Sabtu, 06 Agustus 2011

GAYATRI – MANTRA


JAPA  MANTRA 

Sri Krishna di dalam Bhagavat-Gita bersabda kepada Sri Arjuna, bahwasanya diantara berbagai mantra, maka Gayatri Mantra adalah yang tertinggi sifatnya dan Beliau sendiri adalah pengejawantahan dari esensi mantra ini.  Ada dua versi mantra Gayatri yang paling populer diantara berbagai jenis mantra-mantra Gayatri.  Yang pertama adalah seperti berikut ini : 

OM

BHUR, OM BWAH, OM SWAH,
Om Tat Savetur Varenyam
 Bhargo Devasya Dimahi,
Dhiyo Yonah Prachodayat 
Apakah mantra Gayatri ini sebenarnya dan apakah manfaatnya, sehingga sedemikian agungnya mantra ini?  Konon Gayatri sendiri yang adalah manifestasi dari lima bentuk bunda alam-semesta ini bersifat maha prakriti (Maya, ilusi Ilahi).  Kelima dewi ini adalah Saraswati-Laksmi-Durga-Uma dan Kali, yang membaur menjadi satu bentuk dominan di seluruh alam semesta ini, baik di alam buana-alit maupun buana-agung.  Gayatri lahir dari Sang Pencipta Brahma pada awal penciptaan dunia ini yang tersirat di Veda sebagai  mantra yang bersifat universal, yaitu suatu bentuk Pengagungan dari Yang Maha Kuasa dalam bentuk seorang Bunda alam-semesta itu sendiri dengan kelima bentuk kewajibanNya.  Itulah sebabnya walaupun memiliki hanya satu raga, Beliau berkepala kelima dewi di atas tersebut.  Dewi Saraswati adalah lambang dari ilmu pengetahuan, sastra, agama, literatur, keindahan dan seni budaya.  Tanpa Beliau, manusia hidup seperti ibaratnya fauna yang tidak berbudi-pekerti.  Dewi Laksmi adalah lambang dari kejayaan, kekuatan, kemakmuran dan sebagainya. Beliau adalah shaktinya Dewa Vishnu Sang Pemelihara alam semesta ini, sedangkan  Dewi Saraswati adalah shaktinya Dewa Brahma Sang Pencipta.  Durga adalah berkuasa di atas segala bentuk kebatilan,  asuras dan bentuk-bentuk yang bersifat iblis; barang siapa memuja Beliau dipastikan akan dijauhkan dari segala mara-bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai asura ini.  Di Indonesia ada konsep yang salah mengenai Durga ini, Beliau dianggap sebagai ratunya para setan-dedemit, padahal Beliau ini menguasai mereka dan tanpa Beliau semua unsur iblis ini akan meraja-lela tidak terkendali.  Di India dan di seluruh dunia Beliau adalah Dewi yang paling dipuja demi mendapatkan imbalan-imbalan duniawi, disamping Laksmi dan Dewa Ganeshya. 
Dewi Uma atau Prathivi, atau Pertiwi adalah juga isteri atau shakti dari Shiva Mahadewa. Beliau adalah ibu Pertiwi ini merupakan Tuhan insan Hindu yang pertama-tama harus dipuja.  Sedangkan Kali, lahir dari Shiva itu sendiri dan akhirnya “membunuh” Shiva dengan kekuatannya. Sebuah simbolisasi dari Sang Waktu (Kala dan Kali), yang maha dominan dan abadi. Dewa-dewi boleh berakhir tugas, tetapi tidak Sang Kala ataupun Sang Kali.  Secara spiritual Gayatri dianggap hadir selama 9 bulan 10 hari di dalam rahim seorang ibu yang sedang mengandung, dan selama itu pula sang jabang bayi belajar akan hakikat Tuhan Yang Maha esa dengan segala fenomenaNya baik di alam  bumi ini maupun di buana-agung dimana Beliau senantiasa maha hadir dimana saja.  Sewaktu seorang jabang bayi lahir, ia menangis pertama kali, dan setiap bayi selalu merneriakkan uah, uah.  Menurut para ahli spiritual Hindu, kata pertama yang keluar dari mulut sang bayi, bangsa apapun ia dan lahir dimanapun, ia adalah : Aum, Aum, Aum, karena tiba-tiba sang jabang bayi kehilangan Gayatri. Oleh karena itu sewaktu dibabtiskan beberapa hari kemudian, versi pertama gayatri ini oleh sang ayah akan dimanterakan di telinga sang jabang bayi, agar ia sadar kembali akan hakikat kehidupannya di dunia ini.  Sayang sekali hampir semua ayah tidak sadar akan makna mantra ini, dan hampir semua pendeta yang melakukan upacara untuk si bayi ini lebih terbius dengan pembayaran yang akan diterimanya.  Lambat-laun hilanglah hakikat sesungguhnya dari mantra yang teramat sakral ini.  Sesungguhnya mantra  yang utama ini diperuntukkan demi majunya jalan spiritual seseorang dan bukan untuk mendapatkan pahala-pahala seperti keselamatan, rezeki dan kekayaan.  Dengan mengulang-ulang mantra ini seseorang akan dibersihkan dari berbagai kekotoran duniawinya, namun itu baru bisa terjadi seandainya pemahaman seseorang akan mantra ini sempurna.  Kalau hanya mengulang-ulang ibarat burung beo, maka yang didapatkannya hanyalah kebodohan belaka.  Pemahaman yang baik akan mantra ini akan mengungkap Sang Jati Diri yang bersemayam di dalam diri kita melalui dhyana yang berkesinambungan dan tanpa pamrih.  Dan dhyana ini seharusnya dibukakan oleh seorang guru yang telah berstatus dwijati dan non-pamrih  dalam segala hal.  Pada saat seseorang berguru, inilah mantra Gayatri versi kedua diberikan kepadanya secara spiritual, dan ini disebutkan kelahiran kembali (kedua kalinya).  Versi kedua akan kami utarakan pada keterangan-keterangan berikutnya.  Biasanya untuk mendapatkan jalan dhyana ini seseorang  akan diminta untuk menyiapkan dirinya menjadi vegetarian total, dan bersikap total ahimsa dan non-pamrih dalam segala hal, walaupun hidup secara duniawi secara wajar-wajar saja. 
Mantra ini disebut juga dengan nama Savitri Mantra, karena sebenarnya didedikasikan ke seorang dewa yang bernama Savitr. Ada juga sebutan Savitri-gayatri di buku-buku kuno, dan mantra ini ditujukan pada zaman tersebut pada Dewa Surya secara kaidah-kaidah yang terdapat di dalam Veda, dan hal ini juga disebut sebagai Gayatri. Kaidah ini disebut: 
“Om Tat-Savitur-Varenyam
Bhargo Devasya Dhimahi
Dhiyo yo Nah Pracodayat” 
Konon maha mantra ini diturunkan pertama kalinya kepada manusia di bumi ini kepada Resi Visvamitra yang agung di zaman yang teramat silam.  Keseluruhan mantra ini termuat dalam mandala ketiga dari Rig Veda.  Mantra yang sama ini juga hadir Sukla Yajurveda dan Krishna Yajurveda. Di Bhagavat-Gita Sri Krishna bersabda bahwasanya cahaya yang meliputi surya dan chandra adalah CahayaNya semata, jadi menurut para kaum suci, ini berarti Mantra  Gayatri adalah mantra pencerahan akan hakikat Yang Maha Hakiki. 
Om  Bhur  berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Sang Bhumi.
Om Bwah berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Alam-Semesta.
Om Svah berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah  Kehampaan yang menyelimuti bumi dan alam semesta ini. 
Sedangkan tiga baris mantra di atas berarti:
            “Kami bersemedi ke arah Cahaya Ketuhanan Sang Surya, semoga cahaya surgawi ini menerangi aliran pikiran yang ada di dalam budhi (intelek) kami.” 
Biasanya di India mantra ini disertai dengan  japa pranava  dan  Vyahrti-S.  Bagi kaum Hindu, pemujaan sehari-hari mengharuskan japa ini (sandhya-karma) agar pikiran selalau berpikir akan hal-hal yang bersifat jernih. Di Manusmrti 102 tertulis : ”Membaca japa ini di pagi hari sambil berdiri akan menghilangkan semua dosa yang disandang selama malam harinya, dan dengan berjapa di malam hari, maka semua dosa dipagi harinya akan sirna seketika”.  Itulah sebabnya kedua waktu ini harus dipergunakan untuk mengingatNya dan sekaligus menyadarkan diri kita sendiri dengan maha mantra ini, bukan hanya dijapakan pada waktu berkunjung ke kuil atau ke pura saja. 
Pada zaman ini Gayatri-Mantra telah sedemikian populernya diseluruh dunia sehingga selalu berkumandang dalam bentuk ratusan versi lagu, japa dan puja-puji dalam berbagai dialog yang aneh-aneh.  Ada sementara  resi mengatakan pranava “Om Bhur-Bvah-Svah” boleh ditambahkan atau tidakpun tidak apa-apa dalam setiap pemujaan, namun rasanya tidak akan berarti kalau tidak disertakan. Ada dua sandhya dalam sehari. Kata Sandhya berarti titik penghubung antara pagi dan malam. Dengan demikian sandhya yang pertama  adalah subuh dan yang kedua adalah senja hari.  Pemujaan pada pagi hari sekitar jam 4.30 s/d  jam 5 pagi disebut Brahma-mahurta dan di sore hari sebaiknya pukul 6 s/d 7 sore.  Setelah Islam masuk ke India, banyak orang Hindu menambahkan japa dan sembahyang pada siang hari, padahal itu tidak dianjurkan dan juga tidak dilarang. 
Di masa lalu pemujaan pagi hari sambil berdiri dilakukan menghadap ke arah Timur ke Surya dan pada malam hari ke arah Barat, dan sambil memuja,  seseorang akan meletakkan air di kedua tangannya yang terkatub, dan pada akhir ucapan mantranya air tersebut dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ini disebut Arghya-Pradana.  Pada saat mengakhiri mantra ini, sang pemuja akan mengucapkan :”Surya adalah Sang Brahman (Asavidityo Brahma)”, kemudian ia akan melaksanakan atma-pradaksina, yaitu memutarkan badannya kearah kanan, ini mengisyaratkan bahwa sang pemuja dalam baktinya mengikuti arah Sang Surya dan dharmanya.  Sekaligus berarti ia akan selalu berada dalam naungan dan tuntunan Sang Atman, Sang Jati Diri yang raganya sendiri.  Pada masa tersebut Gayatri-Mantra diucapkan 10 kali pada setiap sandhya, pada saat ini sudah bebas, walaupun konon mantra ini tidak boleh diucapkan lagi setelah senja lewat.  Saat ini aturan inipun sudah terkesan bebas. 
Dengan mengucapkan Gayatri mantra kita sebenarnya memohon agar cahayaNya menerangi dan membebaskan kita  semua dari kebatilan yang selalu mengganggu kita sepanjang hari terus-menerus tanpa henti dalam bentuk godaan-godaan duniawi yang tidak ada habis-habisnya ini. 
Ribuan tahun telah  silam semenjak hadirnya berbagai Veda, kemudian muncullah berbagai Sutras dan kemudian hadirlah berbagai pengertian dan penghayatan akan filosif dan ritual yang disebut agama-agama yang berorientasi ke pemujaan Vishnu, Shiva dan Shakti (Durga).  Setiap agama ini menyatakan bahwasanya Gayatri adalah miliknya, dan puja ini ditujukan kepada masing-masing Ishta-dewatanya.  Kemudian berkembanglah konsep Tuhan sebagai Bunda alam-semesta ribuan tahun lalu, dan hadirlah Dewi Gayatri seperti yang kita kenal sekarang ini.  Banyak yang berpendapat dengan melantunkan Gayatri maka seluruh Veda-Veda telah dilantunkan olehnya.  Kemudian mantra yang dianggap teramat sakti ini dipercayai sebagai mantra pembawa proteksi diri segala rintangan dan halangan, itulah sebabnya Gayatri mantra juga disebut sebagai “Mantra yang melindungi seseorang yang melantunkannya”. 
Kaum Hindu di India percaya bahwa sekiranya timbul kendala atau firasat buruk pada seseorang dikala melakukan suatu usaha atau proyek tertentu, orang tersebut harus duduk berjapa Gayatri-mantra ini sebanyak 11 kali, dan seandainya masih mendapatkan firasat buruk maka dianjurkan mengulangnya sebanyak 16 kali, sesudah itu tidak akan ada aral melintang lagi. 
Di India, seorang anak laki-laki diinisiasi dengan mantra Gayatri sewaktu ia masih berusia muda, dan upacara ini disebut Upanayana yang dihadiri dan diselenggarakan oleh kepala rumah tangga dan pendeta keluarga. Upacara ini di berbagai literatur Vedik disebut gayatri-diksa.  Dengan menjalani upacara ini seorang anak laki-laki diinisiasi menjadi seorang penyandang Hindhu Dharma.  Manu, manusia pertama menganjurkan pendiksaan ini seperti berikut; Usia 5 tahun bagi brahmana, 6 tahun bagi kshtriya, dan 8 tahun bagi seorang vaishya, maksimum usia-usia ini secara masing-masing kategori adalah 16, 22 dan 24 tahun.  Biasanya anak wanita tidak didiksa, karena diksa tersebut akan berlangsung sewaktu ia menikah nanti.  Bagi kaum sudra tidak disebutkan pendiksaan  ini.  tetapi di India masa kini banyak kriteria tersebut di atas  yang telah berubah, kaum sudra sudah boleh mengikuti upacara ini berkat perjuangan Mahatma Gandhi almarhum. 
Dipercayai secara shahtra vedik bahwasanya Gayatri-Diksa adalah kelahiran kedua.  Orang tua melahirkan putra mereka karena menginginkannya secara bersama-sama, dan lahirnya seseorang  dari rahim bundanya dianggap sebagai kelahiran fisik. Namun kelahiran kedua adalah anugerah melalui Savitri yang telah menguasai Veda-veda secara keseluruhan, dan kelahiran kedua ini dianggap kelahiran sejati, abadi dan tak pernah mati dimakan sang waktu.  Sesudah diinisiasi ini seorang putra laki-laki disebut Dvija. 
Sebenarnya mantra ini berisikan kalimat keempat dan kalimat ini dianggap begitu sakralnya sehingga hanya diberikan oleh seorang guru spiritual yang telah betul-betul Dvijati pada saat seseorang memasuki masa sanyasi dan dhyananya. Kalimat keempat ini hadir di Chandogya, Brhadaranyaka dan di Brahma-Sutra.  Kami di Ganeshya Pooja  (Shanti Griya) telah menurunkan Gayatri lengkap ini (disebut juga Maha-Gayatri) kepada sekitar 70 sishya yang menunjukkan tanda-tanda spiritual yang teramat satvik, dari antara ribuan sishya yoga ini. Prosesnya selalu terjadi secara mistis dan otomatis sehingga sang sishya akan menunjukkan gejala-gejala awal  yang sangat menunjang kehadiran Gayatri-Mantra ini di dalam dirinya.  Setelah mendapatkan awal inisiasi,  pemuja ini akan segera menjadi vegetarian  dan ahimsa, lalu mempersiapkan dirinya untuk inisiasi lengkap.  Namun sidang pembaca sebaiknya tidak menghubungi kami untuk yang satu ini, karena mendapatkan Maha-Gayatri adalah proses yang teramat sulit dan sudah banyak yang menjadi gila karenanya. Itulah sebabnya para guru spiritual tidak mau menurunkannya secara sembarangan.  Pada saatnya nanti seorang Hindu atau siapa saja yang telah siap mendapatkannya akan menemukan dimana saja Gayatri (Sang Dharma) berkenan.  Ingat, bukan kita memilih Sang Brahman, tetapi beliaulah yang memilih kita semua. 
Para wanita di masa lampau seperti di masa kini, selalu melantunkan mantra Gayatri secara bebas, dan pada zaman tersebut merekapun melaksanakan upacara Upayana, namun dewasa ini wanita tidak perlu mengikuti upacara ini karena kelahiran kedua seorang wanita adalah sewaktu ia menikah dengan purushanya.  Menurut para resi  seorang wanita lebih efektif dibandingkan dengan seorang pria seandainya ia berjapa Gayatri-Mantra karena efeknya terasa ke seluruh keluarga dan relasi di rumah-tangganya termasuk janin-janin yang dikandungnya. 
Seorang resi guru Chinmaya pernah menulis dan menyebarkan sebuah karya yang disebut Devaprayaga yang dikomentari oleh Sri Shankara Acharya secara pribadi, karya ini sudah tua dan langka, namun dengan bantuan guru tersebut di atas dapat diterjemahkan seperti berikut ini: 
Arti dari wacana Gayatri 

Gayatri sudha pratyag-Brahma-aikya-bodhika 

1.        Mantra Gayatri mengindikasikan ilmu pengetahuan yang terutama akan hakikat penyatuan dengan Sang Atman yang hadir di dalam diri kita dan Yang Maha Hadir di mana saja. 
2.        Yang mengetahui akan segala bentuk budhi (intelek) yaitu Yang Menerangi semua bentuk pikiran dan hadir di semua bentuk intelek, yang merupakan Saksi dari semua bentuk budhi …. Ialah Sang Jati Diri yang disiratkan oleh Mantra Gayatri. 
3.        Maha Brahma, Realitas transedental yang Hakiki adalah merupakan Sang Jati Diri itu semata-mata, dengan mejapakan Gayatri, Beliau akan bangkit (di dalam diri kita).  Sang Atman ini diindikasikan di Mantra Gayatri sebagai Sang Surya (Savitur). 
4.        Kata “tat”  disini mengartikan yang maha hadir, Sang Atman di dalam diri kita, yang bukan tidak dan bukan lain adalah Sang Atman di dalam semuanya, yaitu Yang Maha Atman (Param Brahma). 
5.        Kata surya (Savitur) bermakna Tunggal, yaitu satu substratum bagi semua pengalaman delusi yang berbasiskan pruralitas dan juga berbagai permainan ilusi di medan penciptaan ini, termasuk juga dalam tahap pemeliharaan dan penghancurannya (kiamat, pralaya). 
6.        Kata “Varenyam” (Yang dipuja-puji, Yang dikagumi) berarti Dia (Itu) yang dituju setiap insan (semuanya), Yang bersifat ananda-rupam (rahmat, berkah yang tidak ada batasnya).
 (kata ini pada saat berjapa harus dilantunkan sebagai Varenyam
7.        Kata “Bhargah” berarti yang menghancurkan semua bentuk kebodohan, ketidak-sempurnaan yang dipancarkan oleh kekurang-pengetahuan akan pemahaman Sang Ralitas. Dimana hasil-hasil kebodohan tersebut dihancurkan, maka di situ akan hadir kesadaran akan Realitas Yang Maha Esa secara segera. 
8.        “Devashya” (Cahaya) di sini bermakna kesadaran yang senantiasa hadir, menerangi baik di dalam maupun di luar, di tiga tahap (alam) ….. kesadaran, alam-mimpi dan alam tidur-lelap. 
9.        Yang adalah sifatKu yang murni, yaitu AtmanKu, adalah tidak lain tetapi Berkah yang terutama, substratum untuk semuanya, jauh diluar berbagai penderitaan dan tragedi, bersinar sendiri, bersifat kesadaran yang murni, yaitu Brahman Itu Sendiri. 
10.    Kata “Dhimahi” berarti yang menjadi tujuan meditasi kami, berasal dari konstruksi di Veda. 
11.    Sekarang jelaslah sudah bahwa Mantra-Gayatri ini mengindikasikan kesadaran dan kebangkitan (dalam arti yang dalam) dalam diri kita agar kita faham akan Hakikat Hyang Tunggal yang menghidupi setiap makhluk. 
12.    Di dalam daftar kata-kata vedik, maka kata-kata Bhuh (Bhur), Bhuvah (Bhvah), Svah, Mahah, Janah, Tapah dan  Satyam,  semuanya  berjumlah tujuh disebut “Vyahrti-S”. Dari ke tujuh kata-kata ini, hanya tiga kata pertama dipergunakan untuk pemujaan sehari-harinya. Semuanya pada hakikatnya mengindikasikan Hakikat Brahman Yang Maha Abadi. 
13.    “Bhuh” mengindikasikan keabadian. Yaitu Yang Maha Hadir di setiap periode sang waktu, Yang Maha Suci, Yang Senantiasa Merdeka, Yang bersifat eksistensi murni di dalam setiap bentuk. 
14.    Kata “Bhuvah” menyiratkan makna dari kesadaran yang murni, kata ini berasal dari imajinasi, yang menyiratkan akan kehadiran kesadaran yang menerangi berbagai pikiran kita. 
15.    Kata “Svah” sebagai vyahrti bermakna : realitas terutama dari  seseorang itu sendiri, karena apa yang dituju secara amat sangat oleh setiap ciptaan adalah Sang Jati Diri kita sendiri. 
16.    Kata “Mahah” berasal dari kata megah yang berarti Yang Dipuja, yang secara langsung berarti Yang Maha Megah atau Yang Maha  Dipuja yaitu Sang Jati Diri Yang Maha Utama. 
17.    Vyahrti “Janah” bermakna: Mencipta, yang berarti Yang Maha Pencipta dari mana berasal semua bentuk nama dan rupa, baik yang berada di dalam maupun di luar. 
18.    Kata “Tapah” bermakna: Penuh dengan terang-benderang, kecemerlangan, yang tak terhingga. Sang Jati Diri sebagai bentuk kesadaran adalah satu-satunya yang merupakan sumber semua cahaya di alam-semesta ini. 
19.    Kata “Satyam” bermakna:  Sebuah tahap yang jauh sekali  dari jangkauan berbagai keterbatasan seperti penderitaan dan berbagai penyakit. 
20.    Ketujuh Vyahrti-S diterangkan dan disebut sebagai tujuh loka, yaitu tujuh bentuk kesadaran  atau pengalaman.
(juga berarti 7 cakra utama di raga setiap manusia, ini adalah sendi-sendi buana-alit kita yang berhubungan dengan 7 loka di alam-semesta (buana-agung).  Fenomena ini hanya bisa difahami oleh seorang sishya dibawah bimbingan guru yang telah dwijati secara murni). 
21.    “Etad-uktam bhavati”. Kata-kata ini bermakna: Oleh karena itu semenjak semula kami telah mengindikasikan bahwasanya Gayatri adalah pengejawantahan dari Realitas Yang Maha Utama, yaitu Sang Brahman. 
22.    Sang Jati Diri, Yang adalah eksistensi murni, adalah makna yang disirat dan diindikasikan oleh Mantra-Mantra  Veda OM, yang menunjuk ke Brahman. Ketujuh loka juga menjabarkan  makna dari OM dan yang dimaksud ini adalah Sang Brahman itu sendiri, dan bukan yang lain-lainnya, sebenar-benarnya hanya Beliau satu-satunya yang eksis. 
23.    Demikianlah, ketujuh Vyahrti-S menunjuk, dengan seluruh makna dan isi kandungan mereka, ke arah Sang Brahman, Sang Jati Diri (Atman) dalam kesemuanya. 
OM SHANTI SHANTI SHANTI
OM TAT SAT 

Tentang blog ini

om swastiastu
para pembaca yang budiman blog ini saya buat agar saudara saudariku darimana saja dapat mengetahui bahwa Hindu adalah agama yang tertua dan semua ajaran yang ada di agama lain ada di agama Hindu.semua agama mengajarkan kebaikan.dan karena saya Hindu saya memuat tentang Hindu walapun yang sebenarnya namanya bukan Hindu tapi sanatana dharma atau lebih kerennya agama yang abadi hehehe.selamat membaca bagi yang suka.bahan dari isi blog saya dapat dari internet.astungkara akan terus saya update selama memungkinkan klo ada yang punya artikel bagus silahkan email aja ke adekmule_ajus@yahoo.com nanti akan saya posting juga diblog ini.
om shanti shanti shanti om

Kisah Kelahiran Dewa Ganeshya


Konon Dewi Uma selalu merengek-rengek kepada suaminya, Dewa Shiva agar dikaruniai turunan (Santana), namu Shiva selalu menolak sesuai dengan kodrat Ilahi yang harus dijalani Shiva. Namun karena dilanda kesepian tanpa memiliki keturunan, Dewi Uma selalu berniat melanggar perjanjian ini.Sudah menjadi kebiasaan Dewa Shiva untuk bersemadi di puncak Kailash (Himalaya) hampir sepanjang tahun, dan hanya kembali ke Dewi Uma selama beberapa hari setiap tahunnya. Namun Uma mendapatkan tugas dan mandat dari Shiva untuk mewakilinya menerima kunjungan para dewa-dewi dalam rangka menunjang alam semesta secara berkesinambungan bersama-sama, sebagai bunda alam semesta (Durga), maka adalah tugas Uma untuk mengayomi dan menuntun para dewata ini demi lestarinya ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Konon pada suatu hari, ketika Shiva selesai dengan tugas rumah-tangganya, iapun mohon pamit dari istrinya untuk kembaali ke Kailash, namun Uma malahan meledak dengan kemarahannya karena permohonan untuk mendapatkan Santana tidak dikabulkan lagi oleh Shiva.Uma membuang muka dan membanting pintu dan mengabaikan upacara perpisahan yang seharusnya dilaksanakn oleh seorang istri yang berdharma-bhakti kepada suaminya (hal ini adalah kesalahan  fatal kedua,yang pertama adalah niat melanggar suaminya). 
Merasa dilecehkan, Shiva segera pergi bersama para ganasa (pengikutnya) ke Kailash. Sepeninggal Shiva, Uma yang masih terbakar angkara murkanya menyendiri di istananya dan mengabaikan tugas-tugasnya sebagai bunda semesta. Pada suatu saat sebelum mandi, dari daki yang menempel di tubuhnya, diciptakannya sebuah boneka pria kecil yang kemudian melalui daya shaktinya dihidupkan menjadi seorang pemuda bertubuh pendek namun amat tampan. Pemuda ini dijadikan putranya, diberikan segala ilmu kesaktian mandraguna tanpa batas.Kemudian diperintahkan menjaga istananya selama Uma menyendiri .Tak seorangpun diperkenankan masuk menemui  Uma (kesalahan ketiga, menciptakan tanpa proses alami).Akibatnya tamu-tamu tidak dapat menemui Uma, malahan sebagian besar dipenggal kepalanya oleh pemuda sakti  ini.Gegerlah jajaran para dewata, bahkan Hyang Brahma, Indra dan Wishnu pun tidak berdaya melawan apalagi membujuk bocah ganas tersebut.Kemudian Shiva diminta kembali oleh para dewa untuk membujuk bocah ganas tersebut, namun Shiva pun terusir tanpa daya.Wishnu kemudian menyusun sebuah tipu daya, ia mengusulkan agar serangan terhadap bocah sakti ini dilakukan pada saat dini hari, karena pada saat itu biasanya setiap mahkluk masih merasa ngantuk dan matanya akan agak kabur.Pada saat  penyerangan, para dewa-dewi akan hadir mengelilingi si bocah dari jarak jauh sambil bersorak sorai di sana-sini untuk mengalihkan perhatiannya. Kemudian Hyang Brahma muncul dengan tiba-tiba harus muncul sekejab dihadapan bocah tersebut, pada saat yang sama Shiva muncul dengan genderangnya disamping anak tersebut. Sang bocah akan mengalihkan perhatiannya yang agak kabur dari sisi Brahma ke sisi Shiva, pada saat itu  Wishnu akan muncul sekejab dari sisi belakang dan melemparkan cakranya menebas kepala sang bocah, Hyang Agni dipersiapkan untuk segara melahap kepala sang bocah begitu kepala tersebut menyentuh bumi.Demikianlah keesokan hari pada waktu menjelang subuh rencana dilaksanakan dan kepala sang bocah tertebas oleh cakra dan dilahap langsung  oleh Agni. 
Kemudian bocah ini menimbulkan sorak sorai tiada henti-hentin, akibatnya Uma sadar dari semedinya begitu memahami apa ybng telah terjadi ia lngsung mengutuk seluruh jajaran dewa-dewi menjadi patung. Seketika itu juga semua yang hadir menjadi patung. Sekali lagi kacaulah semesta ini karena surya mati, maha panca butha dan sebagainya segera berhenti berfungsi mala petaka melanda alam semesta. Dunia terancam kahancuran sebelum waktunya.Uma merung-raung ke Yang Maha Esa mohon keadilan dan kehidupan bagi putranya ini.Tiba-tiba di tengah-tengah kegelapan yang mencekam ini terlihat sebuah titik cahaya yang gilang gemilang mendekati Uma.Cahaya Ilahi yang tidak dapat dijabarkan betapa indah dan menakjubkan ini bersabda ke Uma:”Uma dikau telah melanggar sumpahmu sendiri, bahkan telah melawan kodrat Ilahi melalui keangkuhan, ego, dan kesaktianmu, sekarang dikau meminta keadilan,padahal dikau tidak berhak untuk itu. Pada sisi lain dewata telah menyalah- gunakan mandat mereka secara licik dan bersikap kurang bijak, maka merekapun layak untuk dihukum.Tiba-tiba Uma sadar akan kesalahannya, ia mohon pengampunan untuk dirinya serta pasemua para dewata yang telah menjadi patung.Yang Maha Penyayang dan Pengasih dalam wujud cahaya Ilahi ini berkenan memaafkan Uma, namun untuk itu para dewata harus dikembalikan kewujud semula.Uma sadar kutukan tidak mungkin diubah namun dapat direvisi  oleh Hyang Maha Kuasa. Iapun berkata:”Sesuai dengan kehendak para Brahman Yang Maha Kuasa, maka para dewata segera berubah ke wujud asli masing-masing”.Para dewata kembali ke wujud masing-masing,namun patung-patung mereka tetap eksis sampai kini sesuai kutukan yang tidak dapat dicabut.Hyang Para Brahman,Tuhan Yang Maha Esa memutuskan bahwa semenjak saat itu para dewa-dewi akan dipuja dalam bentuk arca, dan tugas mereka sebagai elemen dasar adalah  mengantarkan umat manusia ke Hyang Maha Esa itu sendiri bukan sebagai tujuan utama pemujaan umat manusia, tujuan pemujaan adalah Tuhan Yang Maha Esa.Untuk itu diperlukan sarana pengetahuan (widya),Yang Maha Kuasa kemudian memerintahkan seluruh jajaran dewa-dewi termasuk Uma untuk menyalurkan prana-vital mereka serta seluruh mandat mereka ke jasad bocah cilik tersebut.Sebelumnya Shiva dan para ganasnya ditugaskan untuk menebas kepala gajah untuk diletakan di atas jasad bocah ini. Seketika sang bocah ini bangkit dari kematiannya (kehidupan lamanya yang adharma),dan memasuki kehidupan barunya(Dwijati).Iapun menangis dihadapan cahaya Ilahi dan memohon pengampunan.Yang Maha Kuasa bersabda:”Mulai saat ini dikau akan disebut ganeshya,dikau akan beristrikan dua,yaitu:dharma dan adharma.Dikau adalah wujud arti Pengetahuan yang berasal dari kegelapan dan kebodohan(awidya).Mulai saat ini pengetahuan (Ghana) berdiri diatas berbagai pemujaan dan ritual. Aku adalah tujuan sejati dan hakiki,dan dikau kutunjuk sebagai sarana yang mengantarkan umat manusia kepadaku melalui pengetahuan”.Demikianlah kemudian cahaya yang agung tersebut hilang dari pandangan para dewa. Agama Hindhu yang pada awalnya tidak mengenal pemujaan arca kemudian melestarikannya diberbagai kuil, namun tujuan utama adalah Tuhan Yang Maha Esa (OM).Seluruih Shastra Widhi, ajaran, mantra harus dimulai dengan OM dan didampingi symbol swastika.Ganeshya kalau tidak maka dianggap tidak sah.Ganeshya disebut dengan panggilan Bapa (yang berarti ayah, pemimpin, soko guru). 
Semenjak saat itu, setiap manusia sebenarnya dapat mamuja ke Tuhan Yang Maha Esa secara langsung. Kalaupun pemujaan kepada para dewa masih dilakukan maka hal tersebut harus dilandasi oleh kesadaran bawasanya para dewa-dewi adalah istadewata yang menuntun kita semua ke Yang Maha Esa. Semoga kisah yang amat popular di kalangan kaum Hindhu India ini dapat memberikan kesadaran hakiki kepada kita.
                                   
Om Namo Ganeshya Namaha
Om Shanti,Shanti,Shanti
OM  TAT  SAT

GANESHYA (GANAPATI)


(Dewa pujaan masa lalu, kini dan yang akan datang) 

Ganeshya pada mulanya tersirat di Reg-Veda sebagai seorang dewa minor dengan sebutan Vinayaka.Di masa itu dewa pengetahuan ini belum terwujud secara keseluruhan, namun lama kelamaan Hindhu (sanatana) Dharma berevolusi secara pesat dari berbagai system ritual vedik mengarah secara pasti dan positif ke suatu pemahaman akan Tuhan Yang Maha Esa dan Abadi,Yang serba Maha Alam segala-galanya. Oleh sebab itu maka wujud Ganeshya sebagai maha-dewapun lalu tampil sebagai manifestasi ilmu pengetahuan duniawi dan spiritual, sekaligus menggantikan posisi Hyang Brahman yang makin lama makin tidak popular, demi menunjang perjalanan hidup umat dharma pada zaman kali-yuga ini. Sebagai maha-dewa, Ganeshya kemudian disejajarkan dengan orang tuanya. Berbagai candi Shiva di India, Indonesia dan berbagai tempat lainnya memposisikan Ganeshya di bagian depan candi, kemudian Durga di tengah agak ke atas, dan candi Shiwa di belakang pada posisi tertinggi, namun dalam wujud Lingga-Yoni. Semua posisi ini menunjukan bahwa untuk mencapai penyatuan atau pemahaman Moksha diperlukan dasar pengetahuan (widya) yaitu Ganeshya dengan gadingnya yang retak (shasira-widhi berbagai ritual,hal-hal yang tidak abadi) dan juga dibutuhkan widya (jalan Ilahi yang benar dan hakiki),yaitu gading yang sempurna. 
Namun tanpa Bunda Penuntun (yaitu Durga, Maya, semesta, kehidupan duniawi ini), maka seorang tidak akan mungkin mencapai penyatuan dengan Brahman Yang Maha Esa (Shiva itu sendiri),yang disimbolkan dalam bentuk Lingga-Yoni (positif-negatif,dari-Nya mengalir air kehidupan ini, diayomi dan kemudian kembali di daur-ulang demi mempersiapkan kehidupan berikutnya). Proses tersebut berlaku untuk semua yang eksis, baik itu setitik debu ataupun buana agung yang semesta ini. Namun untuk menghayati semua ajaran adiluhung ini diperlukan wahana penuntun atau medium antara manusia dan para dewa, antara manusia dengan alam semesta dan sekitarnya. Medium tersebut adalah ilmu pengetahuan dalam arti seluas-luasnya. 
Semenjak masa yang teramat silam Sanata Dharma mengajarkan umat manusia melalui berbagai simbol-simbol, kisah-kisah, parable, filosofi spiritual agar mudah tercerna oleh seluruh lapisan masyakat baik yang berpendikan maupun yang tidak. Zaman Veda telah berlalu, tidak seluruh ajaran Veda yang  masih tersisa, kalaupun masih ada seperti yang kita kenal di masa ini, maka kehadirannya hanya dipahami segelintir brahmana dan cendikiawan. Saripati berbagai Veda ini telah bermanifestasi ke dalam berbagai Upanisad dan kemudian di sarikan lagi ke dalam ajaran Bhagawat-Gita (kitab suci kaum dharma). Pengetahuan atau Ganeshya ini semenjak ribuan tahun yang lalu telah di nobatkan menjadi wakil atau wali Tuhan Yang Maha Esa. Simbol Ganeshya telah mendapatkan posisi yang mapan di dalam hati masyarakat Barat maupun Timur, kesatuan karena syarat dengan Widya, kedua ritual bagi Ganeshya amat mudah dan sederhana.Dapat dilakukan oleh siapa saja, ketiga tanpa ritual pun akan tetap bermakna penghayatannya. Namun kaum Hindhu di Indonesia baru akhir-akhir ini menyadari kembali betapa pentingnya Ganeshya ini, padahal di masa-masa yang silam Beliau hadir dari ujung satu ke ujung lainnya di persada Nusantara ini. Mungkinkah arca - arca Ganeshya di berbagai kuil, pura dan rumah-rumah kita akhir–akhir ini merupakan awal dari kebangkitan dharma di Pertiwi ini? Pertanyaan ini harus kita kaji dan jawab secara jujur. 
Perlukah ajaran Shastra Widhi Dharma secara universal demi menunjang kehidupan spiritual kita, ataukah kita akan terus beritual secara konsumtif tanpa dasar widya yang lurus. Sering timbul pertanyaan mengapa pemujaan terhadap Ganeshya mendadak hilang dari khazanah dharma kita? Apakah hancurnya peradaban dharma ratusan tahun yang lalu menjadi penyebabnya, ataukah dharma telah melenceng alurnya? Padahal para pendiri negara ini walaupun bukan penganut dharma telah mengabdikannya sebagai symbol pendidikan tertinggi kita yaitu Institut Teknologi Bandung. Ada sekitar 36 versi kisah kelahiran dewa Ganeshya ini, namun di bawah ini dikenal secara amat luas sebagai suatu bantuk widya pengetahuan umum. Silahkan menyimak makna-makna yang terkandung di dalamnya.

GANESHYA (GANAPATI)


Juga dikenal dengan nama Vinayaka, banyak dewa yang paling terkenal secara universal dan dipuja di mana saja di dunia ini, popular sekali di dunia barat, karena merupakan lambang ilmu-pengetahuan duniawi, spiritual dan sains, dan sekaligus menggambarkan manusia dengan segala peri-kemanusiaan, peri-kebinatangan dan peri-kedewaannya secara utuh.Lambangnya hadir di agama Bhuda dalam bentuk swastika merah, sebagai salib dalam kepercayan Nasrani, dan dibalik oleh kaum Ziorus (menjadi istri Ganeshya yang bersifat iblis). Jangan sekali-kali memuja lambang swastika berwarna hitam secara terbalik, iblis cepat sekali datang menyesatkan anda. 
Tidak ada suatu upacara apapun juga dalam Hindhu Dharma yang dapat di mulai tanpa memuja Dewa Ganeshya dulu, karena para dewa-dewi pernah melakukan kesalahan dalam menjaga kelestarian jagat-raya ini, maka mandat sepenuhnya dari Yang Maha Esa diwakili seluruhnya kepada Ganesya, termasuk orang-tuanya harus tunduk kepada tuhan ini.Beliau juga adalah Vighneswara (penetralisir) dan Vignaharja (penghusir bala dan bencana ). Namun bentuknya yang aneh sering mengundang tanda Tanya. 
Sesungguhnya berbagai mantram-matram menyiratkan Ganeshya pada awal mulanya telah hadir di Rig-Veda (2.23.1) dan (10.112.9) sebagai konsep paling dini, yang kemudian lambat-laun berkembang sebagai Ganeshya masa kini,Ganapati-Brahmanaspati (konsep Rig-Veda)lambat-laun mengalami evolusi spiritual dan menjadi Gajavadana-Ganeshya-Veghneswara.Di Rig-Veda beliau juga disebut Brhaspati dan Vasaspati(wujud cahaya).Beliau sering dilukiskan berwarna merah keemas-emasan dan kapak perang kecil adalah senjatanya yang paling ampuh, tanpa karunia dan persetujuan beliau, semua ritus-ritus agama menjadi sia-sia, beliau tidak menerima caru dalam bentuk daging atau makanan berjiwa, namun selalu dalam bentuk manis-manisan saja, seperti buah-buahan dan berbagai jenis sesajen buatan tangan sendiri.Beliau selalu didampingi para gana (grup penyanyi dan penari), beliau juga hadir sebagai penuntun para dewa selain manusia, dan senantiasa menuntun kita samua ibarat bundanya Durga dan Parwati ke arah kebajikan. Selain Subramaniyam, kakaknya yang amat terkenal kesaktianya, beliau juga bersaudarakan para marut (marut-gana) yang pada saat ini kurang popular. 
Ada berbagai versi kelahiran dewa Ganeshya ini:
1.      Suatu saat, para dewa dalam keadaan sulit memutuskan bahwasanya mereka membutuhkan seorang pemimpin baru guna mengkhiri berbagai rintangan, kemudian Dewa Shiva berreinkarnasi melalui Dewi Parwati dan lahir sebagai Ganeshya.
2.      Suatu waktu secara iseng, karena marah kepada suaminya, Dewi Uma membuat sebuah boneka kecil berkepala gajah(ada yang mengisahkan kepada seorang pemuda tampan,ada beberapa versi dari kisah ini sendiri) dan melemparkannya ke sungai Gangga, dan kemudian lahirlah dewa berkepala gajah yang disebut juga Dvaimatura (yang beribu dua).
3.      Konon suatu hari, Dewi Parwati membuat sebuah boneka kecil dari selendangnya, dan memberikan nafas kehidupan kepada boneka ini. Setelah menjelma menjadi seorang pemuda kecil yang tampan, putra ini mendapatkan tugas menjaga pintu rumah Parwati dan menghadang siapapun yang masuk, karena beliau ingin menyendiri memuja Yang Maha Kuasa. Konon Dewa Shiva yang serba tahu kembali ke rumahnya, dan ternyata sang putra tidak mengenalinya karena memang tidak diberitahu oleh ibunya, maka beliau pun dihadang masuk oleh dewa kecil ini,yang mengaku putra Parwati. Dalam kemarahannya maka Shiva sebagai Rudra langsung menebas kepala anaka ini, dan langsung saja kepala tersebut dimakan habis oleh para ganasnya Dewa Shiva. Dewi Parwati sedih sekali akan prihal ini, dan minta anak tersebut dihidupkan kembali. Shiwa yang menyesal  minta maaf kepada putranya dan mencarikan kepala baru yang sesuai dengan kodrat dan misinya berbentuk kepala gajah. Gajah yang sedang mengobrak-abrik sebuah desa ini dipenggal kepalanya untuk diletakkan di atas kepala Ganeshya, yang kemudian mendapatkan sebutan Ganapati, bentuk Rudra yang keras.Ganeshya sendiri adalah bentuk lembut Sang Parwati.
4.      Ganeshya lahir dari bentuk ether Dewa Shiva, karena teramat tampan, ia kemudian menyebab kan dewi Parwati mengutuknya menjadi buruk rupa.
5.      Ganeshya adalah Sri Krishna dalam bentuk manusia, sewaktu sani, seorang dewa planet memandang ke arah Sri Krishna ini, tiba-tiba kepala Sri Krishna terbang ke Goloka, tempat kediaman Sri Krishna(Kreshna) raga tanpa kepala tersebut diganti dengan kepala gajah. 
Konon ada 36 kisah lebih mengenai kelahiran Ganeshya ini, di dalam salah satu kisah tersebut, Ganeshya kehilangan ujung gadingnya yang patah karena melawan Parasurama, kemudian gading patah tersebut digunakan untuk menulis Mahabarata yang didektikan kepada Rsi Vyasa .Gading patah juga menjadi symbol tidak ada ilmu-pengetahuan manusiawi yang abadi,yang abadi, hanyalah ilmu-pengetahuan sejati akan Tuhan Yang Maha Esa (simbolnya gading utuh).Jadi arca Ganeshya memang gadingnya patah satu. 
Ada juga kisah bagaimana ia mengalahkan kakaknya Skanda, dengan mengelilingi kedua orang tuanya, dengan damikian mendapatkan hadiah berupa dua orang putri Riddhi (Riddhi, Dharma) dan Siddhi (kesesatan,adharma) sebagai isteri-isterinya.Tentu saja kisah ini sarat symbol, karena Skanda, kakak Sri Ganeshya sebenarnya adalah seorang panglima perang, namun sangat emosional dan kurang suka berfikir panjang, sebaliknya Ganeshya sangat cerdas.Dalam kontes yang dimaksudkan untuk menguji kedua anak-anak mereka, Shiva dan Parwati ingin menguji kecerdasan mereka, dalam perlombaan ini barang siapa mampu mengelilingi bumi sebanyak tiga kali lebih cepat dari yang lainnya, maka akan memenangkan perlombaan ini.Sewaktu Skanda terbang melesat memutari bumi,Ganeshya dengan santai saja memutari ayah-ibunya karena teringat sebuah sabda suci di dalam sebuah karya shastra, bahwa barang siapa memutari ayah-ibunya penuh hormat tiga kali, akan berpahala sama dengan memutari bumi sebanyak tiga kali, dengan demikian menanglah Ganeshya dalam perlombaan ini. Ganeshya dengan demikian bermakna kecerdasan dan bakti yang penuh dengan kesadaran. 
Bentuk Ganeshya yang umum adalah kemerah-merahan, berbadan manusia yang gemuk pendek dengan berkepala gajah yang bekuping lebar sekali. Bertangan empat dengan salah satu gadingnya patah, bisa kiri bisa kanan.Keempat tangan masing-masing menggenggam Pasa dan Ankusa (kerang-kerang suci), berperut buncit (symbol kekotoran manusia yang ditampungnya setiap hari)menggunakan ikat pinggang berbentuk ular, juga mengenakan tali suci (yajnopavita).Duduk di atas singasana emas dalam bentuk Padmasana, kadang-kadang duduk di atas bunga Padma. Kadang kala salah satu kakinya menjulur ke bawah, busananya senantiasa anggun walaupun bagian atas tidak mengenakan jubah sebagai lazimnya dewa-dewa pria lainnya dan bermahkota bergemelapan. Beliau duduk dengan memandang ke satu arah,dapat ke kanan maupun ke kiri dan gemar menyantap berbagai manisan dan buah-buahan, beliau adalah symbol vegetarian sejati. Sesajen favorit beliau di India adalah semacam onde-onde yang disebut Modaka. Seekor tikus kecil (lambing pencuri) senantiasa menjadi tunggangannya. Kalau anda ingin berhenti merokok, berjudi, bertajen, ingin menjadi vegetarian atau ingin melepaskan diri dari suatu dosa tertentu, maka duduklah dengan tulus di depan sebuah arca Ganeshya, dapat dilakukan di rumah, dengan meletakan sesajen buah dan manisan sedikit secara sederhana, disertai dupa dan bunga sedikit, lalu letakan rokok sisa terakhir, atau uang judi, atau secara simbolis kebiasaan buruk anda, maka mohon kepada beliau agar semua yang berasal dari-Nya dikembalikan kepada-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.bacalah mantra”OM NAMO GANESHYA NAMAHA”tiga kali,minumlah tirta suci yang telah anda siapkan sebelumnya, makanlah sesajen yang telah anda Persiapkan sedikit, kemudian bagikan sisanya kepada yang lain-lainnya.Berpuasalah hari itu, atau hari-hari selanjutnya seperti Purnama dan Tilem, maka seandainya tulus, permintaan akan langsung terpenuhi pada saat itu juga. Bagi yang ragu-ragu dan ingin mencoba-coba sebaiknya tidak melakukan sembahyang ini, khusus untuk yang ingin bertobat saja. Selanjutnya kalau terpenuhi dan terhapus kebiasan buruknya, teruskan dengan yoga-meditasi seperti tertera di BAB VI,Bhagawat-Gita.silahkan mencoba, semoga sukses. 
Kembali ke Ganeshya yang bermata sipit (lambing meditasi yang berkesinambungan),dengan mata ketiga berposisi di tengah-tengah. Kedua matanya dalam bentuk horizontal. Kepalanya bisa bertambah sampai menjadi lima pada waktu-waktu tertentu, sebuah bentuk Rudra yang menyeramkan kerena berkalungkan tengkorak-tengkorak, symbol kematian adharma, pada saat tersebut dengan sepuluh tanggannya maka jumlah senjatanya bisa menjadi total sepuluh buah atau lebih.Para isteri sering dilukiskan duduk dipangkuannya di kiri dan sebelah kanan.Sedikit penjelasan tambahan untuk symbol-simbol ini:kata Gana berarti katagori, sebuah wujud katagori yang maha utama dan tertinggi.Yang dikhususkan untuk Yang Maha Esa itu sendiri.Gaja berarti gajah,Gajanana atau Gajamukha berarti berwajah adalah sebutan-sebutan lain beliau.Gaja juga mengandung arti khusus sekali yaitu tujuan akhir kehidupan dan alam semesta ini, baik anda sadari maupun tidak.Jadi arti lain dari Gaja adalah:”Dari Dia!untuk Dia!Dan kembali ke Dia!”. 
Beliau adalah tuntunan kita ke Kesadaran yang Tertinggi,dan berupa symbol dari buana alit dan buana agung (Suksmanda dan Brahmanda),dua dalam satu, atau satu adalah kedua-duanya. Kepala beliau melambangkan makro kosmos dengan kata lain makro kosmos ke mikro kosmos dan  sebaliknya adalah siklus kehidupan ini.Raga beliau adalah symbol dunia,mikro kosmos ini yang serba gemerlapan ditandai demi pemuasan berbagai nafsu. Kedua unsur tersebut menyiratkan dengan pasti inti sari Tat-Twam-Asi, kata para resi Upanisad! 
Beliau juga disebut sebagai Vighneswara,Vighnaraja(dewa penghalau berbagai rintangan).Namun beliau juga merintangi jalan spiritual kita dengan mengirimkan isterinya adharma untuk menjegal berbagai yadnya dan upaya yang kurang tulus dan penuh pamrih duniawi dan materi,jadi hati-hatilah dalam memujanya,jangan sampai salah.Di Indonesia kini, mulai lagi pemujaan kepada beliau ini,berbagi pura di Jawa-Bali mulai mengembalikan arca beliau ke Padmasari dan berbagai pura sakral.Syukurlah kalo eling begitu.
Beliau adalah juga symbol Vidya dan Avidya (gading sempurna dan gading patah),sekali lagi isteri-isterinya adalah symbol Dharma dan Adharma, jadi beliau juga memiliki ilmu hitam dan putih.Unsur hitamnya dikenal dengan nama Saktiganapati atau Ucchistaganapati, namun yang lebih dikenal di India adalah unsur putihnya yang disebut Nrttaganapati, di unsur ini beliau adalah penguasa musik dan seni tari,berkat karunia dewa Brahma yang senang kepadanya. 
Ada bentuknya yang bersifat brahmacari yang disebut Varasiddhi Vinayaka. Bentuknya yang feminim disebut Ganesani,Vinayaki, Sarpakarni, Lambha Mekhala, dan berbagai sebutan lainnya. Ingat, semua dewa (unsur cahaya) berasaskan unsur lingga-yoni,setengah pria setengah wanita,setengah keras setengah lembut. 
Ganeshya dipuja dalam berbagai wujud seperti lukisan, linggas, salagramas, yatras, dan kalakas (guci-guci air suci). Salagram adalah benda yang teramat langka. Swastika adalah symbol beliau, swastika yang lengkap dan ampuh adalah yang bertitik empat di tengah-tengah setiap lekukan, ditambah dua garis masing-masing di kiri kanan swastika yang melambangkan dharma dan adharma secara seimbang. Di Bali dilambangkan dengan kotak-kotak hitam putih.Banyak pemeluk Hindhu di Bali dan Jawa,juga saudara-saudara umat yang lainnya yang tidak sadar bahwasanya penjor adalah symbol (lambang) belalai gajah, di Bali malahan maknanya sudah lain sekali.Belalai Ganeshya menandakan bahwa di lokasi tersebut ada upacara.Di India,masih berlaku beberapa tempat dan upacara penjor-penjor yang terbuat dari kainwarna-warni ataupun hiasan janur beserta kelapa bermakna seperti ini.Penjor merah berarti ada upacara pernikahan atau yang berhubungan dengan kejayaan dan ekonomi sosial.Penjor putih melambangkan duka-cita kematian, penjor kuning melambangkan symbol upacara sacral, demikian juga dengan makna payung. Di Indonesia tradisi ini masih hidup, namun untuk penjor duka-cita telah menjadi bendera serta warna kuning bagi yang non-Hindhu, makna kuning saat ini kurang jelas, mungkin hanya mengikuti adat yang sudah ada semenjak dulu kala, namun kurang menguasai makna sesungguhnya. 
Kuil bagi Ganeshya bertebaran di seluruh Indonesia dan India pada zaman dulu bersatu dengan pemujaan Shakti Durga dan Shiwa.Demikianlah sejarah dan peninggalan candi-candi di Indonesia dan India membuktikannya. Melihat bentuknya yang setengah manusia,setengah hewan namun adalah dewa yang tertinggi, maka beliau adalah symbol dari tiga unsur tersebut (vidya-avidya-kesadaran akan Yang Maha Esa) suatu bentuk yang amat bermakna.Dari hewan ke manusia baru ke tahap dewa, sebuah bentuk evolusi yang sempurna.Beliau juga sering di gambarkan menggenggam daun-daun kering tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat pengobatan. Inilah faktor yang menyebabkan seluruh jajaran dewa-dewi termasuk orang tuanya menghormati dewa atau unsur ilmu-pengetahuan tertinggi ini, karena di zaman kali ini yang dibutuhkan adalah kesadaran total akan hakekat kehidupan ini, dan kemana akan kita berevolusi sesudah ini, seluruh alam semesta menanti eksplorasi manusia, para dewa akan menuntun, karena sudah menjadi tugas mereka.Namun di Bali, insan Bali hanya sibuk saling berperang dengan sesama saudara dan banyak prihal nonsen menjadi ajang pertarungan, seperti avidya seperti judi, mecaru, melupakan puasa dan tapa-brata. Kalau Ganeshya tidak dikembalikan  dengan segera, mungkin saja pulau dewata ini akan berubah menjadi pulau asura.Tanda-tanda sudah jelas kearah sana. Pariwisata harus dikembalikan lagi,namun pariwisata spiritual yang merakyat dan bukan dengan menjual aset-aset religius kita kepada turis dengan mengorbankan adat budaya dan kesakralan pemujaan kita.Terkutuklah manusia Bali, kalau para dewata marah, dan anak-anak kita berpaling ke agama lain yang lebih praktis sepintas lalu.Penuh dengan karunia Bali dan Jawa ini, seandainya pemujaan ke Hyang Maha Esa, Hyang Widi Wasa diarahkan secara tepat sesuai dengan kaidah Veda, Bhagawat-Gita dan Upanisad yang semuanya adalah Ganeshya itu sendiri. 
Berikut ini adalah nama lain dari dewa Ganeshya:    Dhumraketu, Sumukha, Ekadanta, Gajakarnaka, Lambordara, Vighnaraja, Ganadhyaksa, Phalacandra, Gajanana, Vinayaka Vakratunda, Siddhivinayaka, Supakarna, Heramba, Skandapurvaja, Kapila dan Vighneswara. Dia juga dikenal oleh banyak orang sebagai Maha Ganapati
Mantra-nya adalah om gum ganapataye namah. Para Shadaka yang memuja Ganeshya sebagai dewa mereka merngucapkan mantra itu atau Om Sri Ganeshya Namah.
Para bhakta Ganeshya juga melakukan japa Ganeshya Gayatri sebagai berikut:                                         
                                          Tat purusaya vidmahe
                                          Vakratundaya dhimahi
                                          Tanno denti pracodayat 
Dewa Ganeshya adalah perwujudan dari kebijaksanaan dan kebahagiaan.Dia adalah dewanya para brahmacari.Dia sangat terkenal diantara orang yang selibat (membujang). 
Sebagai tungganganya ia mengendarai seekor tikus.Dia adalah dewa penguasa muladhara cakra, pusat psikhis dalam tubuh di mana kundalini sakti berada. 
Dia adalah dewa yang melenyapkan segala rintangan pada jalan pengikutnya.sehingga ia disebut Vighna Vinayaka. Aksara bija-nya adalah Gum yang memiliki irama yang sama dengan bahasa Inggris”Sung”.Ia adalah dewa keharmonisan dan kedamaian. 
Dewa Ganeshya melambangkan Om atau Pranaya yang merupakan mantra umat dalam agama Hindhu.Tak ada satupun yang dapat dilakukan tanpa mengucapkannya.Ini menjelaskan suatu kebiasaan pemanggilan Ganeshya sebelum melakukan acara atau hal apapun.Dua kakinya melambangkan daya ilmu pengetahuan dan daya kegiatan.Kepala gajah memiliki arti penting karena hanya ia lah satu-satunya figure di alam yang mempunyai bentuk dari symbol”Om”. 
Arti dari menunggangi seekor tikus adalah penaklukan penuh terhadap keakuan.Memegang Akusa melambangkan penguasaannya tehadap dunia.Itu merupakan suatu tanda dari  Bonus Ilahi. 
Ganeshya adalah dewa utama.Dengan menunggangi seekor tikus,salah satu mahluk alam terkecil dan yang memiliki kepala seekor gajah,mahluk terbesar dari segala binatang darat,menandakan bahwa Ganeshya adalah pencipta segala mahluk hidup.Gajah adalah binatang yang sangat bijaksana,yang menadakan bahwa Ganeshya adalah lambang kebijaksanaan.Ini juga menunjukan proses evolusi tikus secara perlahan berevolusi menjadi gajah dan akhirnya menjadi manusia.Inilah mengapa Ganeshya memiliki tubuh manusia,kepala gajah dan mempunyai tunggangan berupa seekor tikus.Ini merupakan filosofis simbolik dari wujud-Nya. 
Ia adalah dewa dari para gana atau kelompok,contohnya kelompok unsur,kelompok indera dan lain-lainnya.Dia merupakan peminpin dari para shandaka Shiva atau pelayan surgawi dari dewa Shiva. 
Para Vaisnava juga memuja dewa Ganeshya.mereka memberinya nama Tumikkai Alwar,yang berarti ke-Ilahian dengan belalai gajah. 
Dua kekuatan Ganeshya adalah Kundalini dan Vallaba atau kekuatan cinta kasih.

GANAPATI


Ganapati atau Ganeshya juga dikenal sebagai Vinayaka, barang kali merupakan Devata Hindhu paling terkenal yang dipuja oleh seluruh bagian dari orang-orang Hindhu.Tak ada kegiatan apapun, baik yang bersifat sakral ataupun sekuler, dapat dimulai tanpa menghormati dan memuja-Nya terlebih dahulu. Ini dapat dimengerti dan diinginkan, karena dikatakan bahwa ia merupakan penguasa halangan (Vighneswara atau Vighnaraja). Namun apa yang tak dapat dipahami dan secara pasti sangat tak diharapkan adalah asalnya yang menjijikan dan wujudnya yang sangat aneh sekali. Bahkan bagi mereka yang mengagumi ketrampilan Shiva dalam seni bedah pencangkokan kepala, akan menjadi sangat sulit untuk mengagumi hasil akhirnya. Sekali kita berhasil menyelidiki rahasia perlambang ini, kejijikan kita akan menimbulkan rasa hormat dan berusaha untuk menghormati dan memuja-Nya. 
Walaupun kenyataannya bahwa Ganapati yang dinyatakan dalam mantra Reg-Veda terkenal,”gananam ganapatim havamahe…”(2.23.1) dan “Visu sida ganapate…”(10.112.9) dan Ganapati yang kita puja sekarang ini saling tak dikenal, semua sarjana objektif sepakat bahwa benih-benih konsep Ganapati sudah ada dalam Reg-Veda itu sendiri. Dalam abad yang akan datang, konsep ini telah melewati ujian dari kitab-kitab “epos” dan Purana untuk menghasilkan Ganapati seperti kita kenal sekarang. Dalam suatu komunitas, perkembangan dari konsep Tuhan dan cara pemujaannya sebanyak produk geografis, histories dan factor-faktor budaya dari pengalaman mistis dan realisasi spiritual dan orang - orang yang sangat berkembang. Masih dapat dipahami untuk menduga bahwa Ganapati-Brahmanaspati dan Reg-Veda secara bertahap bermetamorfosis ke dalam Devata, ”Gajavadana-Ganeshya-Vighneswara. 
Dewata Regveda Ganapati-Brahmanaspati yang juga disebut Brhaspati dan Vacaspati- Mewujudkan dirinya melalui berkas sinar yang besar. Ia berwarna merah keemasan Kapak merupakan senjata padanya. Tanpa anugrahnya, tak ada kegiatan upacara keagaman yang dapat berhasil. Dia senantiasa dalam kelompok (gana=kelompok) para penyanyi dan penari. Dia menunudukkan musuh para deva, melindungi para bhakta yang tulus dan menunujukkan jalan yang benar.
Kelompok devata Regveda lainnya yang dikenal sebagai Marut atau Marut-gana, dilukiskan sebagai anak –anak Rudra, juga memiliki ciri-ciri yang mirip. Sebagai tambahan, merak dapat menjadi dengki terhadap mereka yang menimbulkan rasa benci mereka dan dapat menyebabkan kehancuran seorang gajah liar. Mereka dapat menempatkan rintangan di jalan manusia bila tak berkenan dan melepaskannya bila disenangkan.  Mereka mandiri dan tidak tunduk pada kekuasan apapun (Arajana = Vinayaka). 
Pembicraan tentang dua uraian ini akan terpaksa membawa kita pada keputusan yang jelas bahwa Ganapati merupakan bentuk metamorfosis dari dewata Brhaspati – Marutgana, tak ada yang aneh dalam hal ini, khususnya bila kita dapat menyadari trnsformasi yang telah berlangsung diantara berbagai dewata Veda, karena mereka secara bertahap terserp diantara para dewa, Pantheon Hindu yang belakangan. Dahulu, indra yang maha kuasa dan maha perkasa diturunkan kedudukannya pada tingkat dewata rendahan yang hanya mengatur salah satu arah saja, letnannya Wisnu ditingkatkan pada tempat utama dalam Tri Murti, Rudra yang menakutkan menjadi Siwa yang menguntungkan. Banyak dewata lain seperti ; Dyaus, Aryaman, dan Pusan secara dim-diam diutus, menjadi terlupakan.
Walaupun kenyataannya ganapati sangat dihormati dan merupakan dewata Maha Kuasa, Kepalanya sering menjadi suatu misteri bagi yang lainnya. Tak diragukan lagi, kontroversi semacam itu, seseorang mungkin tertarik pada penyimpulan yang menggelikan bahwa ia bukanlah dewata bangsa arya sama sekali, tetapi kemungkinan besar diimport dari Mongolia! Oleh karena itu lebih baik untuk bermain yang aman, menyelamatkan yang terbaik dari padanya guna kehidupan spiritual kita.
Bentuk Ganapati yang paling umum diterima, menggambarkannya berwarna  merah dan dalam wujud seorang manusia dengan kepala gajah dari dua gadingnya, salah satunya patah. Dia memiliki empat tangan. Dua tangannya memegang Pasa (jerat) dan Angkusa (kait gadjah). Dua tangan lainnya memperagakan Abhaya dan Varada Mudra. Perutnya buncit dan dihias dengan sabuk ular. Ada juga Yajnopvita atau benang suci kerohanian, baik berupa benag ataupun ular. Ia mungkin duduk dalam sikap Padmasana (sikap kembang Padma). Bila perutnya tak menijinkan hal ini, kaki kanannaya mungkin terlihat bengkok dan tergeletak pada tempat duduk.
Terpisah dari jubah dan perhiasannya yang indah, Ia menggunakan mahkota yang teruikir cantik. Belalainya mungkin mengarah kekanan atau kekiri. Secara normal, ia tampak melayani dirinya pada jumlah modaka (sejenis manisan) yang berlimpah.
Seekor tikus yang ukurannya kecil sangat lucu, terlihat didekatnya mengerogoti bagian manisan, mungkiun berharap untuk mendapatkan kkuiatan yang cukup untuk megangkut majikannya !
Mata ketiganya kadang-kadang dpat ditasmbahkan di dahinya, di renmgah-tengah kedua alis mata. Jumlah kepalanya dapat ditingkatkan hingga lima. Lengannya dpat bervariasi dari dua hingga sepuluh buah. Kembang teratai, buah dellima, mangkuk air, kapak perang , kecapi, patah gading, batang tebu, bulir padi, busur dan anak panah, petir koma, tasbih, buku, ini adalah beberapa benda lain yang terlihat ditangannya. Saktinya sering terlihat dengannya duduk di pangkuannya. Kadang –kadang dua sakti Riddhi dan Siddhi juga tampak.
 Sekarang marilah kita berdoa untuk mengungkapakan perlambangan ini.
Gana berarti = Kategori. Segala sesuatu yang kita pahami melalui panca indera kita atau melalui pikiran kita dapat dinyatakan dalam istilah jenis atau katagori. Prinsip yang menjadi sumber sgala katagori itu mewujudkan dirinya adalah Ganapati peguasa katagori. Dalam akibatnya, itu berarti asla mula dari segenap ciptaan, yaitu tuhan sendiri.
Kata sanserketa yang umuim, untuk menyatakan gadjah adalah “Gaja”, sehingga nama gajanana atau gajamuka (yang bermuka gadajh )ditujukan bagi Ganapati. Tetapi kata gaja “memilikimkonotasi yang lebih dalam. “GA” menyatakan “Gat”, - tujuan akhir.Sebagai tujuan dari segenap ciptaan, Apakah disadari atau tidak.”Ja” menyatakan “Janma” , - lhir atau asal mula.Karena itu,”Gaja”menyatakan Tuhan sebagai asal mula dunia dan tujuan kermajuaannya,yang pada akhirnya terserap ke dalam-Nya.Dengan demikian yang berkepala gajah secara murni melambangkan dan menunjukan pada kebenaran ini.
Faktor lain yang kita amati dalam ciptaan ini adalah dua bidang manfestasinya sebagai mikrokosmos(Suksmada)dan makrokosmos(Brahmanada).Masing-masing merupakan replica dari yang lainnya.Mereka merupakan kesatuaan dalam yang dua dan dua dalam yang satu.Kepala gajah menyatakan makrokosmos dan badan manusia bagi mikrokosmos.Du bentuk dalam satu unit.Karena makrokosmos merupakan tujuan dari mikrokosmos,bagian gajahnya telah diberi penonjolan lebih besar dengan menjadikan kepala.
Barangkali pernyataan paling tegas yang  berkaitan dengan kebenaran filosofis yang pernah dibuat terkandung dalam pernyataan ringkas dan tajam dari Chndogya Upanisad:”Tat-Tvam-Asi”,-Itu adalah Engkau”.Itu berarti bahwa : Engkau individu yang nampaknya terbatas, pada intinya merupakan kebenaran kosmis, Yang Mutlak”.Bentuk manusia gajah dari Ganapati adalah pernyataan ikonografis dari dictum agung Vedantik .Gajah menyatakan kosmis,sementara manusia menyatakan individu.Gambaran tunggal mencerminkan identitas mereka.
Diantara berbagai mitos yang berkenaan dengan asal mula Ganapati,salah satun yang menyatakan berasal dari daki atau kotoran yang diambil dari badan Parwati tampaknya paling dikenal secara luas,dan dianggap sebagai aneh dan menjijikan.Karena itu ada gunanya untuk menyelidiki lebih dalam rahasianya.
Salah satu julukan Ganapati yang paling terkenal dan dipuja adalah Vighneswara atau Vighnaraja(penguasa halangan).Dia adalah penguasa segala yang menggangguatau menahan, yang menghalangi atau mencegah.Dengan berbagai derajat dan perbedaan dari daya penggunanya di bawah pengendaliannya,dia dapat menciptakan suatu neraka kesulitan bagi kita bila ia menghendaki!.Menurut pernyataan mitologis,dalam kenyataannya tujuan dari ciptaannya ini adalah untuk mengganggu kemajuan di jalan kesempurnaan
Bagaimana ia melakukannya?Bila tidak ia dipuaskan dengan pemujaan sepantasnya,maka segala kegiatan,baik yang sacral maupun yang sekuler,akan bertemu dengan demikian banyak halangan yang mereka hanya akan secara perlahan-lahan.Hal ini untuk menunjukan bahwa tak ada satupun yang dapat berhasil tanpa anugerahnya.Bila dia disenangkan dengan pemujaan dan pelayanan,dia akan menggoda pemujanya dengan keberhasilan dan kemakmuran(Siddhi dan Riddhi)di mana rasanya secara bertahap dapat membawanya menjauhdari jalan spiritual.Mengapa melakukan hal itu?Untuk menguji mereka dengan menyeluruh sebelum memberi mereka berkah spiritual terbesar dari Moksha.Menjadi penguasa segala seni dan ilmu-pengetahuan,dan khasanah dari segala pengetahuan,dengan mudah ia dapat memberikan keberhasilan atau kesempurnaan pada salah satu hal ini.Namun ia tidk berkehendak untuk membri pengetahuan spiritual yang membawa pada pengalaman spiritual tertinggi,supaya tampaknya tidak muda mendapatkannya di mata manusia.Lagi-lagi keburukan dan cobaan.Jalan kebaikan dipenuhi dengan rintangan  yang tak terhitung banyaknya.”Sreyamsi bahuvignani”.Hanya pahlawan terbaik sajalah yang dapat menghadapi cuaca paling kasar yang patut diberkahi dengan hal itu.Mahluk manusia secara alamiah cenderung menuju kenikmatan akan daging dan mabuk kekuasaan serta kekayaan.Hanya satu dalam sejuta orang berpaling pada Tuhan.Diantara roh-roh yang banyak semacam itu,sangat jarang yang bertahan dalam perjuangan dan mencapai tujuan(lihat Gita 7.3).
Bila dibandingkan dengan kebijaksanaan spiritual tertinggi,yang satu-satunya benar-benar merupakan tujuan yang harus dicari,bahkan Riddhi dan Siddhi(keberhasilan dan kemakmuran)bagaikan kotoran atau Mala.Karena pendamping Ganapati adalah Riddhi dan Siddhi(personifikasi dari kekuatan, keberhasilan dan kemakmuran),maka Ganapati dilukiskan tercipta dari daki badan Parwati
Disamping itu,”Mala”tidak perlu memiliki suatu kejijikan tentang itu.Bila Shiva menyatakan Paramapurusa,Pribadi utama,Parwati menyatakan Parama Prakrti.Alam utama yang diangap sebagai daya-Nya,tak terpisahkan dengan-Nya.Dalam bahasa filosofi,Dia adalah Maya-prakrti,yang terdiri dari Triguna-Sattva,Rajas dan Tamas.Sattva dinyatakan murni dan bila dibangdingkan dengannya,Rajas dan Tamas dikatakan sebagai tidak murni.Karena ciptaan tidak mungkinberasal dari Sattva murni,seperti halnya emas murni tak membiarkan dirinya untuk dibentuk menjadi perhiasan,kecuali dia dicampur dengan logam dasar,maka I harus dicampur dengan Rajas danTamas untuk mempengaruhinya.Ia tampaknya menjadi masukan cerita tentatang”ketidak murnian’substansi yang digunakn Ibu Parwati untuk membentuk Ganapati.
Sekarang marilah ,mencoba untuk menafsirkan factor lain yang berkembangdakam simbologi dari deva ini.Telinganya lebar,cukup lebar untuk mendengar perrmohonan dari siapapun,tetapa seperti keranjang penampi yang mampu mengayak apa yang baik bagi para pemohon dari apa yang tidak baik.Dari  kedua gading,salah satu yang merupakan keseluruhan menyatakan kebenaran,satu tanpa ada yang kedua.Gading yang patah,yang tak sempurna, menyatakan dunia yang berwujud,yang tampak menjadi tak sempurna karena dari  ketidakpantasan bawaannya.Namun alam semesta berwujud dan kesatuan yang tak berwujud ini keduanya merupakan atibut dari Absolut yang sama.Belalai yang bengkok merupakan pernyataan dari Omkara atau Pranava,sebagai lambang Brahman Ynga Mutlak yang menyatakan bahwa Ganapati adalah Brahman sendiri.Perut buncitnya menyatakan bahwa seluruh dunia ciptaan terkandung padanya
Pasu(jererat) menyatakan Raga(keterikatan)dan Ankusa(kait gajah)untuk Krodha(kemarahan).Seperti jerat,keterikatan membelenggu  kita.Kemarahan menyakiti kita seperti kait gajah itu.Bila Tuhan tidak puas dengan kita,keterikatan dan kemarahan kita akan bertanbah besar, yang membuat kita menderita. Satu-satunya jalan untuk melepaskan diri dari tirani ini adalah berlindung pada Tuhan. Atau itu dapat berrarti bahwa jauh lebih aman bagi kita untuk menyerahkan keterikatan dan kemarahan kita kepadanya. Bila mereka ada di tangannya kita selamat.
Bagaimana kita beraharap agar Ganapati memilih tikus besar sebagai tunggangannya,namun kenyataanya adalah sebaliknya hak hak istimewa itu telah diberikan pada seekor tikus kecil.Kata Musaka(tikus)diambil dari akar kata “Mus”yang berarti”mencuri”.Seekor tikus secara diam-diam masuk ke dalam barang sesatu dan menghancurkannya dari dala,demikian pula halnya keakuan msuk tanpa diperhatikan ke dalam pikiran kita dan secara diam-diam menghancurkan seluruh perbuatan kita.Hanya apabila ia dikendalikan dengan kebijaksanaan Ilahi,ia dapat dimamfaatkan pada saluran yang berguna.Atau tikus yang mencuri dapat menyatakan kasih sayang yang mencuri hati manusia selama kasih sayang manusia dipertahankan pada tingkat rendah,ia dapat menciptakan malapetaka.Sekali ia diarahkan menuju yang Ilahi,ia akan meningkatkan kita.Tikus yang bisa melihat di dalam segala benda dapat menyatakan kecerdasan yang tajam.Karena Ganapati merupakan penguasa kecerdasan,tepatlah bila ia memilih tikus sebagai tunggangannya.

GAMBARAN ( PATUNG ) GANAPATI 
Ada beberapa variasi dari patung-patung Ganapati dalam kuil dan monumen-monumen arkiologis kita.Apakah berjumlah 71,50,31atau 21 yang pasti bahwa ada beberapa aspek dari Devata ini.Hanya beberapa dari padanya dapat diuraikan di sini.
Ganbaran Balaganapati dan Tarunaganapati melukiskan masing-masing sebagai seorang anak dan pemuda.Vinayaka tampak dengan empat tangan yang memegang patahan gading,kait gajah,jerat dan tasbih.Dia membawa Modaka manis pada belalainya.Dia dapat berdiri ataupaun duduk.Herambaganapati memiliki lima kepala,sepuluh tangan,tiga buah mata pada masing-masing wajah dan menunggangi seekor singa.Viraghness menampilkan semangat gagah berani dengan beberapa.senjata yang dipegang sepuluh tangan-Nya.”Saktiganapati” beberapa variasi yang diuraikan  dalam kitab-kitab Tantra tampak dengan Sakti-Nya,yang secara beragam disebut “Laksmi RiddhiSiddhi,Pusti dan lain sebaginya Dengan memuja aspek ini dikatakan memberikan kekuatan khusus atau memberikan hasil yang diinginkan dengan cepat
Salah satu variasi dari” Saktiganapati”ini disebut “UcchistaganapatiGanapati yang dikaitkan dengan hal-hal kotor seperti baranh rongsokan dimana yamg memujanya termasuk golongan Vamacara(jalan yang berhaluan kiri,yaitu jalan kotor dan heterodoks)dan yang dikatakan memberikan hasil yang cepat.Tak ada sesuatupun kekawatiran atau langkah mundur dalam konsep ini barang-barang kotor merupakan bagian alam yang sama dengan bersihnya.Tetepi bukanlah para pemulung dan para dokter menanganinya dengan cara higienis dan melayani orang-orang ? Bukankah semua oarng wajib menjadi para pemulung dalam berbagai tingkatan? Mengapa hal ini tidak dilakukan secara agamais,seperti halnya pelayanan dan pemujaan? Alam merubah hal-hal yang bersih menjadi kotor dan sebalaliknya,dengan demikian Ganapati menjiwainya dan menangani kekotoran secara ilmiah dn agamais,juga dapat menjadi suatu disiplin spiritual.Hal ini nampaknya menjadi filosofi dibalik konsep ini.
Nrttaganapati merupakan patung indah yang memperlihatkan seeorang sedang menari.Itu nampaknya dahulu Brahma menemui Ganapati dan menunduk padanya dengan Bhakti dan penghormatan.Puas dengan hal ini Ganapati mulai menari dengan riangnya.Itulah sebebnya mengapa Ganapati dinyatakan sebagai penguas musik dan tarian
Varasiddhi Vinayaka merupakan aspek yang dipuja selama perayaan Ganeshya Caturthi yang terkenal itu.Dia dikatakan sebagai seorang yang membujang.
Ganapati kadang-kadang dilukiskan sebagai Shakti(dewata wanita) dengan nama Ganesani,Vinayaki,Surpakarni,Lambamekhala dan lain sebagainya
Ganeshya dipuja bukan hanya dalam bentuk patung,tetapi juga pada lingga,Salagrama,Yantra(diagram geomatris) dan Kalasa(mangkuk air).Namun Ganapati Salagrama sangatlah jarang.Svastika juga dipakai sebagai lambing grafis dari Ganapati
Kuil-kuil dan tempat pemujaannya dibaktikan pada Ganapati sangatlah banyak.Tersebar diseluruh negara  India.Dia juga nampak di halaman-halaman kuil dari devata-devata yang lain.

SANG HYANG GANESHYA


SANG HYANG GANESHYA
KETERANGAN DAN CARA PEMUJAAN
BERBAGAI MANTRAM GANESHYA
Vinneka Tunggal Eka   
(Untuk permujaan, meditasi, dan sebagainya)
  
Sri Ksipraganapati Dhyanam
OM
Danta-kalpalata-pasa

Ratnakumbham-suko-jwalam

Bandhuka-kamaniyabham
Dhayet ksipraganadhipam

(Kami bermeditasi kepada Ksipra Ganapati,yang mulia,yang menggengam gading,seutas tanaman merambat,seutas tali,kendi permata.Yang bersinar terang ibarat kuntum bunga Bhanduka berwarna merah)
Mantram ini khusus untuk meditasi tanpa pamrih.

Sri Wijavaganapati Dhyanam
 OM
Pasam-kusah swadantagra phalawa-nakhuwahana,
Nihanto sarwawighnanam rakta-warnom-vinayakah.

(Kami bermeditasi kepada Wijaya Ganapati yang berkulit merah,penghancur berbagai rintangan,yang mengendarai wahana tikus,yang membawa seutas tali,pengait,gading dan buah-buahan digenggamannya).
Mantra ini khusus untuk menghalau bala,rintangan,kesialan,black magic dan sebagainya.Sebaiknya sang bhakta berpuasa satu hari penuh tanpa makan dan minum dari pukul 4 subuh sampai pukul 6 sore,kemudian menghaturkansesajan sedikit,beras,bunga,10 lembar daun sirih,dupa atau sedikit buah-buahan.Setelah selesai beryadhnya(meditasi),bukalah puasa dengan memakan buah-buahan dan makan vegetarian pada hari itu.

Sri Haridra Ganpati
OM 
Haridrabham caturbhahum haridrwanam prabhum
Pasan-kusa-dharam dewam modakam dantamewa ca
Bhakta bhaya pradataram dewam vighna-winasanam
Dewadewam jagad-wandhyam haridra-Ganapatin bhaje

(Kami memuja Haridra Ganapati yang bersinar iibarat kuning kunyit, wajahnya  gilang gemilang dengan cahaya kekuningan, yang memiliki empat lengan ,yang menggenggam tali,kuch dan yang memberikan perlindungan kepada para bhakta-Nya,yang menghancurkan semua ketakutandan kekawatiran mereka)
Mantra ini untuk menghalau rasa kawatir ,takut dan sebagainya.

Sri Dhundignapati Dhyanam
OM
Aksanala-khutaram ca
Ratna-pa’Swadantakam,
Dhatte karai-rwidhnarajo
Dhindi-nama mude’Stu nah

(Semoga Dhundi Ganapati yang memegang Aksamala(tasbih),kapak,cupu perhiasan,sudi menganugrahkan kebahagiaan nan abadi kepada kita semua)
mantra ini demi memohon kebahagiaan dan pengetahuan Ilahi.

 Doa-doa sehari-hari 
Om Sri Ganeshya namaha                                     cukup 3x setiap pemujaan
Atau 108 kali dengan Aksamala untuk meditasi
Om Gum Ganapataye Namaha                            Seperti di atas.sebaiknya memuja Ganeshya demi pengetahuan(widya)