eksis. 
23.    Demikianlah, ketujuh Vyahrti-S menunjuk, dengan seluruh makna dan isi kandungan mereka, ke arah Sang Brahman, Sang Jati Diri (Atman) dalam kesemuanya. 
OM SHANTI SHANTI SHANTI
OM TAT SAT 

Tentang blog ini

om swastiastu
para pembaca yang budiman blog ini saya buat agar saudara saudariku darimana saja dapat mengetahui bahwa Hindu adalah agama yang tertua dan semua ajaran yang ada di agama lain ada di agama Hindu.semua agama mengajarkan kebaikan.dan karena saya Hindu saya memuat tentang Hindu walapun yang sebenarnya namanya bukan Hindu tapi sanatana dharma atau lebih kerennya agama yang abadi hehehe.selamat membaca bagi yang suka.bahan dari isi blog saya dapat dari internet.astungkara akan terus saya update selama memungkinkan klo ada yang punya artikel bagus silahkan email aja ke adekmule_ajus@yahoo.com nanti akan saya posting juga diblog ini.
om shanti shanti shanti om

Kisah Kelahiran Dewa Ganeshya


Konon Dewi Uma selalu merengek-rengek kepada suaminya, Dewa Shiva agar dikaruniai turunan (Santana), namu Shiva selalu menolak sesuai dengan kodrat Ilahi yang harus dijalani Shiva. Namun karena dilanda kesepian tanpa memiliki keturunan, Dewi Uma selalu berniat melanggar perjanjian ini.Sudah menjadi kebiasaan Dewa Shiva untuk bersemadi di puncak Kailash (Himalaya) hampir sepanjang tahun, dan hanya kembali ke Dewi Uma selama beberapa hari setiap tahunnya. Namun Uma mendapatkan tugas dan mandat dari Shiva untuk mewakilinya menerima kunjungan para dewa-dewi dalam rangka menunjang alam semesta secara berkesinambungan bersama-sama, sebagai bunda alam semesta (Durga), maka adalah tugas Uma untuk mengayomi dan menuntun para dewata ini demi lestarinya ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Konon pada suatu hari, ketika Shiva selesai dengan tugas rumah-tangganya, iapun mohon pamit dari istrinya untuk kembaali ke Kailash, namun Uma malahan meledak dengan kemarahannya karena permohonan untuk mendapatkan Santana tidak dikabulkan lagi oleh Shiva.Uma membuang muka dan membanting pintu dan mengabaikan upacara perpisahan yang seharusnya dilaksanakn oleh seorang istri yang berdharma-bhakti kepada suaminya (hal ini adalah kesalahan  fatal kedua,yang pertama adalah niat melanggar suaminya). 
Merasa dilecehkan, Shiva segera pergi bersama para ganasa (pengikutnya) ke Kailash. Sepeninggal Shiva, Uma yang masih terbakar angkara murkanya menyendiri di istananya dan mengabaikan tugas-tugasnya sebagai bunda semesta. Pada suatu saat sebelum mandi, dari daki yang menempel di tubuhnya, diciptakannya sebuah boneka pria kecil yang kemudian melalui daya shaktinya dihidupkan menjadi seorang pemuda bertubuh pendek namun amat tampan. Pemuda ini dijadikan putranya, diberikan segala ilmu kesaktian mandraguna tanpa batas.Kemudian diperintahkan menjaga istananya selama Uma menyendiri .Tak seorangpun diperkenankan masuk menemui  Uma (kesalahan ketiga, menciptakan tanpa proses alami).Akibatnya tamu-tamu tidak dapat menemui Uma, malahan sebagian besar dipenggal kepalanya oleh pemuda sakti  ini.Gegerlah jajaran para dewata, bahkan Hyang Brahma, Indra dan Wishnu pun tidak berdaya melawan apalagi membujuk bocah ganas tersebut.Kemudian Shiva diminta kembali oleh para dewa untuk membujuk bocah ganas tersebut, namun Shiva pun terusir tanpa daya.Wishnu kemudian menyusun sebuah tipu daya, ia mengusulkan agar serangan terhadap bocah sakti ini dilakukan pada saat dini hari, karena pada saat itu biasanya setiap mahkluk masih merasa ngantuk dan matanya akan agak kabur.Pada saat  penyerangan, para dewa-dewi akan hadir mengelilingi si bocah dari jarak jauh sambil bersorak sorai di sana-sini untuk mengalihkan perhatiannya. Kemudian Hyang Brahma muncul dengan tiba-tiba harus muncul sekejab dihadapan bocah tersebut, pada saat yang sama Shiva muncul dengan genderangnya disamping anak tersebut. Sang bocah akan mengalihkan perhatiannya yang agak kabur dari sisi Brahma ke sisi Shiva, pada saat itu  Wishnu akan muncul sekejab dari sisi belakang dan melemparkan cakranya menebas kepala sang bocah, Hyang Agni dipersiapkan untuk segara melahap kepala sang bocah begitu kepala tersebut menyentuh bumi.Demikianlah keesokan hari pada waktu menjelang subuh rencana dilaksanakan dan kepala sang bocah tertebas oleh cakra dan dilahap langsung  oleh Agni. 
Kemudian bocah ini menimbulkan sorak sorai tiada henti-hentin, akibatnya Uma sadar dari semedinya begitu memahami apa ybng telah terjadi ia lngsung mengutuk seluruh jajaran dewa-dewi menjadi patung. Seketika itu juga semua yang hadir menjadi patung. Sekali lagi kacaulah semesta ini karena surya mati, maha panca butha dan sebagainya segera berhenti berfungsi mala petaka melanda alam semesta. Dunia terancam kahancuran sebelum waktunya.Uma merung-raung ke Yang Maha Esa mohon keadilan dan kehidupan bagi putranya ini.Tiba-tiba di tengah-tengah kegelapan yang mencekam ini terlihat sebuah titik cahaya yang gilang gemilang mendekati Uma.Cahaya Ilahi yang tidak dapat dijabarkan betapa indah dan menakjubkan ini bersabda ke Uma:”Uma dikau telah melanggar sumpahmu sendiri, bahkan telah melawan kodrat Ilahi melalui keangkuhan, ego, dan kesaktianmu, sekarang dikau meminta keadilan,padahal dikau tidak berhak untuk itu. Pada sisi lain dewata telah menyalah- gunakan mandat mereka secara licik dan bersikap kurang bijak, maka merekapun layak untuk dihukum.Tiba-tiba Uma sadar akan kesalahannya, ia mohon pengampunan untuk dirinya serta pasemua para dewata yang telah menjadi patung.Yang Maha Penyayang dan Pengasih dalam wujud cahaya Ilahi ini berkenan memaafkan Uma, namun untuk itu para dewata harus dikembalikan kewujud semula.Uma sadar kutukan tidak mungkin diubah namun dapat direvisi  oleh Hyang Maha Kuasa. Iapun berkata:”Sesuai dengan kehendak para Brahman Yang Maha Kuasa, maka para dewata segera berubah ke wujud asli masing-masing”.Para dewata kembali ke wujud masing-masing,namun patung-patung mereka tetap eksis sampai kini sesuai kutukan yang tidak dapat dicabut.Hyang Para Brahman,Tuhan Yang Maha Esa memutuskan bahwa semenjak saat itu para dewa-dewi akan dipuja dalam bentuk arca, dan tugas mereka sebagai elemen dasar adalah  mengantarkan umat manusia ke Hyang Maha Esa itu sendiri bukan sebagai tujuan utama pemujaan umat manusia, tujuan pemujaan adalah Tuhan Yang Maha Esa.Untuk itu diperlukan sarana pengetahuan (widya),Yang Maha Kuasa kemudian memerintahkan seluruh jajaran dewa-dewi termasuk Uma untuk menyalurkan prana-vital mereka serta seluruh mandat mereka ke jasad bocah cilik tersebut.Sebelumnya Shiva dan para ganasnya ditugaskan untuk menebas kepala gajah untuk diletakan di atas jasad bocah ini. Seketika sang bocah ini bangkit dari kematiannya (kehidupan lamanya yang adharma),dan memasuki kehidupan barunya(Dwijati).Iapun menangis dihadapan cahaya Ilahi dan memohon pengampunan.Yang Maha Kuasa bersabda:”Mulai saat ini dikau akan disebut ganeshya,dikau akan beristrikan dua,yaitu:dharma dan adharma.Dikau adalah wujud arti Pengetahuan yang berasal dari kegelapan dan kebodohan(awidya).Mulai saat ini pengetahuan (Ghana) berdiri diatas berbagai pemujaan dan ritual. Aku adalah tujuan sejati dan hakiki,dan dikau kutunjuk sebagai sarana yang mengantarkan umat manusia kepadaku melalui pengetahuan”.Demikianlah kemudian cahaya yang agung tersebut hilang dari pandangan para dewa. Agama Hindhu yang pada awalnya tidak mengenal pemujaan arca kemudian melestarikannya diberbagai kuil, namun tujuan utama adalah Tuhan Yang Maha Esa (OM).Seluruih Shastra Widhi, ajaran, mantra harus dimulai dengan OM dan didampingi symbol swastika.Ganeshya kalau tidak maka dianggap tidak sah.Ganeshya disebut dengan panggilan Bapa (yang berarti ayah, pemimpin, soko guru). 
Semenjak saat itu, setiap manusia sebenarnya dapat mamuja ke Tuhan Yang Maha Esa secara langsung. Kalaupun pemujaan kepada para dewa masih dilakukan maka hal tersebut harus dilandasi oleh kesadaran bawasanya para dewa-dewi adalah istadewata yang menuntun kita semua ke Yang Maha Esa. Semoga kisah yang amat popular di kalangan kaum Hindhu India ini dapat memberikan kesadaran hakiki kepada kita.
                                   
Om Namo Ganeshya Namaha
Om Shanti,Shanti,Shanti
OM  TAT  SAT

GANESHYA (GANAPATI)


(Dewa pujaan masa lalu, kini dan yang akan datang) 

Ganeshya pada mulanya tersirat di Reg-Veda sebagai seorang dewa minor dengan sebutan Vinayaka.Di masa itu dewa pengetahuan ini belum terwujud secara keseluruhan, namun lama kelamaan Hindhu (sanatana) Dharma berevolusi secara pesat dari berbagai system ritual vedik mengarah secara pasti dan positif ke suatu pemahaman akan Tuhan Yang Maha Esa dan Abadi,Yang serba Maha Alam segala-galanya. Oleh sebab itu maka wujud Ganeshya sebagai maha-dewapun lalu tampil sebagai manifestasi ilmu pengetahuan duniawi dan spiritual, sekaligus menggantikan posisi Hyang Brahman yang makin lama makin tidak popular, demi menunjang perjalanan hidup umat dharma pada zaman kali-yuga ini. Sebagai maha-dewa, Ganeshya kemudian disejajarkan dengan orang tuanya. Berbagai candi Shiva di India, Indonesia dan berbagai tempat lainnya memposisikan Ganeshya di bagian depan candi, kemudian Durga di tengah agak ke atas, dan candi Shiwa di belakang pada posisi tertinggi, namun dalam wujud Lingga-Yoni. Semua posisi ini menunjukan bahwa untuk mencapai penyatuan atau pemahaman Moksha diperlukan dasar pengetahuan (widya) yaitu Ganeshya dengan gadingnya yang retak (shasira-widhi berbagai ritual,hal-hal yang tidak abadi) dan juga dibutuhkan widya (jalan Ilahi yang benar dan hakiki),yaitu gading yang sempurna. 
Namun tanpa Bunda Penuntun (yaitu Durga, Maya, semesta, kehidupan duniawi ini), maka seorang tidak akan mungkin mencapai penyatuan dengan Brahman Yang Maha Esa (Shiva itu sendiri),yang disimbolkan dalam bentuk Lingga-Yoni (positif-negatif,dari-Nya mengalir air kehidupan ini, diayomi dan kemudian kembali di daur-ulang demi mempersiapkan kehidupan berikutnya). Proses tersebut berlaku untuk semua yang eksis, baik itu setitik debu ataupun buana agung yang semesta ini. Namun untuk menghayati semua ajaran adiluhung ini diperlukan wahana penuntun atau medium antara manusia dan para dewa, antara manusia dengan alam semesta dan sekitarnya. Medium tersebut adalah ilmu pengetahuan dalam arti seluas-luasnya. 
Semenjak masa yang teramat silam Sanata Dharma mengajarkan umat manusia melalui berbagai simbol-simbol, kisah-kisah, parable, filosofi spiritual agar mudah tercerna oleh seluruh lapisan masyakat baik yang berpendikan maupun yang tidak. Zaman Veda telah berlalu, tidak seluruh ajaran Veda yang  masih tersisa, kalaupun masih ada seperti yang kita kenal di masa ini, maka kehadirannya hanya dipahami segelintir brahmana dan cendikiawan. Saripati berbagai Veda ini telah bermanifestasi ke dalam berbagai Upanisad dan kemudian di sarikan lagi ke dalam ajaran Bhagawat-Gita (kitab suci kaum dharma). Pengetahuan atau Ganeshya ini semenjak ribuan tahun yang lalu telah di nobatkan menjadi wakil atau wali Tuhan Yang Maha Esa. Simbol Ganeshya telah mendapatkan posisi yang mapan di dalam hati masyarakat Barat maupun Timur, kesatuan karena syarat dengan Widya, kedua ritual bagi Ganeshya amat mudah dan sederhana.Dapat dilakukan oleh siapa saja, ketiga tanpa ritual pun akan tetap bermakna penghayatannya. Namun kaum Hindhu di Indonesia baru akhir-akhir ini menyadari kembali betapa pentingnya Ganeshya ini, padahal di masa-masa yang silam Beliau hadir dari ujung satu ke ujung lainnya di persada Nusantara ini. Mungkinkah arca - arca Ganeshya di berbagai kuil, pura dan rumah-rumah kita akhir–akhir ini merupakan awal dari kebangkitan dharma di Pertiwi ini? Pertanyaan ini harus kita kaji dan jawab secara jujur. 
Perlukah ajaran Shastra Widhi Dharma secara universal demi menunjang kehidupan spiritual kita, ataukah kita akan terus beritual secara konsumtif tanpa dasar widya yang lurus. Sering timbul pertanyaan mengapa pemujaan terhadap Ganeshya mendadak hilang dari khazanah dharma kita? Apakah hancurnya peradaban dharma ratusan tahun yang lalu menjadi penyebabnya, ataukah dharma telah melenceng alurnya? Padahal para pendiri negara ini walaupun bukan penganut dharma telah mengabdikannya sebagai symbol pendidikan tertinggi kita yaitu Institut Teknologi Bandung. Ada sekitar 36 versi kisah kelahiran dewa Ganeshya ini, namun di bawah ini dikenal secara amat luas sebagai suatu bantuk widya pengetahuan umum. Silahkan menyimak makna-makna yang terkandung di dalamnya.

GANESHYA (GANAPATI)


Juga dikenal dengan nama Vinayaka, banyak dewa yang paling terkenal secara universal dan dipuja di mana saja di dunia ini, popular sekali di dunia barat, karena merupakan lambang ilmu-pengetahuan duniawi, spiritual dan sains, dan sekaligus menggambarkan manusia dengan segala peri-kemanusiaan, peri-kebinatangan dan peri-kedewaannya secara utuh.Lambangnya hadir di agama Bhuda dalam bentuk swastika merah, sebagai salib dalam kepercayan Nasrani, dan dibalik oleh kaum Ziorus (menjadi istri Ganeshya yang bersifat iblis). Jangan sekali-kali memuja lambang swastika berwarna hitam secara terbalik, iblis cepat sekali datang menyesatkan anda. 
Tidak ada suatu upacara apapun juga dalam Hindhu Dharma yang dapat di mulai tanpa memuja Dewa Ganeshya dulu, karena para dewa-dewi pernah melakukan kesalahan dalam menjaga kelestarian jagat-raya ini, maka mandat sepenuhnya dari Yang Maha Esa diwakili seluruhnya kepada Ganesya, termasuk orang-tuanya harus tunduk kepada tuhan ini.Beliau juga adalah Vighneswara (penetralisir) dan Vignaharja (penghusir bala dan bencana ). Namun bentuknya yang aneh sering mengundang tanda Tanya. 
Sesungguhnya berbagai mantram-matram menyiratkan Ganeshya pada awal mulanya telah hadir di Rig-Veda (2.23.1) dan (10.112.9) sebagai konsep paling dini, yang kemudian lambat-laun berkembang sebagai Ganeshya masa kini,Ganapati-Brahmanaspati (konsep Rig-Veda)lambat-laun mengalami evolusi spiritual dan menjadi Gajavadana-Ganeshya-Veghneswara.Di Rig-Veda beliau juga disebut Brhaspati dan Vasaspati(wujud cahaya).Beliau sering dilukiskan berwarna merah keemas-emasan dan kapak perang kecil adalah senjatanya yang paling ampuh, tanpa karunia dan persetujuan beliau, semua ritus-ritus agama menjadi sia-sia, beliau tidak menerima caru dalam bentuk daging atau makanan berjiwa, namun selalu dalam bentuk manis-manisan saja, seperti buah-buahan dan berbagai jenis sesajen buatan tangan sendiri.Beliau selalu didampingi para gana (grup penyanyi dan penari), beliau juga hadir sebagai penuntun para dewa selain manusia, dan senantiasa menuntun kita samua ibarat bundanya Durga dan Parwati ke arah kebajikan. Selain Subramaniyam, kakaknya yang amat terkenal kesaktianya, beliau juga bersaudarakan para marut (marut-gana) yang pada saat ini kurang popular. 
Ada berbagai versi kelahiran dewa Ganeshya ini:
1.      Suatu saat, para dewa dalam keadaan sulit memutuskan bahwasanya mereka membutuhkan seorang pemimpin baru guna mengkhiri berbagai rintangan, kemudian Dewa Shiva berreinkarnasi melalui Dewi Parwati dan lahir sebagai Ganeshya.
2.      Suatu waktu secara iseng, karena marah kepada suaminya, Dewi Uma membuat sebuah boneka kecil berkepala gajah(ada yang mengisahkan kepada seorang pemuda tampan,ada beberapa versi dari kisah ini sendiri) dan melemparkannya ke sungai Gangga, dan kemudian lahirlah dewa berkepala gajah yang disebut juga Dvaimatura (yang beribu dua).
3.      Konon suatu hari, Dewi Parwati membuat sebuah boneka kecil dari selendangnya, dan memberikan nafas kehidupan kepada boneka ini. Setelah menjelma menjadi seorang pemuda kecil yang tampan, putra ini mendapatkan tugas menjaga pintu rumah Parwati dan menghadang siapapun yang masuk, karena beliau ingin menyendiri memuja Yang Maha Kuasa. Konon Dewa Shiva yang serba tahu kembali ke rumahnya, dan ternyata sang putra tidak mengenalinya karena memang tidak diberitahu oleh ibunya, maka beliau pun dihadang masuk oleh dewa kecil ini,yang mengaku putra Parwati. Dalam kemarahannya maka Shiva sebagai Rudra langsung menebas kepala anaka ini, dan langsung saja kepala tersebut dimakan habis oleh para ganasnya Dewa Shiva. Dewi Parwati sedih sekali akan prihal ini, dan minta anak tersebut dihidupkan kembali. Shiwa yang menyesal  minta maaf kepada putranya dan mencarikan kepala baru yang sesuai dengan kodrat dan misinya berbentuk kepala gajah. Gajah yang sedang mengobrak-abrik sebuah desa ini dipenggal kepalanya untuk diletakkan di atas kepala Ganeshya, yang kemudian mendapatkan sebutan Ganapati, bentuk Rudra yang keras.Ganeshya sendiri adalah bentuk lembut Sang Parwati.
4.      Ganeshya lahir dari bentuk ether Dewa Shiva, karena teramat tampan, ia kemudian menyebab kan dewi Parwati mengutuknya menjadi buruk rupa.
5.      Ganeshya adalah Sri Krishna dalam bentuk manusia, sewaktu sani, seorang dewa planet memandang ke arah Sri Krishna ini, tiba-tiba kepala Sri Krishna terbang ke Goloka, tempat kediaman Sri Krishna(Kreshna) raga tanpa kepala tersebut diganti dengan kepala gajah. 
Konon ada 36 kisah lebih mengenai kelahiran Ganeshya ini, di dalam salah satu kisah tersebut, Ganeshya kehilangan ujung gadingnya yang patah karena melawan Parasurama, kemudian gading patah tersebut digunakan untuk menulis Mahabarata yang didektikan kepada Rsi Vyasa .Gading patah juga menjadi symbol tidak ada ilmu-pengetahuan manusiawi yang abadi,yang abadi, hanyalah ilmu-pengetahuan sejati akan Tuhan Yang Maha Esa (simbolnya gading utuh).Jadi arca Ganeshya memang gadingnya patah satu. 
Ada juga kisah bagaimana ia mengalahkan kakaknya Skanda, dengan mengelilingi kedua orang tuanya, dengan damikian mendapatkan hadiah berupa dua orang putri Riddhi (Riddhi, Dharma) dan Siddhi (kesesatan,adharma) sebagai isteri-isterinya.Tentu saja kisah ini sarat symbol, karena Skanda, kakak Sri Ganeshya sebenarnya adalah seorang panglima perang, namun sangat emosional dan kurang suka berfikir panjang, sebaliknya Ganeshya sangat cerdas.Dalam kontes yang dimaksudkan untuk menguji kedua anak-anak mereka, Shiva dan Parwati ingin menguji kecerdasan mereka, dalam perlombaan ini barang siapa mampu mengelilingi bumi sebanyak tiga kali lebih cepat dari yang lainnya, maka akan memenangkan perlombaan ini.Sewaktu Skanda terbang melesat memutari bumi,Ganeshya dengan santai saja memutari ayah-ibunya karena teringat sebuah sabda suci di dalam sebuah karya shastra, bahwa barang siapa memutari ayah-ibunya penuh hormat tiga kali, akan berpahala sama dengan memutari bumi sebanyak tiga kali, dengan demikian menanglah Ganeshya dalam perlombaan ini. Ganeshya dengan demikian bermakna kecerdasan dan bakti yang penuh dengan kesadaran. 
Bentuk Ganeshya yang umum adalah kemerah-merahan, berbadan manusia yang gemuk pendek dengan berkepala gajah yang bekuping lebar sekali. Bertangan empat dengan salah satu gadingnya patah, bisa kiri bisa kanan.Keempat tangan masing-masing menggenggam Pasa dan Ankusa (kerang-kerang suci), berperut buncit (symbol kekotoran manusia yang ditampungnya setiap hari)menggunakan ikat pinggang berbentuk ular, juga mengenakan tali suci (yajnopavita).Duduk di atas singasana emas dalam bentuk Padmasana, kadang-kadang duduk di atas bunga Padma. Kadang kala salah satu kakinya menjulur ke bawah, busananya senantiasa anggun walaupun bagian atas tidak mengenakan jubah sebagai lazimnya dewa-dewa pria lainnya dan bermahkota bergemelapan. Beliau duduk dengan memandang ke satu arah,dapat ke kanan maupun ke kiri dan gemar menyantap berbagai manisan dan buah-buahan, beliau adalah symbol vegetarian sejati. Sesajen favorit beliau di India adalah semacam onde-onde yang disebut Modaka. Seekor tikus kecil (lambing pencuri) senantiasa menjadi tunggangannya. Kalau anda ingin berhenti merokok, berjudi, bertajen, ingin menjadi vegetarian atau ingin melepaskan diri dari suatu dosa tertentu, maka duduklah dengan tulus di depan sebuah arca Ganeshya, dapat dilakukan di rumah, dengan meletakan sesajen buah dan manisan sedikit secara sederhana, disertai dupa dan bunga sedikit, lalu letakan rokok sisa terakhir, atau uang judi, atau secara simbolis kebiasaan buruk anda, maka mohon kepada beliau agar semua yang berasal dari-Nya dikembalikan kepada-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.bacalah mantra”OM NAMO GANESHYA NAMAHA”tiga kali,minumlah tirta suci yang telah anda siapkan sebelumnya, makanlah sesajen yang telah anda Persiapkan sedikit, kemudian bagikan sisanya kepada yang lain-lainnya.Berpuasalah hari itu, atau hari-hari selanjutnya seperti Purnama dan Tilem, maka seandainya tulus, permintaan akan langsung terpenuhi pada saat itu juga. Bagi yang ragu-ragu dan ingin mencoba-coba sebaiknya tidak melakukan sembahyang ini, khusus untuk yang ingin bertobat saja. Selanjutnya kalau terpenuhi dan terhapus kebiasan buruknya, teruskan dengan yoga-meditasi seperti tertera di BAB VI,Bhagawat-Gita.silahkan mencoba, semoga sukses. 
Kembali ke Ganeshya yang bermata sipit (lambing meditasi yang berkesinambungan),dengan mata ketiga berposisi di tengah-tengah. Kedua matanya dalam bentuk horizontal. Kepalanya bisa bertambah sampai menjadi lima pada waktu-waktu tertentu, sebuah bentuk Rudra yang menyeramkan kerena berkalungkan tengkorak-tengkorak, symbol kematian adharma, pada saat tersebut dengan sepuluh tanggannya maka jumlah senjatanya bisa menjadi total sepuluh buah atau lebih.Para isteri sering dilukiskan duduk dipangkuannya di kiri dan sebelah kanan.Sedikit penjelasan tambahan untuk symbol-simbol ini:kata Gana berarti katagori, sebuah wujud katagori yang maha utama dan tertinggi.Yang dikhususkan untuk Yang Maha Esa itu sendiri.Gaja berarti gajah,Gajanana atau Gajamukha berarti berwajah adalah sebutan-sebutan lain beliau.Gaja juga mengandung arti khusus sekali yaitu tujuan akhir kehidupan dan alam semesta ini, baik anda sadari maupun tidak.Jadi arti lain dari Gaja adalah:”Dari Dia!untuk Dia!Dan kembali ke Dia!”. 
Beliau adalah tuntunan kita ke Kesadaran yang Tertinggi,dan berupa symbol dari buana alit dan buana agung (Suksmanda dan Brahmanda),dua dalam satu, atau satu adalah kedua-duanya. Kepala beliau melambangkan makro kosmos dengan kata lain makro kosmos ke mikro kosmos dan  sebaliknya adalah siklus kehidupan ini.Raga beliau adalah symbol dunia,mikro kosmos ini yang serba gemerlapan ditandai demi pemuasan berbagai nafsu. Kedua unsur tersebut menyiratkan dengan pasti inti sari Tat-Twam-Asi, kata para resi Upanisad! 
Beliau juga disebut sebagai Vighneswara,Vighnaraja(dewa penghalau berbagai rintangan).Namun beliau juga merintangi jalan spiritual kita dengan mengirimkan isterinya adharma untuk menjegal berbagai yadnya dan upaya yang kurang tulus dan penuh pamrih duniawi dan materi,jadi hati-hatilah dalam memujanya,jangan sampai salah.Di Indonesia kini, mulai lagi pemujaan kepada beliau ini,berbagi pura di Jawa-Bali mulai mengembalikan arca beliau ke Padmasari dan berbagai pura sakral.Syukurlah kalo eling begitu.
Beliau adalah juga symbol Vidya dan Avidya (gading sempurna dan gading patah),sekali lagi isteri-isterinya adalah symbol Dharma dan Adharma, jadi beliau juga memiliki ilmu hitam dan putih.Unsur hitamnya dikenal dengan nama Saktiganapati atau Ucchistaganapati, namun yang lebih dikenal di India adalah unsur putihnya yang disebut Nrttaganapati, di unsur ini beliau adalah penguasa musik dan seni tari,berkat karunia dewa Brahma yang senang kepadanya. 
Ada bentuknya yang bersifat brahmacari yang disebut Varasiddhi Vinayaka. Bentuknya yang feminim disebut Ganesani,Vinayaki, Sarpakarni, Lambha Mekhala, dan berbagai sebutan lainnya. Ingat, semua dewa (unsur cahaya) berasaskan unsur lingga-yoni,setengah pria setengah wanita,setengah keras setengah lembut. 
Ganeshya dipuja dalam berbagai wujud seperti lukisan, linggas, salagramas, yatras, dan kalakas (guci-guci air suci). Salagram adalah benda yang teramat langka. Swastika adalah symbol beliau, swastika yang lengkap dan ampuh adalah yang bertitik empat di tengah-tengah setiap lekukan, ditambah dua garis masing-masing di kiri kanan swastika yang melambangkan dharma dan adharma secara seimbang. Di Bali dilambangkan dengan kotak-kotak hitam putih.Banyak pemeluk Hindhu di Bali dan Jawa,juga saudara-saudara umat yang lainnya yang tidak sadar bahwasanya penjor adalah symbol (lambang) belalai gajah, di Bali malahan maknanya sudah lain sekali.Belalai Ganeshya menandakan bahwa di lokasi tersebut ada upacara.Di India,masih berlaku beberapa tempat dan upacara penjor-penjor yang terbuat dari kainwarna-warni ataupun hiasan janur beserta kelapa bermakna seperti ini.Penjor merah berarti ada upacara pernikahan atau yang berhubungan dengan kejayaan dan ekonomi sosial.Penjor putih melambangkan duka-cita kematian, penjor kuning melambangkan symbol upacara sacral, demikian juga dengan makna payung. Di Indonesia tradisi ini masih hidup, namun untuk penjor duka-cita telah menjadi bendera serta warna kuning bagi yang non-Hindhu, makna kuning saat ini kurang jelas, mungkin hanya mengikuti adat yang sudah ada semenjak dulu kala, namun kurang menguasai makna sesungguhnya. 
Kuil bagi Ganeshya bertebaran di seluruh Indonesia dan India pada zaman dulu bersatu dengan pemujaan Shakti Durga dan Shiwa.Demikianlah sejarah dan peninggalan candi-candi di Indonesia dan India membuktikannya. Melihat bentuknya yang setengah manusia,setengah hewan namun adalah dewa yang tertinggi, maka beliau adalah symbol dari tiga unsur tersebut (vidya-avidya-kesadaran akan Yang Maha Esa) suatu bentuk yang amat bermakna.Dari hewan ke manusia baru ke tahap dewa, sebuah bentuk evolusi yang sempurna.Beliau juga sering di gambarkan menggenggam daun-daun kering tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat pengobatan. Inilah faktor yang menyebabkan seluruh jajaran dewa-dewi termasuk orang tuanya menghormati dewa atau unsur ilmu-pengetahuan tertinggi ini, karena di zaman kali ini yang dibutuhkan adalah kesadaran total akan hakekat kehidupan ini, dan kemana akan kita berevolusi sesudah ini, seluruh alam semesta menanti eksplorasi manusia, para dewa akan menuntun, karena sudah menjadi tugas mereka.Namun di Bali, insan Bali hanya sibuk saling berperang dengan sesama saudara dan banyak prihal nonsen menjadi ajang pertarungan, seperti avidya seperti judi, mecaru, melupakan puasa dan tapa-brata. Kalau Ganeshya tidak dikembalikan  dengan segera, mungkin saja pulau dewata ini akan berubah menjadi pulau asura.Tanda-tanda sudah jelas kearah sana. Pariwisata harus dikembalikan lagi,namun pariwisata spiritual yang merakyat dan bukan dengan menjual aset-aset religius kita kepada turis dengan mengorbankan adat budaya dan kesakralan pemujaan kita.Terkutuklah manusia Bali, kalau para dewata marah, dan anak-anak kita berpaling ke agama lain yang lebih praktis sepintas lalu.Penuh dengan karunia Bali dan Jawa ini, seandainya pemujaan ke Hyang Maha Esa, Hyang Widi Wasa diarahkan secara tepat sesuai dengan kaidah Veda, Bhagawat-Gita dan Upanisad yang semuanya adalah Ganeshya itu sendiri. 
Berikut ini adalah nama lain dari dewa Ganeshya:    Dhumraketu, Sumukha, Ekadanta, Gajakarnaka, Lambordara, Vighnaraja, Ganadhyaksa, Phalacandra, Gajanana, Vinayaka Vakratunda, Siddhivinayaka, Supakarna, Heramba, Skandapurvaja, Kapila dan Vighneswara. Dia juga dikenal oleh banyak orang sebagai Maha Ganapati
Mantra-nya adalah om gum ganapataye namah. Para Shadaka yang memuja Ganeshya sebagai dewa mereka merngucapkan mantra itu atau Om Sri Ganeshya Namah.
Para bhakta Ganeshya juga melakukan japa Ganeshya Gayatri sebagai berikut:                                         
                                          Tat purusaya vidmahe
                                          Vakratundaya dhimahi
                                          Tanno denti pracodayat 
Dewa Ganeshya adalah perwujudan dari kebijaksanaan dan kebahagiaan.Dia adalah dewanya para brahmacari.Dia sangat terkenal diantara orang yang selibat (membujang). 
Sebagai tungganganya ia mengendarai seekor tikus.Dia adalah dewa penguasa muladhara cakra, pusat psikhis dalam tubuh di mana kundalini sakti berada. 
Dia adalah dewa yang melenyapkan segala rintangan pada jalan pengikutnya.sehingga ia disebut Vighna Vinayaka. Aksara bija-nya adalah Gum yang memiliki irama yang sama dengan bahasa Inggris”Sung”.Ia adalah dewa keharmonisan dan kedamaian. 
Dewa Ganeshya melambangkan Om atau Pranaya yang merupakan mantra umat dalam agama Hindhu.Tak ada satupun yang dapat dilakukan tanpa mengucapkannya.Ini menjelaskan suatu kebiasaan pemanggilan Ganeshya sebelum melakukan acara atau hal apapun.Dua kakinya melambangkan daya ilmu pengetahuan dan daya kegiatan.Kepala gajah memiliki arti penting karena hanya ia lah satu-satunya figure di alam yang mempunyai bentuk dari symbol”Om”. 
Arti dari menunggangi seekor tikus adalah penaklukan penuh terhadap keakuan.Memegang Akusa melambangkan penguasaannya tehadap dunia.Itu merupakan suatu tanda dari  Bonus Ilahi. 
Ganeshya adalah dewa utama.Dengan menunggangi seekor tikus,salah satu mahluk alam terkecil dan yang memiliki kepala seekor gajah,mahluk terbesar dari segala binatang darat,menandakan bahwa Ganeshya adalah pencipta segala mahluk hidup.Gajah adalah binatang yang sangat bijaksana,yang menadakan bahwa Ganeshya adalah lambang kebijaksanaan.Ini juga menunjukan proses evolusi tikus secara perlahan berevolusi menjadi gajah dan akhirnya menjadi manusia.Inilah mengapa Ganeshya memiliki tubuh manusia,kepala gajah dan mempunyai tunggangan berupa seekor tikus.Ini merupakan filosofis simbolik dari wujud-Nya. 
Ia adalah dewa dari para gana atau kelompok,contohnya kelompok unsur,kelompok indera dan lain-lainnya.Dia merupakan peminpin dari para shandaka Shiva atau pelayan surgawi dari dewa Shiva. 
Para Vaisnava juga memuja dewa Ganeshya.mereka memberinya nama Tumikkai Alwar,yang berarti ke-Ilahian dengan belalai gajah. 
Dua kekuatan Ganeshya adalah Kundalini dan Vallaba atau kekuatan cinta kasih.