Kamis, 04 Agustus 2011

YOGA ~ SATU-SATUNYA JALAN


Yoga; kata yang tidak asing bagi kita semua. Bahkan yang disebut Hatta-Yoga telah sejak dahulu mendunia, sampai ke-dunia Barat. Yoga merupakan sistem yang amat luas spektrum manfaatnya di segala aspek kehidupan manusia.
Dari usianya yang panjang; mendahului semua ajaran agama dan kepercayaan, ia seakan telah menjadi ‘Agama Universal’; walaupun ia sama sekali bukan agama, menurut pengertian kita selama ini. Yoga hanyalah suatu konsep universal untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Esa; asal-muasal dari segala sesuatu, sebab dari segala sebab yang berakibat.
Dapat ditelusuri dan dibuktikan bahwa semua Nabi, Maharshi, Bhagawan Besar yang dikenal umat manusia adalah seorang Yogiçwara. Yoga adalah jalan (marga) menuju kesempurnaan untuk kembali kepada asal dengan sempurna, untuk selama-lamanya.

Keagungan YOGA.

Yoga merupakan Shakti dari Yang Maha Kuasa. Semua peradaban besar, sekte serta kepercayaan apapun (termasuk Babilonia dan Mesir Kuno) mengindikasikan adanya pemanfaatan kekuatan Yoga. Dikatakan, bahwa Yoga diajarkan untuk pertama kalinya oleh Hyang Çiwa Natharaja, seorang pertapa di pegunungan Himalaya, pada sekitar 7000 tahun yang lampau. Beliau dikenal sebagai Dewa Çiwa oleh umat Hindu, itulah penghormatan besar (yang pertama) bagi seorang Yogi sebagai hasil dari usahanya didalam memuja dan berbhakti pada Yang Esa.
Setelah itu disusul oleh Avatara, yang diyakini sebagai “inkarnasi Tuhan ke dunia”. Sri Krishna, yang diperkirakan hidup sekitar 3500 yang lampau, adalah Avatara di Jaman Dwapara. Avatara yang terakhir hingga kini, terakhir terlahir lebih dari 2500 tahun yang lampau di suatu negara kecil di Timur Laut India, bernama Kapilavattu (Kapilawastu).
Pada suatu ketika pernah datang Iskandar Zulkarnaen ke lembah Sindhu; sang Kaisar mencatat bahwa saat itu telah berkembang Yoga dengan semaraknya. Bahkan disebutkan, Sang Kaisar sendiri meninggal akibat kutukan dari seorang Yogi, yang menjadi marah demi mengetahui negerinya dan bangsanya dirampok dan dibantai oleh Zulkarnaen. Kaisar Zulkarnaen, yang juga dikenal sebagai Iskandar Yang Agung nan perkasa telah mati muda akibat kutukan dari seorang Yogi di Lembah sungai Shindu.
Tiada maksud saya untuk mengatakan bahwa Yoga itu untuk mengutuki orang, tetapi saya bermaksud menyampaikan bahwa Yoga telah diketahui eksistensi dan keampuhannya oleh dunia-barat sejak ribuan tahun yang lampau. Betapa perkasapun seorang Kaisar, tidaklah dapat dibandingkan dengan seorang Yogi yang hidup sederhana sebagai pertapa.

HINDU dan BUDDHA sebagai INSPIRATOR.

Seorang filsuf besar Yunani Pythagoras (580-500 SM) bahkan menunjukkan adanya pengaruh ajaran Hindu, jauh sebelum jaman Nasrani dan lebih jauh lagi dari jaman Islam di Timur-Tengah. Kenapa Timur-Tengah mempunyai peradaban dan agama yang jauh di belakang peradaban di India?
Setelah ribuan tahun keberadaan Hindu dan Buddha, peradaban dan agama Nasrani (Kristen) baru terlahirkan di Timur-Tengah. Menurut hemat saya, kebudayaan tinggi kurang berkembang dalam alam dengan kondisi geografis yang tidak ramah. Ketidakramahan iklim gurun, seperti di Timur Tengah menyulitkan makhluk hidup apapun untuk bertahan hidup. Kalau untuk hidup saja sulit, bagaimana sempat memikirkan masalah rokhani.
Awal-awal peradaban tinggi di Nusantara ditunjukkan oleh kedatangan Aji Çakka di awal tahun-tahun Masehi. Ada yang menyebutkan bahwa sekitar tahun 78 Masehi telah berkembang peradaban dan telah dikenal huruf dan ilmu astronomi serta kalender di Nusantara. sedangkan tahun Hijriah baru dimulai kurang lebih 500 tahun kemudian.
Jadi Budaya Nusantara telah eksis dan berkembang kurang lebih 500 tahun sebelum kelahiran Islam di tanah asalnya. Dari sini bisa kita lihat betapa budaya kita telah demikian tuanya dan telah mengalami perkembangan yang terus menerus disempurnakan dari tahun ke tahun hingga kini.
Memang sejak abad ke-16 terjadi perubahan radikal melalui cara-cara kekerasan/barbaris terhadap budaya Nusantara yang mapan ribuan tahun lamanya, yang dimotori oleh “Sembilan Wali” (secara mithologis).
Sejak itu pula secara ber-angsur budaya nusantara yang telah sedemikian tinggi —seperti yang bisa kita lihat pada Prambanan dan Borobudur itu— semakin surut dan terdesak. Hingga kini, dianut hanya kurang dari 3% (tiga persen) warga negara Indonesia.

Tragedi KEMANUSIAAN dan SLOGAN SAKTI.

Tragedi budaya pernah terjadi di tanah tumpah darah kita tercinta Indonesia. Para leluhur kita telah menjadikannya besar, dan para leluhur kita pulalah yang telah memporak-porandakan kebesaran itu. Demikianlah drama manusia di sepanjang peradabannya. Ada kalanya pasang, ada kalanya surut, ada kalanya terang, ada pula saatnya gelap.
Berbicara masalah gelap, dan surut, kegelapan masa pembrontakan PKI dulu (34 tahun yang lalu) kini terulang kembali dengan ribut-ribut reformasi. Semakin lama, sejak dicetuskan, ia kini kian menjadi wabah penyakit ketimbang obatnya sendiri. Ini tampak dengan jelas melalui kerusuhan-kerusuhan, penjarahan-penjarahan kebrutalan-kebrutalan yang merendahkan martabat kemanusiaan, bahkan kesulitan ekonomi yang parah, akibat dari ulah sementara pihak provokator pengacau yang berkedok “Reformasi”.
Setiap jaman mempunyai “Kata Sakti”, bila pernah ada selogan “Revolusi” dan “Nasionalisme” yang melahirkan Negara Republik Indonesia Merdeka. Menyusul didengungkan kata sakti “ANTI-KOMUNIS” dan “PEMBANGUNAN”. Dan kini, sedang kita alami apa yang tersebut “ANTI-KKN” dan “REFORMASI”.
Masing-masing jaman ada slogan saktinya, dan masing-masing jaman punya pemimpinnya. Jaman apa berikutnya lagi? Biarlah jaman yang menjawabnya. Kita harap jaman itu jauh lebih baik; walaupun ketika itu terjadi, saya dan saudara telah tiada, dikenang sebagai almarhum kakek/nenek atau sebutan lainnya.

YOGA, anugerah kekal-abadi bagi MANUSIA.

Yoga; hingga kini tetap eksis dan tidak akan pernah almarhum. Kenapa? Sebab ia milik kita, milik manusia. Selama umat manusia menghuni bumi ini, selama itu pula ada Yoga; agama universal untuk seluruh umat manusia.
Hinduisme, Buddhisme, Nasrani, Jnanaisme, Islam, ajaran Taurat, Kong Fu cu, Taoisme, Sinto dan lain-lainnya dapat mengalami pasang-surut (bahkan mungkin bisa punah), namun Yoga tidak. Selama ada manusia di muka bumi ini selama itu juga Yoga tetap bertahan; bahkan diyakini bahwa alam semesta beserta isinya, tercipta melalui Tapa-Yoga dari Yang Maha Pencipta. Kenapa? Karena Yoga itulah yang memungkinkan proses Penciptaan, Pemeliharaan dan Pralina itu; Yoga satu-satunya jalan untuk kembali pada-Nya.
Yoga istilah yang bagi sementara orang terdengar seram, dan membuat jerih. Padahal sama sekali tidak demikian adanya. “Yoga”; istilah yang selama ini berkonotasi hebat dan hanya dijalani oleh orang-orang tua, atau para “sulinggih” (alim ulama-Hindu), sebetulnya tidak lebih dari ilmu praktis yang amat rasional, logis dan ilmiah secara kejiwaan.
Apabila dijalankan amatlah praktis dan mudah dilakukan bagi siapa saja (asal manusia), kecuali binatang (dalam arti luas). Inilah satu-satunya syarat bagi pemraktek sistem Yoga ini, yaitu syarat utamanya adalah “Manusia”. Sebab “hanya Manusia, yang bisa ber-Yoga”. Tentu saja Anda bukan binatang; saya tahu persis itu. Hingga kini belum pernah saya dengar binatang yang bisa membaca huruf latin, entahlah kelak saya tidak tahu.
Yoga sistem praktis tidak jauh dengan “Technical Manual” yang amat aplikatif didalam IPTEK, yang sangat akrab dengan kita semua. Tidak lebih dari petunjuk praktis pengendara sepeda motor bahkan sepeda gayung. Apabila kini hampir semua orang dapat mengendarai sepeda dan sepeda motor; saya yakin “setiap orang dapat mempraktekkan Yoga”. Namun apabila monyet/simpanse bisa mengendarai sepeda, Yoga hanya bisa dipelajari dan dilaksanakan oleh manusia, hanya itu bedanya, tidak lebih dari itu. Oleh karena itu Anda tidak perlu berkecil hati karenanya. Apalagi “Japa-Yoga”, dapat diterapkan bahkan bagi mereka yang buta huruf sekalipun (tentu dengan bimbingan).

Awalnya perlu GURU.

Di awal tulisan ini, saya coba memperkenalkan apa yang disebut dengan Japa-Yoga, Yoga praktis untuk siapa saja. Tidak ada batasan umur, tingkat intelektual, agama, suku, ras (SARA pokoknya), jenis kelamin dan kebangsaan. Kemudian dijelaskan mengenai syarat-syarat untuk mengikuti jalan ini, yang jelas “manusia” adalah syarat mutlak. Tentu saja sehat jasmani dan rohani, sebab yang sakit ingatan, buta atau tuli-bisu tidak mungkin dapat mengikutinya.
Guru atau pembimbing sebetulnya dapat diperoleh dimana saja ditempat (kota maupun desa) Anda berada. Namun yang umumnya sulit adalah mengetahuinya, kecuali Anda tanyai semua penduduk desa atau kota dimana Anda tinggal, dan tentu itu tidaklah mungkin.
Jadi khusus Japa-Yoga ini segala kemudahan Anda bisa peroleh karena amat-amat sederhana dan praktis. Kalau untuk sekolah taman kanak-kanak pun perlu bayaran, Japa-Yoga tidak perlu uang bayaran, bahkan untuk mendaftar sekalipun. Asal dapat diyakini Anda “sehat lahir batin”, langsung diterima sebagai peserta Japa-Yoga. Memang sedemikian mudahnya bagi Anda, itulah Japa-Yoga.

HATI-HATI, JANGAN MUDAH TERKECOH!

Apabila kemudian Anda juga diperkenalkan dengan Japa-Yoga, namun syarat-syaratnya sulit dan aneh-aneh, maka berhati-hatilah kawan sebab itu bisa saja ajaran sesat yang menyelewengkan Yoga untuk kepentingan-kepentingan pribadinya. Oleh karena itu, berhati-hatilah kawan. Apalagi dimana krisis moneter seperti ini, pikiran orang jadi macam-macam dan aneh-aneh.
Mengenai hasil yang dapat Anda harapkan “terutama” adalah kesehatan Anda secara jasmani dan rohani menjadi betul-betul “prima”. Penyakit-penyakit yang secara medis tidak terdeteksi, apalagi diobati, termasuk “penyakit perasaan” dan “penyakit pikiran ringan” dapat disembuhkannya.
Dengan menggunakan peralatan seadanya yang Anda miliki, hanya itu. Namun secara menyeluruh, spektrum dari hasil amat luas, bisa segala macam aspek kehidupan kita sebagai manusia. Jadi amatlah luas lingkupnya.
“Setiap pencapaian atau hasil tergantung usaha kita sendiri”; tidak mungkin kita ke Jakarta dengan tiket Surabaya. Atau hampir tidak mungkin ke Jakarta dengan berjalan kaki bukan? Apalagi hasil-hasil yang bersifat spiritual, tentu dibutuhkan kesungguhan dan tekad yang kuat, disamping ketabahan dan kesabaran yang memadai.
Untuk belajar awalnya harus dengan bimbingan Guru atau pembimbing (instruktur). Tempatnya bisa dimana saja, asal ada pembimbing senior. Namun sebaiknya adalah; ketemu dengan Guru barang sekali saja, setelah itu lewat surat, faximille atau telepon dan sarana komunikasi lainnya yang memungkinkan; hal itu bisa-bisa saja.

AMAT SEDERHANA dan benar-benar PRAKTIS.

Jadi amat praktis; asal pernah ketemu dengan Guru, walaupun Anda ada di Kanada atau Peru sekalipun dapat dibimbing lewat telepon. Bertemu Guru itu penting dan mutlak perlu; hanya itu syarat untuk belajar; dan untuk menemui beliau tidak ada birokrasi maupun dipungut bayaran apapun.
Ber-Yoga sendiri di rumah, dimungkin apabila telah bertemu dan mendapat restu Sang Guru. Apabila hal ini dilanggar walaupun Anda jauh dari Guru Anda, beliau akan mengetahuinya. Aturan ini hanyalah demi keselamatan dan kebaikan Anda. Bukan siapa-siapa; jadi tidak ada birokrasi disini. Demikian juga kolusi dengan Sang Guru tidak mungkin; sebab beliau tidak menarik bayaran juga beliau tidak butuh apa-apa dari Anda; Andalah yang butuh beliau.
Nah... prakteknya secara garis besar adalah duduk dengan tenang dan berkonsentrasi pada sesuatu. Sesuatu itu dapat “berbentuk atau tidak berbentuk”, setelah Anda diberikan objeknya oleh Sang Guru secara langsung Anda dapat melakukannya sendiri.
Berselang beberapa lama, Anda akan diberikan petunjuk-petunjuk berikutnya, sampai Anda dapat melakukannya sendiri dan tanpa bantuan intensif dari Pembimbing atau Guru Anda. Demikian prakteknya, amat sederhana bukan?
Kini marilah kita mulai menyimaknya satu-per-satu di dalam uraian yang lebih lengkap. Perlu dipahami sebelumnya bahwa, tulisan ini tidak mengantarkan Anda kemanapun apalagi kepada tujuan akhir. Tulisan ini hanya memperkenalkan apa itu Japa-Yoga; selanjutnya Anda dapat menghubungi pembimbing terdekat atau guru secara langsung, bilamana belum memilikinya. Saya ingatkan kembali bahwa dalam Yoga, tidak ada sama sekali yang disebut “KKN”, murni “reformasi” di dalam diri Anda sendiri.

APAKAH JAPA-YOGA ITU?

Singkatnya, Japa-Yoga adalah praktek Yoga (yoga-sadhana) dengan menggunakan Japa. Yoga adalah upaya menghubungkan dan menyatu dengan Yang Maha Esa. Sedangkan Japa adalah mantra pendek yang diucapkan dengan bersuara ataupun di dalam hati, secara berulang-ulang.
Japa dapat berupa apa saja berbentuk (rupam) ataupun tidak berbentuk (arupam). Japa tentu dipilih sedemikian rupa, sesuai dengan yang dianggap paling sesuai bagi seorang Sadhaka; yang jelas, Japa merupakan sepatah kata atau lebih, yang umumnya merupakan nama/sebutan Tuhan.
Japa ataupun Mantra umumnya menggunakan bahasa sansekrta. Bahasa kawi, untuk di Indonesia, kwalitas spiritualnyapun tidak kalah dibanding bahasa sanskrta. Ia mempunyai banyak persamaan dan kedekatan dengan bahsa induknya. Bukankah sansekrta merupakan nenek moyangnya bahasa-bahasa di dunia?
Untuk pemahaman mengenai Yoga, berikut disuntingkan uraian dari Swami Satya Prakas Saraswati berikut ini.
Yoga adalah penghubungan, pengaitan atau persatuan jiwa individual dengan Beliau Yang Maha Esa, mutlak dan Tak Terhingga.
Jadi gagasan tentang Yoga bertolak dari adanya banyak satuan-satuan individual yang sadar, biasanya dikenal dengan sebutan “diri-jati”. Diri-jati umumnya berhasrat untuk dihubungkan dengan Tuhan. Perpisahan diri-jati bersifat sementara dan disebabkan oleh ketidaktahuan atau avidya, sebagai akibat dari ikatan-ikatan terhadap Prakrti.
Jadi, sebetulnya bukanlah Tuhan yang terpisah dari kita, melainkan kita yang terpisah dari Beliau. Keterpisahan ini bersifat “Uni-direksional”, yakni hanya mengenal satu jurusan; maksudnya, “kitalah yang melupakan Beliau, bukan Beliau yang melupakan kita”. Secara proporsional, demikianlah kondisi kita yang belum menemukan Diri-jati.

YOGA HARUS DILATIH.

Kita berdiri jauh dari Beliau sejak lama; oleh karenanya untuk mendekati Beliau lagi tidaklah mudah. “Divergensi”, kita dari Beliau harus diganti dengan “konvergensi”, dengan perkataan lain kita harus bergerak “menuju” Beliau.
Yoga menyediakan kita suatu proses untuk mencapai konvergensi itu. Untuk itu diperlukan latihan yang intens dan senantiasa “waspada” di pihak kita. Dapat diibaratkan, kita sedang berenang ke hulu dengan melawan arus.
Tidak ada dispensasi untuk memperpendek jalan; upaya ini memerlukan suatu disiplin. Anda dapat menipu siapa saja, tetapi Anda tidak dapat menipu diri sendiri, apalagi Tuhan. Nah, demikialah seharusnya pandangan kita dalam melangkah di jalan ini.
Banyak di antara kita,yang dapat dengan cepat menangkap ajaran, sementara lebih banyak yang agak lambat. Memang ada yang seolah-olah terlahirkan sebagai “Yogi” ataupun “siddha”, sementara orang lain memerlukan banyak waktu hanya untuk mempelajari awal dari Yoga. Ini berkaitan erat dengan sancita karma masing-masing.
Jenis penyatuan, yang dimaksudkan dalam ilmu Yoga sukar untuk digambarkan. Mungkin lebih mudah untuk mewujudkannya secara mandiri melalui praktekm langsung. Akan tetapi, janganlah berkecil hati. Setiap usaha betapapun kecilnya, tetap ada manfaatnya.
Mendekati Beliau dengan Cinta dan Bhakti, amat menjanjikan. Beliau akan membantu Anda dalam setiap langkah Anda menuju Beliau. Kita semua disayangiNya. Dalam Upanisad, antara lain disebutkan:
“Diri Tertinggi ini tidak dapat dicapai dengan perintah saja.
Juga tidak melalui intelek atau dengan banyak belajar.
Beliau hanya dicapai oleh mereka yang Beliau pilih.
Kepada orang demikian, Beliau menganugrahkan Diri-jati”.

Dan apakah yang terjadi, bilamana suatu penggabungan, seperti yang dimaksudkan dalam sistim YOGA telah terwujud? Disinipun Upanisad membantu kita seperti berikut ini.
“Seperti sungai mengalir ke dalam samudra.
Lenyap, meninggalkan nama dan wujud.
Begitulah yang mengetahui, bebas dari nama dan wujud.
Memasuki Pribadi Suci, lebih tinggi daripada yang Tinggi”.

Mereka yang mencapai tahap tertinggi dalam Yoga, menjadi penguasa diri sepenuhnya, mencapai bentuknya yang murni, tak ternoda dan tak tercemar oleh modifikasi-modifikasi Prakrti; ia sebagai penikmat Kebahagiaan Utama.

YOGA ~ JALAN SATU-SATUNYA.

“Just as one thread penetrates all flowers in a garland,
so also one Self penetrates all these living beings. Behold the one Self in all.
Serve all. Love all. Give up the idea of diversity.
You will be established in Brahman.
When one Atman dwells in all living beings, then why do you hate others?
Why do you use harsh words?
Why do you try to rule and dominate others?
Why do you exploit others? 
Why are you intolerant?
Is this not the height of folly;
is it not sheer ignorance?”
~Sri Swami Sivananda.
Dengan hadirnya wacana dari Sri Swami Sivananda, yangsaya kutipkan dari “Sivananda Day-to-Day”, maka serial posting “Yoga ~ jalan satu-satunya” pun saya akhiri sampai disini.
Menerapkan Dharma, tak berarti hanya mempelajari kitab-kitab suci, ataupun hanya mengandalkan kekuatan fisik semata. Ia jauh dari itu, ia mesti didasari ‘pengetahuan’ (vidya) yang memadai. Pengetahuan mana tidak kita peroleh hanya melalui menghafal berbagai kitab/ pustaka suci. Praktek langsung dalam berbagai Sadhana adalah pengabdian itu sesungguhnya. Disanalah kita menemukan apa itu yang disebut Sanatana Dharma.
Semoga kita semua senantiasa dibimbing dalam jalur Dharma dan senantiasa melangkah menuju pada-Nya.
________________
*Tulisan ini merupakan kumpulan serial tulisan yang dikirimkan ke milis Hindu-Dharma Net pada sekitar pertengahan bulan Oktober 1999, dan disunting kembali pda tanggal 1 Agustus 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar