Selasa, 05 Juli 2011

BAB VI (Perjalanan para dewa menuju gunung Kailasa karena khawatir akan penggunaan senjata Pasupata dalam pertarungan antara Brahma melawan Vishnu yang masing-masing mempertahankan bahwa dirinya adalah penguasa seluruh semesta atau Tuhan itu sendiri)


Nandikeswara berkata  :
1.      Tuan rshi sekalian, pada suatu masa dijaman dahulu kala, Vishnu sedang tertidur dalam ranjang UlarNya. Beliau didampingi oleh Lakshmi dan para pelayannya.
2.      Pada kesempatan itu Brahma yang merupakan penguasa dari segala pengetahuan Veda, datang ke tempat itu. Beliau kemudian bertanya pada mahluk agung, yang amat tampan tidak terkirakan, yang sedang terbaring dalam ranjangNya itu.
3.      Siapakah anda yang berbaring disana, seperti orang yang tidak tahu diri saja layaknya, meskipun anda telah melihatku disini. Berdirilah sayang, sambutlah aku yang adalah majikanmu. Aku telah datang ketempatmu untuk mengunjungimu.
4.      Karena orang yang tidak menyambut tamu yang terhormat yang datang kepadanya, apalagi orang itu lebih tua darinya, namun malahan tidur bermalas-malasan, maka ia akan harus melakukan upacara penebusan dosa.
5.      Mendengar kata-kata itu Vishnu menjadi tidak enak hati, namun beliau berusaha untuk menenangkan emosinya dan berkata : “Oh rupanya anda, selamat datang. Silakan duduk disini. Mengapa wajah anda tampak tegang dan kelihatannya anda ingin tahu sesuatu dari saya.”
Brahma berkata :
6.      Vishnu terkasih, ketahuilah bahwa aku datang kemari dengan kecepatan waktu.Oleh karena itulah anda harus menghormatiku. Aku adalah pelindung alam semesta, moyang mereka dan juga pelindungmu.
Vishnu berkata  :
7.      Brahma terkasih,  seluruh alam semesta dan segala isinya ada dalam diriku, namun cara berpikirmu itu tidak ubahnya seperti seorang penipu.Anda sendiri lahir dari pusarku maka kata-katamu itu adalah omong kosong belaka.

Nandikeswara berkata  :
8.      Sambil berselisih paham seperti itu, dengan mengatakan yang satu melebihi yang lainnya, akhirnya mereka mulai siap untuk saling berkelahi bagaikan musuh bebuyutan, mereka mulai siap saling membunuh.
9.      satu bagian dengan sloka 8
10.  Kedua dewa yang tangguh itu, dengan kendaraan ilahi masing-masing maka keduanya mulai bertarung --Vishnu dengan mengendarai Garuda, Brahma dengan Angsa --sedangkan para prajurit kedua dewa mulai bertarung satu sama lain.
11.  Sementara itu para dewa yang lainnya mulai berdatangan untuk menyaksikan pertarungan yang dahsyat itu. Mereka membawa kendaraan ilahi masing-masing.
12.  Sambil menyaksikan perkelahian itu dari udara, para dewa mulai menaburkan hujan bunga. Sedangkan dewa Vishnu yang berkendaraan kuda mulai tidak tahan melihat tingkah dewa Brahma yang membuat beliau terpaksa mengeluarkan panah-panah sakti dan berbagai senjata sakti lainnya ke arah Brahma.Sebaliknya Brahma juga melemparkan berbagai senjata hebat kearah Vishnu.Melihat pemandangan itu para dewa mulai ketakutan akan efek dari senjata yang mereka keluarkan untuk menyerang lawan masing-masing.Dalam keadaan itu Vishnu mulai mengeluarkan senjata Maheswara kearah Brahma.Namun Brahma juga tidak mau kalah, beliau mengeluarkan senjata Pasupata yang sangat hebat itu.Senjata itu mulai menerjang diangkasa, dengan sinar yang sangat menyilaukan dan suara yang amat gemuruh.Kedua senjata hebat itu kini mulai berhadapan satu sama lain.dan pertemuan kedua senjata ini akan berakibat hancurnya seluruh semesta.
13.  satu bagian dengan sloka 12.
14.  satu bagian dengan sloka 12.
15.  satu bagian dengan sloka 12
16.  satu bagian dengan sloka 12
17.  satu bagian dengan sloka 12
18.  satu bagian dengan sloka 12.
19.  Demikian hebatnya pertarungan kedua dewa ini, sehingga para dewa lain mulai tertekan dan ketakutan terhadap efek dari senjata itu jika sampai bertemu. Maka mereka mulai berbisik-bisik satu sama lain namun tidak berdaya terhadap semua yang terjadi dihadapan mereka.
20.  Dewa yang bersenjatakan Trishula, Brahman yang agung, yaitu Shiva adalah asal mula penciptaan, pemeliharaan dan penghancuran, pelenyapan, serta pemberkatan. Tanpa campur tangan beliau maka tidak seujung rambut pun benda atau mahluk bisa dihancurkan. Dengan berpikir seperti itu maka para dewa yang pada awalnya sangat ketakutan kini mulai mendapat harapan baru dan mulai bersiap-siap untuk pergi ke gunung Kailasa.dimana dewa yang berhiaskan bulan sabit (Shiva) tinggal.
21.  satu bagian dengan sloka 20
22.  satu bagian dengan sloka 20
23.  Melihat sang Parameswara yang merupakan perwujudan Omkara , maka para dewa yang  datang kesana itu mulai menundukkan kepala dengan penuh hormat dan memasuki istana beliau.
24.  Disana mereka melihat pemimpin para dewa itu yang amat cemerlang duduk diatas singgasana permata dengan ditemani oleh Uma yang adalah permaisuri beliau, dalam sebuah Altar yang terdapat didalam ruangan istana yang megah itu.
25.  Beliau duduk dengan sikap Yoga yang sempurna dan kedua tangan yang diletakkan dilututNya, dengan para pelayan yang duduk mengililingi beliau.Sihva dilambangkan sebagai perwujudan dari seluruh kebajikan.
26.  Beliau amat mahir dalam seni memikat hati para wanita.Seluruh ajaran Veda dijewantahkan dalam diriNya.Dan beliau senantiasa siap untuk memberikan berkah pada mereka yang memuja beliau dengan penuh ketulusan hatinya.
27.  Melihat dan menyadari keagungan itu, para dewa secara tidak sadar meneteskan air mata bahagia (41).Para rshi sekalian, seluruh rombongan itu, karena saking hormatnya, maka dari kejauhan mereka berlutut.
28.  Sedangkan sang dewa yang melihat rombongan itu, kemudian menyuruh para pelayanNya untuk menjemput mereka.Kemudian dengan kata-kata yang semanis nektar, beliau menyapa mereka, hingga membuat para dewa yang datang kesana itu bertambah hormat dan bahagia atas keberkanaanNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar